Selasa, 26 Agustus 2025

70 Tahun Berlalu Sejak Perang Korea Utara dan Korea Selatan Berperang, Belum Ada Perjanjian Damai

Kedua negara pada dasarnya masih berperang, karena tidak ada perjanjian damai yang dibuat, hanya gencatan senjata.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Ed JONES / AFP
Aktor berpakaian tentara era Perang Korea memegang merpati yang akan diterbangkan selama upacara peringatan 70 tahun dimulainya Perang Korea di Peringatan Perang Baengmagoji di Cheorwon, dekat Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan. 25 Juni 2020 

Jumlah itu 500.000 ton bom lebih banyak yang dijatuhkan AS di Pasifik dalam keseluruhan Perang Dunia Kedua, menurut angka yang dikutip oleh sejarawan Charles Armstrong dalam Jurnal Asia-Pasifik.

Para jurnalis, pengamat internasional, dan tawanan perang Amerika yang berada di Korea Utara selama perang melaporkan bahwa hampir setiap bangunan penting telah dihancurkan.

Pada November 1950, Korea Utara menasihati warganya untuk menggali lubang di perumahan sebagai tempat berlindung.

Korea Utara tidak mencatat angka-angka korban resmi dari pemboman itu, tetapi informasi yang diperoleh dari arsip Rusia oleh Proyek Sejarah Internasional Perang Dingin Wilson Center menyebutkan jumlahnya lebih dari 280.000 orang.

Jenderal Curtis LeMay, tokoh pemboman strategis AS dan arsitek serangan api yang menghancurkan sejumlah kota di Jepang dalam Perang Dunia II, mengatakan ini tentang pemboman Amerika terhadap Korea Utara.

"Kami pergi ke sana dan berperang dan akhirnya membakar setiap kota di Korea Utara, entah bagaimana caranya."

3. Korea Utara meyakinkan Uni Soviet dan Joseph Stalin untuk membiarkan perang terjadi

Ketika Perang Dunia II berakhir, kendali Semenanjung Korea - yang sebelumnya diduduki oleh Jepang - dibagi antara Uni Soviet di utara dan Amerika Serikat di selatan.

Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara, ingin menyatukan kedua Korea di bawah pemerintahan komunis dan meminta izin dari pemimpin Soviet Joseph Stalin untuk melakukannya secara paksa, menurut catatan dari Wilson Center.

Atas permintaan pertama Kim Il Sung untuk melakukan penyerangan pada Maret 1949, Stalin awalnya waspada dan tidak ingin terlibat konflik dengan Amerika Serikat, yang masih memiliki pasukan pendudukan di Korea Selatan.

Tetapi ketika pasukan AS itu ditarik pada musim panas 1949, oposisi Stalin melunak.

Pada April 1950, pemimpin Soviet siap untuk mendengar permintaan Kim lagi ketika pemimpin Korea Utara itu mengunjungi Moskow.

Stalin mengatakan kepada Kim, USSR akan mendukung penyerangan, tetapi hanya jika Kim mendapat persetujuan komunis China.

Didorong oleh kemenangan komunis China atas pasukan Nasionalis pada 1949 - dalam perang saudara di mana Washington tidak melakukan intervensi - pemimpin China Mao Zedong setuju dan menawarkan untuk menjadi pasukan cadangan bagi pasukan Korea Utara dalam kemungkinan intervensi AS.

Dengan itu, Kim memiliki lampu hijau untuk menyerang.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan