Senin, 6 Oktober 2025

China Balas Tuduhan AS Tentang Asal Virus Corona, Jubir Kemlu China Sebut Politisi AS Berbohong

China membalas tuduhan-tuduhan Presiden AS, Donald Trump tentang virus corona yang berasal dari labolatoriun di Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Wikimedia Commons
Donald Trump dan Xie Jinping sepakat bekerja sama perangi virus corona 

TRIBUNNEWS.COM - China membalas tuduhan-tuduhan Presiden AS, Donald Trump tentang virus corona yang berasal dari labolatoriun di Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Pihak China mengatakan Amerika Serikat tidak punya bukti yang mendukung tuduhan tersebut.

"Saya pikir masalah ini harus diserahkan kepada para ilmuwan dan profesional medis, dan bukan politisi yang berbohong demi tujuan politik domestik mereka sendiri," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying kepada wartawan, Rabu (6/5/2020) lalu dikutip dari Aljazeera

Baca: Peneliti AS Temukan Jenis Baru Virus Corona yang Lebih Berbahaya

Baca: Harga Minyak Mentah Brent Naik Lebih Dari 32 Dolar AS Per Barel, Pertama Kali Sejak 14 April

Sementara itu, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo terus melancarkan klaim-klaim terkait penanganan Beijing pada wabah.

Menurutnya China bisa mencegah ratusan ribu kematian di dunia dengan trnasparansi data yang harus ditingkatkan.

"Tuan Pompeo berulang kali berbicara tetapi dia tidak bisa memberikan bukti. Bagaimana dia bisa? Karena dia tidak punya," tegas Hua menyoal tuduhan Pompeo.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo  memberikan kesaksian pada sidang Komite Luar Negeri Dewan di Capitol Hill di Washington, DC
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberikan kesaksian pada sidang Komite Luar Negeri Dewan di Capitol Hill di Washington, DC (Carolyn Kaster / AP Foto)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus corona itu muncul secara alami.

Pihaknya juga mengklaim belum ada bukti yang mendukung tuduhan virus SARS-CoV-2 berasal dari labolatorium.

WHO bahkan menilai pernyataan pejabat AS bernada spekulatif saja.

AS dan sejumlah negara dunia mengecam China yang dianggap tidak tanggap menangani virus corona.

Diketahui pertama kali muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei pada Desember tahun lalu.

Hingga saat ini, hampir 3,7 juta orang telah terinfeksi secara global dalam pandemi ini, dengan lebih dari 258.000 kematian.

Menurut laporan Worldometers pada Kamis (7/5/2020), dunia telah mencatat 3.835.125 kasus infeksi Covid-19.

Sebanyak 265.244 meregang nyawa akibat wabah ini dan 1.307.217 berhasil sembuh.

"China bisa menyelamatkan dunia dari kelesuan ekonomi global. Mereka punya pilihan tetapi, sebaliknya, China menutupi wabah di Wuhan."

"China masih menolak untuk berbagi informasi yang kita butuhkan untuk menjaga orang-orang aman," kata Pompeo pada Rabu (6/5/2020).

(Ilustrasi Amerika Serikat Minta Tanggung Jawab China) Presiden AS Donald Trump berbicara selama pengarahan harian tentang virus corona baru, COVID-19, di Taman Mawar Gedung Putih pada 15 April 2020, di Washington, DC.
(Ilustrasi Amerika Serikat Minta Tanggung Jawab China) Presiden AS Donald Trump berbicara selama pengarahan harian tentang virus corona baru, COVID-19, di Taman Mawar Gedung Putih pada 15 April 2020, di Washington, DC. (Mandel NGAN / AFP)

Namun sementara ini, Pompeo mengaku setuju dengan laporan badan intelijen negara.

Laporan tersebut menyatakan bahwa tidak ada indikasi virus corona adalah buatan manusia atau dimodifikasi secara genetik.

Dimana pembuktian itu adalah hal yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa benar virus berasal dari labolatorium Wuhan.

Pekan lalu, Trump mengatakan kepada awak pers telah melihat bukti yang meyakinkan bahwa klaimnya benar.

Selama perang kata antara AS dan China, kedua negara ini saling tuduh berusaha mengalihkan perhatian publik dari usaha penanganan Covid-19 pihaknya sendiri.

"Kami mendesak AS untuk berhenti mengalihkan fokus ke China," kata Hua saat konferensi pers.

"Ini harus menangani urusan dalam negerinya dengan benar terlebih dahulu. Yang paling penting sekarang adalah mengendalikan penyebaran pandemi domestik AS dan memikirkan cara-cara untuk menyelamatkan nyawa," tambahnya.

Namun di atas itu semua, AS dan Australia beberapa kali menyerukan agar China diinvestigasi awal mula wabah Covid-19 bisa berubah menjadi pandemi global.

WHO juga mengatakan sedang menunggu undangan dari Beijing untuk berpartisipasi dalam penyelidikannya tentang asal-usul virus dari hewan.

Namun Duta Besar Beijing untuk PBB di Jenewa, Chen Xu mengatakan, China tidak akan mengundang para ahli internasional untuk menyelidiki sumber pandemi sampai menemukan kebenaran dari virus tersebut.

Chen Xu, juga mengatakan China harus melawan politisasi virus corona AS yang absurd dan konyol.

Baca: Viral Jenazah WNI ABK Kapal China Dilempar ke Laut, Begini Aturannya Menurut ILO

Baca: Melihat Sejarah Masjid Huaisheng di China yang Dibangun Ribuan Tahun Lalu

Hingga Kamis ini, Amerika Serikat masih terpantau menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi dan kematian terbanyak di dunia.

Dari total 3,8 juta kasus dunia, 1.263.224 ada di Amerika Serikat.

Sementara itu, angka kematiannya mencapai 74.809 berbanding jauh dengan posisi kedua, Inggris di angka 30.076.

Meskipun masih mengantongi banyak infeksi dan jumlah kematian, setidaknya 23 negara bagian AS sudah mulai mengangkat lockdown.

Sedangkan lebih dari setengahnya dari total 50 negara bagian sedang dalam tahap perencanaan pembukaan dan masih dalam kondisi lockdown.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved