Rabu, 10 September 2025

Virus Corona

Hasil Penelitian: Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi, tapi Jangan Andalkan Musim Panas

Hasil Penelitian Mengungkapkan Bahwa Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi, Tapi Diimbau untuk Tidak Mengandalkan Musim Panas untuk Mematikannya.

AFP
Sebuah studi baru menunjukkan penyebaran virus corona bisa melambat dalam cuaca yang lebih hangat. 

TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona semakin meluas hingga berbagai benua.

Dengan sweet spot suhu tertentu, virus corona menyebar dengan cepat.

Dalam studi terbaru, para ahli mengatakan, orang harus menghindari untuk bereaksi terhadap perangkap berpikir perubahan musiman.

Melansir South China Morning Post, untuk diketahui, muncul kabar virus corona dapat ditekan dengan suhu tinggi.

Baca: Tangani Virus Corona, Pemerintah Sebut 620 Spesimen dari 25 Provinsi Rampung Diperiksa

Baca: Hotel Tempat Karantina Pasien Virus Corona di China Runtuh, Diperkirakan Ada 70 Orang yang Terjebak

Studi ini dikerjakan tim dari Universitas Sun Yat-sen, Guangzhou, Provinsi Guangdong, China Selatan.

Dalam studi tersebut, para peneliti berusaha menentukan bagaimana penyebaran virus corona baru yang mungkin dipengaruhi oleh perubahan musim dan suhu.

"Suhu dapat secara signifikan mengubah transmisi Covid-19 dan mungkin ada suhu 'terbaik' untuk penularan virus," terangnya.

"Virus ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi," tambahnya.

Sebuah studi baru menunjukkan penyebaran virus corona bisa melambat dalam cuaca yang lebih hangat.
Sebuah studi baru menunjukkan penyebaran virus corona bisa melambat dalam cuaca yang lebih hangat. (AFP)

Lebih lanjut, hasil penelitian itu mengatakan, di negara yang memiliki iklim dingin, virus menyebar dengan cepat dibanding dengan wilayah dengan suhu hangat.

Untuk itu disarankan, negara dan wilayah dengan suhu rendah baiknya mengadopsi langkah-langkah antisipasi yang ketat.

Beberapa negara dan otoritas kesehatan mengandalkan cuaca hangat seperti pada umumnya virus serupa yang menyebabkan flu biasa dan influenza.

Baca: Ini Tiga Protokol Pemerintah dalam Upaya Menghadapi Penyebaran Virus Corona

Baca: Pemerintah Percayakan Otoritas Singapura soal Penanganan Satu WNI Positif Virus Corona

Baca: Update Kasus Corona Indonesia: Kondisi 4 Pasien hingga Singapura Konfirmasi Lagi WNI Positif Corona

Jumlah Kasus Naik Sejalan dengan Suhu Rata-rata

Lebih lanjut, tim Guangzhou mengatakan, penelitian mereka berdasarkan kasus baru virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia antara 20 Januari-4 Februari 2020.

Termasuk lebih dari 400 kota dan wilayah China.

Dalam penelitian tersebut, data meteorologi resmi untuk Januari di seluruh China dan ibu kota masing-masing negara terkena dampak digunakan sebagai model.

Berdasar data itu, analisis menunjukkan, jumlah kasus naik sejalan dengan suhu rata-rata.

"Suhu... memiliki dampak pada lingkungan hidup manusia," terang studi itu.

"(Dan) dapat memainkan peran penting dalam kesehatan masyarakat dalam hal ini pengembangan dan pengendalian epidemi," jelas studi tersebut.

Lebih lanjut dikatakan, iklim mungkin berperan dalam penyebaran virus di Wuhan.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.
Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru. (AFP/STR/CHINA OUT)

Studi Harvard School

Lebih jauh, sebuah studi secara terpisah yang dikerjakan kelompok peneliti dan ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard School of Public Health TH Chan, buka suara.

Menurut hasil penelitian mereka, ditemukan, penularan virus corona secara berkelanjutan dan pertumbuhan infeksi yang cepat dimungkinkan dalam berbagai kondisi lembab.

"Cuaca saja, (seperti) peningkatan suhu dan kelembaban saat bulan-bulan musim semi dan musim panas tiba di belahan bumi utara, tidak akan serta-merta menyebabkan penurunan jumlah kasus tanpa penerapan intervensi kesehatan masyarakat yang luas," terang studi tersebut.

Untuk diketahui, studi dari Harvard ini diterbitkan pada Februari 2020 dan masih menunggu tinjauan ilmiah.

Ilustrasi virus corona
Ilustrasi virus corona (KOMPAS.COM)

Hassan Zaraket: Cuaca Hangat dan Lembab, Virus Lebih Stabil

Sementara itu, pakar lain, Hassan Zaraket angkat bicara soal penyebaran virus corona.

Asisten Direktur di Center for Infectious Diseases Research, America University di Beirut itu mengatakan, ada kemungkinan cuaca lebih hangat dan lembab membuat virus corona lebih stabil.

Dengan demikian, virus menjadi kurang menular.

"Kami masih mempelajari virus ini," katanya.

"Ketika suhu memanas, stabilitas virus menurun, bila cuaca membantu kita mengurangi transmisibilitas dan stabilitas lingkungan, makan mungkin kita dapat memutus rantai penyebaran," tambahnya.

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia, Program Kedaruratan Kesehatan, Mike Ryan angkat bicara.

Ia mendesak orang untuk tidak menganggap epidemi akan secara otomatis mereda di musim panas.

"Kami harus mengasumsikan virus akan terus memiliki kapasitas untuk menyebar," katanya.

Saat dunia termasuk Indonesia sedang panik corona, kini intelijen Israel bongkar rahasia China terkait virus corona yang selama ini ditutupi.
Saat dunia termasuk Indonesia sedang panik corona, kini intelijen Israel bongkar rahasia China terkait virus corona yang selama ini ditutupi. (Xinhua/Xiongci)

Update Informasi Virus Corona

Update informasi terbaru pasien wabah virus corona atau Covid-19 per Minggu (8/3/2020) siang pukul 16.00 WIB.

Melansir thewuhanvirus.com, sejak mewabahnya virus hingga kini, ada 106.380 kasus.

Sementara, di Lithuania dilaporkan ada satu kasus dikonfirmasi dan belum ada korban meninggal.

Ada sekira 3.598 orang yang meninggal akibat wabah virus corona.

Sementara itu, 60.180 orang dinyatakan sembuh dari virus corona.

Virus Covid-19 kini mewabah hingga 102 negara di dunia.

Baca: Tangani Virus Corona, Pemerintah Sebut 620 Spesimen dari 25 Provinsi Rampung Diperiksa

Baca: Hotel Tempat Karantina Pasien Virus Corona di China Runtuh, Diperkirakan Ada 70 Orang yang Terjebak

Baca: Pengelola Kawasan Industri Sosialisasi Pencegahan Virus Corona

Virus tersebut dapat menular dari manusia ke manusia yang menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.

Untuk itu, penting mengenali lebih jauh tentang gejala dan pencegahan virus corona.

Gejala yang ditimbulkan, meliputi bersin, pilek, kelelahan, batuk, dan sakit tenggorokan.

Kemudian, pencegahan virus corona dilakukan dengan berbagai cara.

Misalnya, cuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan