Selasa, 19 Agustus 2025

Komunitas Adat Ekuador Larikan Diri ke Hutan Hujan Amazon, Khawatir akan Punah karena Virus Corona

Anggota komunitas adat Ekuador telah melarikan diri ke hutan hujan Amazon, khawatir komunitasnya akan musnah ketika infeksi virus corona.

Editor: Miftah
Picture: Guilherme Gnipper Trevisan/Hutukara
ILUSTRASI - Masyarakat Mixihatetema menghindari kontak dengan masyarakat luar dan hidup sempurna dalam isolasi di hutan Amazona 

TRIBUNNEWS.COM - Anggota komunitas adat Ekuador telah melarikan diri ke hutan hujan Amazon.

Hal itu dilakukan karena khawatir komunitasnya akan musnah ketika infeksi virus corona meningkat di wilayahnya.

Mengutip dari Al Jazeera, Rabu (6/5/2020), sekira 744 anggota komunitas adat Siekopai, yang berada di sepanjang perbatasan antara Ekuador dan Peru, memiliki 15 kasus virus corona dikonfirmasi.

Komunitas itu mengatakan, dua lansia pemimpin komunitas adat meninggal dalam dua minggu terakhir setelah menunjukkan gelaja Covid-19.

Berdasar data yang dihimpun worldometers, Ekuador telah melaporkan lebih dari 31.000 kasus di seluruh negeri.

Sementara lebih dari 1.600 orang telah meninggal karena Covid-19.

Baca: Bocah Remaja Pedalaman Amazon Meninggal karena Covid-19, Diduga Penularan dari Penambang Asing

Baca: Kekhawatiran Dampak Corona Meningkat di Suku Pedalaman Amazon setelah Remaja 15 Tahun Meninggal

Tunjukkan Gelaja Virus Corona

Lebih lanjut, sejumlah besar Siekopai telah menunjukkan gelaja yang berkaitan dengan wabah tersebut.

Mereka diketahui mencari bantuan dari pusat kesehatan pemerintah di kota Tarapoa yang berdekatan.

Presiden Jusino Piaguaje dalam pertemuan yagng diadakan pada Senin (4/5/2020), mengatakan, dokter menyebut mereka baru saja mengalami 'flu jahat'.

Ketika para penatua meninggal bulan lalu, para pemimpin Seikopai mendesak pemerintah Ekuador untuk melindungi komunitas adat.

Tak hanya itu saja, mereka juga meminta agar para penduduk mendapat uji tes untuk Covid-19.

Tetapi, komunitas adat tersebut tidak mendapat tanggapan.

"Hanya ada hampir 700 dari kita," kata pemimpin komunitas adat.

"Di masa lalu, kita adalah korban dari jenis penyakit ini, dan hari ini, kita tidak ingin sejarah terulang," terangnya.

"Kami tidak ingin orang-orang mengatakan ada 700 orang di antara kami dan sekarang ada 100 orang," katanya.

"Skandal besar bagi pemerintah Ekuador untuk meninggalkan kami dengan kisah sedih di abad ke-21," paparnya.

Kabur ke Hutan Hujan Amazon

ILUSTRASI - Masyarakat Mixihatetema menghindari kontak dengan masyarakat luar dan hidup sempurna dalam isolaso di hutan Amazona (Picture: Guilherme Gnipper Trevisan/Hutukara)
ILUSTRASI - Masyarakat Mixihatetema menghindari kontak dengan masyarakat luar dan hidup sempurna dalam isolasi di hutan Amazon (Picture: Guilherme Gnipper Trevisan/Hutukara)

Lebih lanjut, ketakutan terhadap cirus corona dan menghindari infeksi, lusinan anak-anak dan lansia Siekopai melarikan diri dengan sampan ke Lagartococha.

Untuk diketahui, Lagartochocha merupakan satu di antara lahan basah di jantung Amazon.

Piaguaje mengatakan, Siekopai yang tinggal di wilayah Sucumbios, Ekuador beralih ke obat-obatan homoeopati untuk mengatasi masalah pernapasan.

Secara terpisah, menurut Organisasi Masyarakat Adat CONFENIAE, Kelompok Pribumi lain di Amazon Ekuador, juga mengonfirmasi kasus virus corona.

Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang bekerja di bawah Amazon Ekuador mengatakan, Kementerian Kesehatan mengabaikan masyarakat seperti Siekopai.

Organisasi tersebut menyebut, komunitas adat Siekopai belum menerima tes atau pasokan medis meski pun memiliki kerentanan terhadap virus corona.

"Mereka berada dalam resiko serius, dihancurkan secara fisik dan budaya oleh penyebaran Covid-19 di wilayah mereka," kata Mario Espinosa, pembela HAM dari Kelompok Amazon Frontlines.

Mengajukan Keluhan Resmi ke PBB

Lebih jauh, di negara tetangga, Peru, kelompok-kelompok Pribumi mengajukan keluhan resmi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir April 2020.

Mereka mengatakan, pemerintah telah meninggalkan mereka dan berjuang sendiri melawan virus corona, dengan resiko etnosida.

Hal ini diungkapkan karena, pemerintah tidak bertindak untuk membantu kelompok-kelompok pribumi tersebut.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan