Minggu, 24 Agustus 2025

Virus Corona

LSM Asal Israel Ini akan Ajukan Gugatan pada China atas Wabah Virus Corona

LSM Israel, Shurat HaDin, berencana untuk mengajukan gugatan class action terhadap China atas wabah Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/MENAHEM KAHANA
Orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks menghadiri doa khusus untuk mengakhiri pandemi COVID-19 sambil menjaga jarak dua meter dari satu sama lain di Tembok Barat, situs paling suci Yudaisme, di Yerusalem. Rabu (25/3/2020). Israel mengikuti pembatasan ketat untuk menahan penyebaran coronavirus. (AFP/MENAHEM KAHANA) 

TRIBUNNEWS.COM - LSM Israel, Shurat HaDin, berencana untuk mengajukan gugatan class action terhadap China atas wabah Covid-19.

Pihaknya menilai China telah lalai membiarkan virus SARS-CoV-2 sehingga bisa tersebar luas di seluruh dunia.

Dilansir Jerusalem Post yang mengutip Newsweek, setelah gugatan Israel ini akan bergabung dengan empat tuntutan hukum yang tengah diajukan Amerika ke pengadilan AS. 

Baca: Menteri Kesehatan Israel Positif Covid-19, PM Israel Benjamin Netanyahu Lagi-lagi Dikarantina

Baca: Intelijen Israel Ungkap Rahasia China Terkait Virus Corona yang Ditutupi

Sama halnya seperti Israel, AS menuntut China atas adanya pandemi Covid-19.

Menurut istri direktur Shurat HaDin, Nitsana Darshan-Leitner, yakni Aviel Letiner, biasanya LSM ini berfokus pada kelompok terorisme.

Namun terkait corona, China dinilai tidak mampu menghindari dugaan kegagalan dalam menahan virus.

Menurutnya ini sama seperti kasus teroris yang biasa LSM tangani.

Sementara itu, gugatan yang diajukan AS karena fakta sebagian besar negara lain takut akan implikasi kekuatan ekonomi China, jelas Aviel.

Sebelumnya, beberapa tahun terakhir ini China melakukan investasi besar dalam infrastruktur Israel.

Negeri Tirai Bambu memenangkan miliaran dolar tender untuk proyek-proyek seperti lightrail Tel Aviv dan pelabuhan baru Haifa.

Setidaknya kompensasi yang harus dibayar Tiongkok atas tuntutan ini adalah senilai USD 6 Triliun.

Orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks menghadiri doa khusus untuk mengakhiri pandemi COVID-19 sambil menjaga jarak dua meter dari satu sama lain di Tembok Barat, situs paling suci Yudaisme, di Yerusalem. Rabu (25/3/2020). Israel mengikuti pembatasan ketat untuk menahan penyebaran coronavirus. (AFP/MENAHEM KAHANA)
Orang-orang Yahudi Ultra-Ortodoks menghadiri doa khusus untuk mengakhiri pandemi COVID-19 sambil menjaga jarak dua meter dari satu sama lain di Tembok Barat, situs paling suci Yudaisme, di Yerusalem. Rabu (25/3/2020). Israel mengikuti pembatasan ketat untuk menahan penyebaran coronavirus. (AFP/MENAHEM KAHANA) (AFP/MENAHEM KAHANA)

Gugatan ini menambah spekulasi antara pakar, pemimpin dunia, dan tim peneliti terkait sumber penyakit mematikan ini.

Menurut laporan The Hill, ada sebuah labolatorium yang melakukan penelitian virus corona di Wuhan.

Otoritas China menyangkal anggapan Covid-19 berasal dari labolatorium.

Menurut pihaknya, virus bermula dari pasar basah di Wuhan.

Namun ada kemungkinan virus alami dapat menyebar melalui kelelawar yang diteliti di laboratorium, seperti yang dikatakan intelijen Inggris dalam sebuah laporan.

Masalah lain adalah jika China merugikan negara-negara lain selama berminggu-minggu dan juga nyawa manusia.

Sudah terbukti China sempat berusaha membungkam para profesional medis yang berusaha memperingatkan wabah itu lebih awal.

Menurut BBC, inilah yang terjadi pada mendiang Dr Li Wenliang yang meninggal karena virus pada usia 34.

Menurut Worldometers pada Senin (20/4/2020), kasus infeksi di Israel sudah mencapai angka 13.654.

Sementara itu jumlah kematiannya adalah 173, cenderung rendah dibanding perkembangan infeksinya.

Ada 3.872 pasien Covid-19 di negara itu yang berhasil sembuh dari penyakit ini.

AS Kirim Ahli untuk Masuk ke Labolatorium Wuhan

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, meminta China agar memberikan akses AS untuk masuk ke laboratorium Wuhan pada Jumat (18/4/2020) lalu.

Hal ini semakin memicu gesekan antara dua negara ini.

"Kami masih meminta Partai Komunis Tiongkok untuk mengizinkan para ahli masuk ke laboratorium virologi," kata Pompeo di Fox News.

"Sehingga kami dapat menentukan dengan tepat di mana virus ini (Covid-19) bermula," lanjutnya.

Baca: Turki Kalahkan China Dalam Jumlah Kasus Positif Covid-19

Baca: Presiden Trump Curiga China Sengaja Ciptakan Krisis Corona

Pernyataan Pompeo ini disinyalir merujuk anggapan virus corona bukan berasal dari hewan yang selama ini dipahami.

Melainkan bersumber dari laboratorium di Wuhan, China, seperti pernyataan Trump beberapa waktu silam.

Mengutip dari SCMPThe Washington Post melaporkan pada Selasa, para pejabat AS yang telah mengunjungi Institut Virologi Wuhan mengirim kabel diplomatik ke Washington pada awal Januari 2018.

Mereka memperingatkan tentang kelemahan keselamatan dan manajemen di laboratorium itu.

Selain itu, mereka menyatakan langsung penelitian pada virus corona di kelelawar bisa menyebabkan risiko pandemi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan