Virus Corona
Hasil Uji Obat Corona Buatan Iran Diklaim Berhasil Turunkan Gejala Pasien dalam 48 Jam
Kementerian Kesehatan Iran baru saja mengumumkan bahwa, pengujian obat khusus Covid-19 buatan dalam negeri telah menghasilkan peningkatan positif.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan Iran baru saja mengumumkan bahwa, pengujian obat khusus Covid-19 buatan dalam negeri telah menghasilkan peningkatan ke arah positif.
Obat imunomodulator yang disebut "Actemra" itu telah diujikan ke rumah sakit di Kota Isfahan.
Pasien mengalami perbaikan parsial terlihat dari gejala yang dialami pasien.
Hal ini sudah dikonfirmasi juru bicara Kementerian Kesehatan, Kianoush Jahanpour pada Rabu lalu dilansir Tehran Times.
Baca: Anak Amien Rais Bela Zulkifli Hasan
Baca: Italia Episentrum Corona di Eropa
Kasus pertama yang diuji dikatakan gejalanya menurun dalam waktu 48 jam setelah konsumsi.
Kendati demikian, masih terlalu dini untuk menyimpulkan.
Beberapa hari mendatang, uji coba akan terus dilanjutkan ke beberapa pasien.
Apabila obat ini memiliki efek relatif, maka mungkin akan dimasukkan ke daftar farmasi nasional.
Menurut laporan dari China, pasien di sana juga menunjukkan reaksi relatif pada beberapa kasus Covid-19 yang parah.

Sayangnya, produksi massal obat ini terkendala teknologi.
Sehingga baru bisa dipasarkan sekitar tiga minggu setelahnya.
Jahanpour juga menjelaskan potensi dua obat boisimilar yang juga diproduksi Iran.
Termasuk lainnya ada interferon alfa dan interferon beta.
Keduanya diproduksi di dalam negeri berpenduduk mayoritas muslim Syiah ini.
Namun, obat Tocilizumab belum masuk ke dalam daftar obat resmi Iran.
Baca: Pakar dan Teman Ungkap Isi Hati Pangeran Harry dan Meghan Markle: Diabaikan hingga Tak Ada Pelukan
Baca: Dapat Uang, Mobil, Kartu Kredit hingga Diajak Liburan, Jennifer Dunn Ngaku Tak Dirayu Wawan: Sumpah
Menurut Jahanpour, obat jenis ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut terkait kemanjurannya.
Iran merupakan salah satu negara yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Saat ini Iran menduduki posisi ke-3 kasus terbesar setelah China dan Italia.
Dilansir The Wuhanvirus, Iran sudah mengantongi lebih dari 10.000 kasus.
Sementara itu, ada 354 orang yang dinyatakan meninggal karena wabah mematikan ini.
Tingkat kematian di Iran sebesar 3,51 persen.
Iran Mendapat Banyak Bantuan dari China dan WHO
Gempuran virus corona yang terus memakan korban, membuat Iran membutuhkan dana yang sedikit untuk menanggulanginya.
Sejumlah bantuan mulai berdatangan ke Iran, diantaranya dari China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bahkan di China, warga sipil turut menyumbangkan dana untuk perjuangan Iran lepas dari wabah corona.
Dalam kurun waktu 24 jam, warga China berhasil mengumpulkan sekitar setengah juta dolar untuk diberikan pada Iran dilansir IRNA.
Mereka menyuarakan agar ada kanal khusus untuk mengumpulkan kontribusi non-tunai.
Kedutaan Iran di China, pada Kamis (5/3/2020) merilis rekening untuk mengumpulkan dana bantuan untuk Iran pada akun Weibo-nya.
Sampai saat ini dana yang sudah terkumpul sebesar 576.000 USD atau sekira Rp 8,3 Miliar.
Baca: Kekhawatiran Masyarakat Soal Corona Akibat Buruknya Upaya Pemerintah Bersosialisi
Baca: Perusahaan di Arab Saudi Tuai Cibiran, Jadikan Manusia Bak Dispenser Hand Sanitiser
Selain dalam bentuk dana, pemerintah China juga memberikan bantuan berupa perlengkapan medis.
Menurut Konsulat Iran di Shanghai, bantuan tersebut terdiri dari obat-obatan tradisional Tiongkok, kain, masker, alat tes dan pelindung wajah.
Pabrik Kimia Jinghua Shanghai juga menyumbangkan obat-obatan senilai 700.000 Yuan sekira Rp 1,4 Miliar dilansir IRNA.
Sementara itu, Bantuan juga datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang beberapa waktu lalu mengirimkan pesawat berisi alat medis.
Selain itu juga bantuan ahli di bidang tes Covid-19 dan paramedis.
Perwakilan WHO, Christoph Hamelmann pada sebuah pesan mengatakan pengiriman alat tes ke-5 sudah mendarat di Iran.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)