Korut Bersiap Mobilisasi Pasukan ke Perbatasan Korea
Ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memuncak akibat propaganda selebaran dari pembelot yang dikirim Korea Utara.
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memuncak akibat propaganda selebaran dari pembelot yang dikirim Korea Utara.
Militer Korea Utara menyatakan pihaknya siap mengambil tindakan pembalasan bila kelompok-kelompok itu terus menuerus melakukan aksi mereka.
Mengutip Reuters, Selasa (16/6), Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA) mengatakan telah mempelajari rencana aksi untuk memasuki kembali zona yang telah didemiliterisasi di bawah pakta antar-Korea 2018 dan mengubah garis depan menjadi benteng pertahanan.
Baca: Korut Meradang dan Merasa Cuma Diberi Janji-janji Manis oleh Amerika
"Tentara kami akan dengan cepat dan menyeluruh mengimplementasikan setiap keputusan dan perintah Partai dan pemerintah," kata KPA dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita resmi KCNA.
Ketegangan meningkat ketika Pyongyang mengancam akan memutuskan hubungan antar-Korea dan mengambil tindakan balasan atas selebaran, yang membawa pesan-pesan kritis terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un termasuk pelanggaran hak asasi manusia.
Baca: Daftar 9 Negara Pemilik Total 13.400 Hulu Ledak Nuklir, Rusia Teratas, Korea Utara Paling Sedikit
Kementerian pertahanan Korea Selatan menyerukan agar Pyongyang mematuhi perjanjian 2018, di mana militer kedua belah pihak bersumpah untuk menghentikan semua tindakan bermusuhan dan membongkar sejumlah bangunan di sepanjang Zona Demiliterisasi yang dijaga ketat antara kedua negara.
Baca: Suami Istri Tewas Dieksekusi Regu Tembak Lantaran Coba Kabur dari Korea Utara, Awalnya Disiksa
"Kami menanggapi situasi ini dengan serius," kata juru bicara kementerian Choi Hyun-soo dalam sebuah pengarahan. "Militer kami menjaga postur kesiapan untuk dapat menanggapi situasi apa pun," tambahnya.
Beberapa kelompok yang dipimpin oleh pembelot secara teratur mengirim kembali selebaran, bersama dengan makanan, uang kertas US$ 1, radio mini dan stik USB yang berisi drama dan berita Korea Selatan, biasanya dengan balon melewati perbatasan atau dalam botol melalui sungai.
Pada hari Sabtu, Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim yang melayani sebagai pejabat senior Partai Buruh yang berkuasa, mengatakan ia memerintahkan militer untuk mempersiapkan tindakan selanjutnya yang tidak ditentukan.
Baca: Korea Utara Berjanji akan Buat Korea Selatan Menderita
Korea Selatan tengah berencana mengambil tindakan hukum terhadap dua kelompok pembelot, dengan mengatakan tindakan mereka memicu ketegangan lintas-batas, menimbulkan risiko bagi penduduk yang tinggal di dekat perbatasan dan menyebabkan kerusakan lingkungan.
Namun kelompok tersebut mengatakan mereka berniat untuk terus maju dengan kampanye yang direncanakan minggu ini.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak Pyongyang pada hari Senin untuk menjaga perjanjian damai yang dicapai oleh kedua pemimpin dan kembali ke dialog.
Korsel perkuatan pengawasan
Militer Korea Selatan memperkuat pemantauannya terhadap Korea Utara, setelah Pyongyang mengancam akan mengambil tindakan militer.
Tetapi, sumber kantor berita Yonhap, sejauh ini hasil pemantauan menunjukkan, tidak ada langkah yang tidak biasa dari militer Korea Utara yang terdeteksi.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (13/6), Kim Yo Jong, saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan, militernya akan mengambil "langkah selanjutnya" terhadap Korea Selatan dalam serangkaian ancaman terbaru yang Pyongyang buat.
Korea Utara marah atas selebaran anti-Pyongyang yang para pembelot Korea Utara di Korea Selatan kirim melintasi perbatasan.
Pada Senin (15/6), Korea Utara mengeluarkan ancaman terbaru lewat Rodong Sinmun, surat kabar utama negara itu. "Tindakan pembalasan tanpa henti akan berlanjut," kata Rodong Sinmun, organ partai berkuasa Korea Utara, seperti dikutip Yonhap.
"Militer kuat revolusioner kita yang tak terkalahkan akan meluncurkan tindakan yang akan membalas dendam kepada orang-orang kita yang telah menjadi lebih marah dari sebelumnya," ujar Rodong Sinmun.
Memantau dengan seksama
Di tengah kekhawatiran atas kemungkinan provokasi Pyongyang di perbatasan maritim antar-Korea atau dekat Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Kepala Staf Gabungan (JCS) menyatakan, tidak ada kegiatan luar biasa oleh Korea Utara.
"Kami sedang memantau dengan seksama langkah-langkah militer Korea Utara dan mempertahankan postur kesiapan militer yang kuat," kata juru bicara JCS Kolonel Kim Jun-rak dalam jumpa pers, Senin (15/6), seperti dikutip Yonhap. "Sampai saat ini, belum ada insiden".
Sumber Yonhap mengungkapkan, militer Korea Selatan memantau ketat aktivitas Korea Utara dengan aset pengawasannya di garis depan serta di udara dan perairan. "Pemantauan telah ditingkatkan secara keseluruhan," ujar sumber itu.
Menyusul ancaman Korea Utara, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada Minggu (14/6), pihaknya mempertahankan sikap siap siaga untuk menanggapi semua situasi yang melibatkan Korea Utara.
Dan, Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyerukan Pyongyang untuk mematuhi pakta militer antar-Korea yang ditandatangani pada 2018 untuk menghentikan semua tindakan bermusuhan terhadap satu sama lain.

Komitmen AS
Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali komitmennya untuk menjaga postur pertahanan gabungan yang "kuat" dengan Korea Selatan untuk menanggapi setiap situasi yang melibatkan Korea Utara, setelah Pyongyang mengancam bakal melakukan aksi militer terhadap Seoul.
Pada Sabtu (13/6), Kim Yo Jong, saudari Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengancam akan mengambil "langkah selanjutnya" terhadap Korea Selatan dan memberikan instruksi kepada tentara untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Senin (15/6), Korea Utara mengeluarkan ancaman terbaru lewat Rodong Sinmun, surat kabar utama negara itu. "Tindakan pembalasan tanpa henti akan berlanjut," kata Rodong Sinmun, organ partai berkuasa Korea Utara, seperti dikutip Yonhap.
"Militer kuat revolusioner kita yang tak terkalahkan akan meluncurkan tindakan yang akan membalas dendam kepada orang-orang kita yang telah menjadi lebih marah dari sebelumnya," ujar Rodong Sinmun.
"Kami tetap berkomitmen untuk mempertahankan postur pertahanan gabungan yang kuat," kata John Supple, juru bicara Pentagon, sebutan Kementerian Pertahanan AS, kepada kantor berita Yonhap, Minggu (15/6).
Hubungan antar-Korea menegang ketika Korea Utara merilis serentetan pernyataan yang sangat keras membanting Korea Selatan karena gagal menghentikan pembelot Korea Utara di Korea Selatan mengirim selebaran anti-Pyongyang ke Korea Utara.
Korea Utara juga memperingatkan, mereka mungkin membatalkan pakta militer antar-Korea yang ditandatangani pada 2018 lalu untuk mengurangi ketegangan perbatasan dan menghancurkan kantor penghubung bersama.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan kekecewaannya pada pekan lalu, pasca Korea Utara bersumpah untuk memutuskan semua jalur komunikasi antar-Korea dan menolak menjawab panggilan telepon Korea Selatan melalui penghubung dan hotline militer.
Berita ini tayang di Kontan: https://internasional.kontan.co.id/news/korea-utara-mengancam-militer-korea-selatan-perkuat-pemantauan-di-garis-depan?page=all