Rabu, 3 September 2025

Deretan Negara dan Pimpinan Gereja yang Kecewa Lantaran Hagia Sophia Dikonversi Jadi Masjid

Amerika Serikat kecewa dengan keputusan Turki mengonversi Hagia Sophia menjadi masjid.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Ozan KOSE / AFP
Orang-orang mengunjungi Museum Hagia Sophia pada 26 Juni 2020 di Istanbul. Pengadilan tinggi Turki dijadwalkan pada 2 Juli 2020 untuk memberikan vonis kritis pada status landmark landmark Istanbul yang menjadi museum masjid yang berubah menjadi masjid, Hagia Sophia, sebuah keputusan yang dapat mengobarkan ketegangan terutama dengan negara tetangga Yunani. Gedung abad keenam - sebuah magnet bagi para wisatawan di seluruh dunia dengan arsitekturnya yang menakjubkan - telah berfungsi sebagai museum sekuler sejak tahun 1930-an yang menjadikannya terbuka bagi umat beragama dari semua agama. 

1. Para Pemimpin Gereja

Dikutip dari Al Jazeera, Gereja Ortodoks Rusia kecewa atas keputusan Turki mencabut status museum Hagia Sophia. 

Pihaknya menilai Turki mengabaikan keinginan jutaan umat Kristen.

"Kekhawatiran jutaan orang Kristen belum didengar," kata juru bicara Gereja Ortodoks Rusia Vladimir Legoida, menurut kantor berita Rusia Interfax.

Gereja Ortodoks Rusia sebelumnya menolak keinginan Turki untuk mengubah situs yang pernah menjadi katedral dan museum, diubah menjadi masjid.

Pihaknya menilai Turki mengancam semua peradaban Kristen dunia.

Sebelumnya Patriark Ekumenis Bartholomew, kepala spiritual sekitar 300 juta umat Kristen Ortodoks yang berbasis di Istanbul turut mengecam keinginan Turki.

2. UNESCO

Sepakat dengan Rusia dan Yunani, UNESCO menyesalkan dan meminta ada dialog untuk mengupas status situs warisan dunia ini.

3. Yunani

Negara yang kerap bersitegang dengan Turki ini menyebut keputusan konversi Hagia Sophia merupakan provokasi kepada dunia.

"Ini adalah pilihan yang juga menyinggung semua orang yang mengakui monumen sebagai properti budaya dunia," kata Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis.

4. Rusia

Vladimir Dzhabarov, wakil ketua komite urusan luar negeri di majelis tinggi parlemen Rusia menyebut keputusan Turki salah.

"Mengubahnya menjadi masjid tidak akan berdampak apa pun bagi dunia Muslim."

"Itu tidak menyatukan negara, tetapi sebaliknya menyebabkan singgungan," katanya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan