Pangeran Saudi Desak Joe Biden Tak Gabung Lagi dengan Kesepakatan Iran
Anggota Senior Kerajaan Saudi Turki al-Faisal mendesak Joe Biden agar tak bergabung lagi dengan kesepakatan Iran pada Selasa (17/11/2020),
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Senior Kerajaan Saudi, Turki al-Faisal mendesak Joe Biden agar tak bergabung lagi dengan kesepakatan Iran.
Dalam pidatonya di Dewan Nasional Hubungan AS-Arab pada Selasa (17/11/2020), Pangeran Turki memperingatkan bahwa kembalinya AS ke Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) akan merusak stabilitas kawasan terkait.
Mengutip Middle East Eye, kesepakatan multilateral membuat Iran mengurangi program nuklirnya dengan imbalan mencabut sanksi terhadap ekonominya.
Presiden Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018.
Baca juga: Menlu Iran: Biden Dapat Cabut Sanksi Terhadap Teheran dengan Tiga Perintah Eksekutif &;
Baca juga: Iran Bantah Klaim Orang Nomor 2 Al-Qaeda Tewas di Teheran

Tetapi, Presiden AS terpilih, berjanji untuk mencabut sanksi Iran, jika Teheran menaati peraturan.
"Bergabung kembali dengan kesepakatan tidak akan membantu stabilitas di wilayah kami," papar Pangeran Turki.
Dia menambahkan, jika Teheran mendapat keringanan sanksi, itu akan membuat Washington "memeras" ketika mengadakan pembicaraan mengenai peran Iran di negara-negara seperti Irak dan Suriah.
"Negosiasi JCPOA membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan. Tuan Presiden terpilih, jangan mengulangi kesalahan dan kekurangan dari kesepakatan pertama," tegas Pangeran Turki.
Baca juga: Donald Trump Dilaporkan akan Serang Situs Nuklir Iran Pekan Lalu
Baca juga: Iran Desak Presiden Terpilih AS Cabut Sanksi dan Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir

Pembicaraan Masa Depan
Untuk diketahui Pangeran Turki merupakan mantan duta besar untuk AS dan Inggris dan putra mendiang Raja Faisal.
Pangeran Turki mengatakan, kerajaan dan negara Teluk lainnya harus terlibat dalam pembicaraan kesepakatan di masa depan.
"Jangan abaikan kekhawatiran dari teman dan sekutu Anda di kawasan ini," ungkapnya.
"Mereka harus menjadi bagian dari negosiasi rencana komprehensif untuk memastikan bahwa kepentingan strategis mereka dipertimbangkan," paparnya.
Sina Toossi, analis penelitian senior di National Iranian American Council (NIAC), mengatakan, pernyataan Pangeran Faisal membuktikan bahwa perhatian utama Riyadh bukanlah proliferasi nuklir, yang ditangani oleh JCPOA.
Sebaliknya, kata Toosi, pemerintah Saudi khawatir bahwa Iran akan membuka diri kepada Barat dan membangun kembali dirinya dalam ekonomi global, memperkuat perannya sebagai kekuatan regional.
"Tujuan fundamental mereka adalah untuk mempertahankan kelangsungan rezim ini, dari monarki otokratis ini," ucapnya.