China Bangun Lebih Banyak Stasiun 5G, Dua Kali Lipat dari Total Jumlah di Seluruh Dunia
China mengklaim bahwa mereka telah memasang sekitar 700.000 stasiun pangkalan 5G di seluruh negeri
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China mengklaim bahwa mereka telah memasang sekitar 700.000 stasiun pangkalan 5G di seluruh negeri, angka ini disebut melebihi apa yang direncanakan pada akhir tahun 2020.
Selain itu, negara ini juga mengaku mengalahkan kekuatan besar lainnya dalam pengembangan jaringan seluler supercepat.
Baca juga: Kerja Sama Diperlukan Terkait Penggunaan Frekuensi untuk 5G
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (16/11/2020), angka tersebut diumumkan oleh Wakil Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) China Liu Liehong pada awal pekan ini.
Meski pejabat itu tidak memberikan data dari negara lainnya, namun ia mencatat bahwa China telah berhasil membangun dua kali lipat dari jumlah total instalasi 5G yang telah dibangun negara lainnya di dunia.
Baca juga: Jaringan 5G Diharapkan Bisa Direalisasikan di Indonesia
Jaringan tersebut saat ini telah menghubungkan lebih dari 180 juta perangkat di China.
Dengan meningkatnya minat pelanggan pada teknologi, negara ini siap untuk lebih mempercepat pengembangan 5G dan meningkatkan investasinya di bidang strategis ini.
Sebelumnya, tiga perusahaan telekomunikasi terbesar yang dikelola pemerintah China dikabarkan dapat melipatgandakan pengeluaran 5G mereka pada tahun ini, yakni mencapai 180 miliar yuan atau setara 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Para pelaku industri pun dilaporkan telah memprediksi bahwa investasi China dalam jaringan ini akan mencapai lebih dari 800 miliar yuan atau setara 121 miliar dolar AS pada periode 2021 hingga 2025.
Namun perlu diketahui, dalam hal pengembangan jaringan generasi measa depan, sebagian besar negara Eropa jauh tertinggal di belakang kekuatan Asia ini.
Menurut analisis terbaru dari European Round Table for industry (ERT), lebih dari setengah negara anggota Uni Eropa (UE) belum meluncurkan 5G untuk penggunaan komersial.
Data ERT menunjukkan bahwa Korea Selatan (Korsel) berada di urutaan terdepan dalam hal jumlah stasiun 5G per kapita, diikuti oleh Swiss dan China.
Sementara Uni Eropa, secara keseluruhan memiliki jumlah stasiun 5G paling sedikit, begitu pula AS dan Inggris yang juga tertinggal dari China.
Kendati demikian, dengan jumlah total instalasi yang menyediakan akses ke jaringan ultra-cepat, China tampaknya masih mengungguli negara-negara lain.
Namun demi menyingkirkan China dari penguasaan teknologi dunia, AS telah mendorong dan bahkan menawarkan uang kepada sekutunya untuk menghindari penggunaan teknologi China.
Termasuk menyingkirkan Huawei, salah satu pemasok peralatan 5G terkemuka dunia.
Sementara itu, sejumlah negara masih berdiri kokoh tidak menuruti keinginan AS.
Berbeda dengan Inggris dan Swedia yang telah menyerah pada tekanan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.