Jumat, 22 Agustus 2025

Virus Corona

Cara Sadis Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Perlakukan Warganya yang Positif Covid-19

Peters melaporkan bahwa kematian para korban Covid-19 di kamp karantina itu tak hanya karena wabah namun juga karena kelaparan.

Editor: Hasanudin Aco
STR / KCNA VIA KNS / AFP
Gambar ini diambil pada 13 Agustus 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 14 Agustus 2020 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri pertemuan Partai Buruh Korea (WPK) yang berkuasa di Pyongyang. 

TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG -  Korea Utara dilaporkan menerapkan kebijakan sadis yang melanggar hak asasi manusia (HAM) untuk orang yang terinfeksi virus corona.

Pasien Covid-19 di Korea Utara dikabarkan ditempatkan pada sebuah 'kamp karantina' dan dibiarkan kelaparan sampai mati, menurut klaim seorang aktivis.

Laporan-laporan selanjutnya, yang dilansir dari Daily Mail mengatakan bahwa orang-orang dengan gejala virus corona tersebut 'diangkut dari rumah mereka tanpa makanan' dan bahwa pihak otoritas telah meningkatkan jumlah korban Covid-19 yang dibakar.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Sempat Diumumkan Batal, Menteri Luhut Kembali Janjikan Vaksinasi Siap Bulan Depan

Seorang aktivis Kristen, Tim Peters yang menjalankan solidaritas amal berbasis di Seoul, Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara mengklaim 'kamp karantina' dibangun di kota-kota dekat perbatasan dengan China.

Namun, korban yang dibakar di kamp itu seringkali tidak mendapat perawatan medis dengan baik termasuk menderita kelaparan.

Kepada South China Morning Post, aktivis itu mengatakan bahwa pemerintah Korea Utara sama sekali tidak menyediakan makanan mau pun obat-obatan kepada mereka yang 'dikebumikan' di sana.

Singkatnya, Peters melaporkan bahwa kematian para korban Covid-19 di kamp karantina itu tak hanya karena wabah namun juga karena kelaparan.

LSM Peters mengirim pasokan medis dan lainnya sampai ke Korea Utara, dia menggambarkan situasi Covid di negara itu sangatlah serius.

Adanya laporan abai terhadap korban Covid itu dianggap cocok dengan informasi yang diterima dari mereka yang selamat dari kamp-kamp penjara Korea Utara di mana para narapidana hanya 'diberi makan dalam jumlah yang sangat minimum'.

Seorang pendeta bernama David Lee yang bekerja sama dengan pembelot Korea Utara di Seoul mengatakan bahwa virus corona disebut sebagai 'penyakit hantu' sehingga dianggap tidak ada alat uji tepat untuk bisa melacak dan menghentikan penyebaran virus.

Sementara aktivis HAM lain di Korea Selatan yang enggan menyebut nama mengatakan bahwa pihak berwenang telah banyak membakar jenazah korban Covid-19.

"Otoritas inspeksi pusat datang dari Pyongyang dan membakar semua mayat. Penduduk sangat cemas."

Klaim mengejutkan itu muncul ketika Kim Jung Un menyatakan bahwa negaranya itu 'bebas virus corona' selama pidatonya di parade militer memperingati ulang tahun ke-75 Partai Pekerja Demokrat Korea.

Pemimpin Korea Utara itu menyalahkan sanksi internasional, topan, dan virus corona sehingga membuatnya tidak bisa memenuhi janji-janji kemajuan ekonomi bagi rakyat.

Dia mengatakan dia bersyukur tidak ada satu pun warga Korea Utara yang dinyatakan positif mengidap penyakit itu, sebuah pernyataan yang sebelumnya selalu dipertanyakan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id

Sumber: Kontan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan