Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Kehidupan di Wuhan Sebulan Setelah Ditutup Karena Corona, Warga Masih Takut Keluar Rumah

Lantas bagaimana keadaan warga di sana, setelah menjalani karantina massal lebih dari satu bulan?

Editor: Hasanudin Aco
Twitter @ChinaFile
Situasi jalanan Jinyinhui di Kota Wuhan tampak sepi saat-saat awal kota itu diisolasi. Tak terlihat transportasi umum melintas. 

Berdampak pada kesehatan mental

Karantina massal yang dilakukan di China di seluruh kota dan provinsi, seperti di Hubei dan Wuhan, tentu saja menimbulkan masalah bagi warganya.

Tidak saja secara fisik, menurut laporan media Inggris, 'The Guardian', masalah yang juga dihadapi warga adalah kesehatan mental.

Mengutip seorang mahasiswi PhD asal Wuhan di Inggris bernama Wi, Guardian melaporkan mengenai keadaan orang tua Wi yang tinggal di Wuhan dan sudah menjalani karantina selama lebih dari 20 hari.

"Sekarang dengan seluruh Wuhan ditutup, semua transport umum dan mobil pribadi tidak boleh beroperasi, jadi mereka bahkan tidak boleh mengendarai mobil sendiri di jalan," kata Wi.

"Jadi setiap hari mereka hanya di rumah, makan, tidur dan nonton televisi. Itu saja yang bisa mereka lakukan," tambahnya.

Baca: Inikah Orang Pertama di Dunia yang Terkena Virus Corona?

Orang tua Wi belum mendapatkan keterangan sampai kapan mereka harus tetap tinggal di rumah.

Wi mengatakan khawatir dengan kesehatan mental orang tuanya, setelah melihat di media sosial ada yang berkomentar lebih memilih bunuh diri dibandingkan harus menjalani karantina lebih lama lagi.

“Musuh terbesar adalah bukanlah virus corona, tapi kesehatan mental."
"Ketika kita harus tinggal dalam sebuah kamar selama setengah bulan, kita tidak bisa keluar atau menghirup udara segar," ujarnya Wi kepada The Guardian.

Bagaimana warga Wuhan penuhi kebutuhan hidup?

Dengan kota seperti Wuhan yang ditutup dan warga dibatasi pergerakannya, bagaimana kehidupan warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka?

Menurut kantor berita AFP, sebagian warga Wuhan mendapatkan pasokan makanan dengan menggunakan jasa antar, sejenis Gojek di Indonesia.

Di China, jejaring sosial yang digunakan adalah WeChat, yang sedang sangat populer di negeri tersebut.

Sejak kota Wuhan ditutup Januari lalu, pemerintah masih mengijinkan warga untuk meninggalkan kediaman mereka tiga hari sekali, sehingga saat itu masih ada waktu bagi warga untuk membeli bahan makanan untuk disimpan.

Namun sekarang di beberapa kawasan, larangan bepergian ke luar rumah sudah tidak diperbolehkan sama sekali.

Supermarket dan toko-toko di kota Wuhan bahkan sudah membuat layanan antar di WeChat, sehingga warga bisa membeli makanan, seperti daging, susu atau sayuran.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved