Sabtu, 16 Agustus 2025

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Joe Biden Disebut Akan Menjadi 'Tukang Sapu' di Masa Awal sebagai Presiden AS

Pengamat memberikan pandangannya terkait apa yang akan dilakukan Joe Binde di masa awal menjadi Presiden Amerika Serikat.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
https://www.instagram.com/joebiden/
Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden dan Wapres terpilih, Kamala Harris. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Prapto Raharja, memberikan pandangannya terkait apa yang akan dilakukan Joe Biden di masa awal menjadi Presiden Amerika Serikat.

Dinna menyebut, Biden akan disibukkan dengan urusan internal pemerintahan di awal-awal kepemimpinannya.

Hal itu termasuk membersihkan kebijakan-kebijakan presiden sebelumnya, Donald Trump, yang tidak sejalan dengannya.

"Joe Biden akan banyak jadi tukang sapu dulu, kalau saya boleh pakai istilah itu."

"Ini karena saat Trump memimpin cukup banyak kebijakan Amerika Serikat yang berubah drastis," ucap Dinna dikutip dari kanal YouTube KompasTV, Senin (9/11/2020).

Baca juga: POPULER INTERNASIONAL: Kabar Donald Trump Akan Diceraikan Istri | Kamala Harris Telepon Joe Biden

Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Prapto Raharja
Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Prapto Raharja. (Tangkap layar channel YouTube KompasTV)

Dinna kemudian membeberkan contoh kebijakan yang akan disapu oleh Biden.

Disebutkan, Biden akan mengembalikan kiblat hubungan internasional negara paman Sam ke prinsip multilateralisme.

"Seperti melakukan negosiasi dengan Iran contohnya," lanjut perempuan berkaca mata ini.

Dinna menambahkan, Biden juga memiliki tugas rumah berat dalam memperbaiki perekonomian Amerika Serikat pasca terpaan badai pandemi Covid-19.

Ia juga melihat di tahun pertama dan kedua, Biden akan disibukkan dengan urusan internal dan sekutu-sekutu Amerika Serikat.

Baca juga: Sekjen MUI Sebut Perbedaan Sikap dengan Trump Jadi Kunci Kemenangan Joe Biden

Arti Kemenangan Joe Biden bagi Dunia

 Joe Biden akan menjadi presiden Amerika Serikat ke-46.

Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, berdasarkan Associated Press, Joe Biden telah memenangkan Pilpres 2020 dengan perolehan 290 suara elektoral.

Joe Biden berhasil menguasai Pennsylvania (20 suara elektoral) dan Nevada (6 suara elektoral) setelah 3 hari jumlah suara elektoral tak berubah.

Ia kini dipastikan melaju ke Gedung Putih, meninggalkan Donald Trump yang hanya mengumpulkan 214 suara elektoral.

Tiga negara bagian belum menyelesaikan perhitungan, yaitu North Carolina (15), Georgia (16) dan Alaska (3).

Lantas, apa arti kemenangan Joe Biden bagi dunia internasional?

Berikut penjelasannya yang dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.

Baca juga: Kemenangan Joe Biden Muncul di Halaman Depan Pemberitaan Surat Kabar di Eropa

China

Presiden Tiongkok Xi Jinping (kiri) saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Beijing, Tiongkok, pada 9 November 2017
Presiden Tiongkok Xi Jinping (kiri) saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Beijing, Tiongkok, pada 9 November 2017 (Thomas Peter-Pool/Getty Images)

Sudah menjadi rahasia umum, hubungan Amerika Serikat dengan negara China memanas saat Donald Trump menjadi presiden.

Ini terbukti adanya perang dagang yang melibatkan dua negara besar di dunia ini.

Koresponden BBC, John Sudworth, menyebutkan bahwa Trump tercatat beberapa kali menjatuhkan sanksi kepada China.

Langkah itu termasuk menuding China sebagai biang kerok atas pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden akan membawa angin segar kepada China.

Disebutkan, negara yang dipimpin oleh Xi Jinping ini akan memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat.

"China mungkin, tentu saja, mencoba mencari keuntungan dalam kesediaan Joe Biden untuk bekerja sama dalam masalah besar seperti perubahan iklim. Termasuk juga untuk bekerja memperbaiki aliansi dengan Amerika," kata John.

Baca juga: Kemenangan Joe Biden Diyakini Bisa Hentikan Perang Dagang AS dan China

Iran

Tewasnya Qasem Soleimani
Tewasnya Qasem Soleimani. (Insider)

Tidak jauh berbeda dengan China, negara Iran juga memiliki hubungan buruk saat Trump menjadi presiden.

Hal di atas tidak lepas dari kebijakan Trump yang dinilai terus memberikan tekanan terhadap Iran, sehingga membuatnya mengalami guncangan ekonomi.

Selain itu, Trump memerintahkan pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani, teman dekat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang semakin memperkeruh keadaan.

Masih dilansir BBC, koresponden BBC Persian Service Kasra Naji, menyebut terpilihnya Joe Biden membuat negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat jauh lebih mudah bagi Iran.

"Presiden terpilih Biden, mengatakan dia ingin menggunakan diplomasi dan kembali ke kesepakatan nuklir dengan Iran," tulis Kasra.

Kasra menambahkan, jutaan orang Iran yakin masa depan mereka bergantung pada hasil dan berharap kemenangan Biden yang akan membuat ketegangan kedua negara mereda.

Baca juga: Presiden Joko Widodo Sampaikan Selamat pada Presiden AS Terpilih Joe Biden

Indonesia

BENDERA RAKSASA - Pembentangan bendera merah putih raksasa jelang laga Arema FC melawa  PSIS Semarang dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (31/8/2019). SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
BENDERA RAKSASA - Pembentangan bendera merah putih raksasa jelang laga Arema FC melawa PSIS Semarang dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (31/8/2019). SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO (SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO)

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia memandang, terpilihnya Biden sebagai Presiden AS, tetap tidak akan signifikan mengubah kebijakan Amerika Serikat di indonesia.

Menurut Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora, Henwira Halim, sejak Barack Obama menjadi Presiden AS hingga Donald Trump, kebijakan Amerika Serikat terhadap Indonesia AS tidak berubah.

"Tetapi impact (dampaknya, red) pada Indonesia dengan terpilihnya Biden akan membuka lebih banyak ruang untuk negosiasi antara AS dan RRC (China, red). Dimana Indonesia akan memiliki kesempatan Lebih besar untuk berperan penting meredakan ketegangan di kawasan," kata Henwira melalui keterangannya, Minggu (8/11/2020).

Menurut Henwira, ketegangan antara Amerika Serikat dan China akan tetap berlanjut dalam hal unjuk kekuatan pertahanan dan militer.

Amerika Serikat tetap akan menggelontorkan anggaran besar untuk mengimbangi kekuatan militer China.

"AS selalu memandang harus ada perimbangan terhadap perkembangan militer RRC terutama aktivitas mereka di Kawasan Laut China Selatan. Kerjasama pertahanan ini yang harus dimanfaatkan betul oleh Indonesia," katanya.

Henwira mengatakan, Amerika Serikat memandang Indonesia sebagai jangkar ASEAN yang berpotensi sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan negeri tirai bambu di Laut China Selatan.

Indonesia dinilai Amerika Serikat dan juga China merupakan negara ASEAN yang memiliki kredibilitas tinggi sebagai negara yang netral.

"Karena itu, Indonesia bisa berkontribusi meredakan ketegangan antar kedua kekuatan global tersebut, AS dan China. Indonesia harus aktif melakukan pendekatan kepada keduanya untuk mencari cara pendekatan alternatif yang dapat mengurangi ketegangan militer," tandasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kemenangan Joe Biden Diharapkan Bisa Akhiri Konflik di Laut China Selatan.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan/Chaerul Umam)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan