Ledakan di Beirut
Terkait Ledakan di Beirut, Warga Rencanakan Demo Kembali: Kemarahan Kami Tidak Berakhir dalam Sehari
Seorang warga Lebanon mengaku akan melakukan unjuk rasa lagi setelah demonstran sempat menyerbu beberapa kementerian.
Penulis:
Febia Rosada Fitrianum
Editor:
Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Pengunjuk rasa dalam demo di Lebanon merasa marah atas kelalaian yang menyebabkan ledakan besar pekan lalu.
Mereka menyalahkan sejumlah pihak terkait karena ledakan besar di Beirut telah terjadi.
Seorang pengunjuk rasa pun berjanji akan melakukan demo kembali setelah sebelumnya sempat menyerbu beberapa kementerian.
Baca: Kerusuhan Muncul Setelah Ledakan di Beirut, Dua Menteri Mundur
Menurut sebuah pesan yang beredar di media sosial, kemarahan warga atas ledakan tidak berakhir dalam satu hari saja.
Pesan tersebut sebagai tanggapan atas ledakan berkekuatan gempa bumi, pada Selasa (4/8/2020).
Ledakan itu diduga disebabkan oleh ribuan ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan selama tujuh tahun.

"Siapkan tiang gantungan karena kemarahan kita tidak berakhir dalam satu hari," peringatan dari seseorang dilansir Al-Jazeera.
Dalam aksi unjuk rasa, demonstran mendapati mereka dilempari oleh gas air mata dengan jumlah banyak.
Namun mereka melemparkan batu dan petasan ke arah polisi anti huru hara.
Sehingga, beberapa di antaranya harus dibawa ke ambulans karena mendapat luka-luka.
Saat demo, seorang polisi dikabarkan tewas dan 170 orang alami luka-luka menurut informasi dari Palang Merah.
Seorang demonstran bernama Younis Flayti (55) mengatakan dalam unjuk rasa kepolisian menembaki dirinya.
Baca: Demonstrasi Pasca-ledakan di Beirut, WNI Diminta Berdiam Diri di Rumah
Baca: Buntut Ledakan di Beirut, Kini Giliran Menteri Lingkungan Lebanon Mundur
Akan tetapi seorang pensiunan perwira militer itu menyebutkan tidak bisa menghentikan para demonstran.
"Polisi menembaki saya, tapi itu tidak akan menghentikan kami untuk berdemonstrasi."
"Sampai kami mengubah pemerintah dari atas ke bawah," terang Younis, Minggu (9/8/2020).
Dalam aksi demo, terdapat seorang mekanik bernama Sabir Jamali yang terlihat duduk di samping tali.
Tali tersebut nampak terpasang pada sebuah bingkai kayu di Lapangan Martir.
Simbolis itu dimaksudkan kepada para pemimpin Lebanon untuk mengundurkan diri atau menghadapi hukuman gantung.

Ia pun menyampaikan para demonstran akan kembali melakukan protes terhadap Pemerintah Lebanon.
"Setiap pemimpin yang menindas kami harus digantung," jelas Sabir Jamali.
Seorang demonstran bernama Maroun Shehadi, juga melampiaskan kekesalannya terkait ledakan Beirut.
Maroun menceritakan, selama 15 tahun ia menghemat uang dari bekerja di Kuwait di bidang sanitasi.
Kemudian ia membangun sebuah toko souvenir di Lebanon yang kini hancur akibat ledakan.
Baca: Pascaledakan di Beirut, Menteri Informasi Lebanon Mengundurkan Diri karena Merasa Gagal
Baca: Protes Anti-Pemerintah Lebanon Setelah Ledakan Dahsyat di Beirut: 28 Orang Dikabarkan Terluka
Ia menambahkan, tidak akan ada yang berubah sebelum para pemerintah pergi dan copot dari jabatannya.
"Tidak ada yang akan berubah sampai para pemimpin kita pergi begitu saja," ungkap Maroun.
Kepala Gereja Maronit Lebanon, Patriark Bechara Boutros al-Rai turut bergabung bersama suara demonstran.
Patriark juga mendesak orang-orang di dalam Kabinet Diab untuk mundur dari jabatan mereka.
Karena ledakan di Beirut yang terjadi pekan lalu bisa digambarkan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Menurut Patriark, pengunduran seorang anggota parlemen atau menteri tidak akan cukup.
Untuk mengatasi semua ini, seluruh pemerintahan juga harus mengundurkan diri karena tak bisa membantu memulihkan negara.
"Pengunduran diri seorang anggota parlemen atau menteri tidak cukup," tutur Patriark Minggu (9/8/2020).
"Seluruh pemerintah harus mengundurkan diri karena tidak dapat membantu negara pulih," lanjutnya.
Para pengunjuk rasa menuntut penghapusan kelas penguasa Lebanon.
Baca: Dampak Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Protes Massa Pecah Tuntut Pemerintah Mundur
Baca: Dituding Simpan Senjata di Lokasi Ledakan Beirut, Pemimpin Hizbullah Buka Suara
Karena kelas tersebut memperlihatkan kehidupan para penguasa Lebanon dalam kemewahan.
Sementara jutaan warga harus kehilangan pekerjaan, kemiskinan yang semakin parah, pemadaman listrik, hingga tumpukan sampah di jalan.
Dari ledakan di Beirut pekan lalu, total terdapat 158 orang meninggal dunia.
Kemudian 60 orang dinyatakan masih hilang, serta 6.000 lebih mengalami luka-luka.
Korban luka diakibatkan oleh pecahan kaca ketika gelombang kejut terhempas di seluruh bagian kota.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)