Tahun Baru 2021
Media Jepang Tutup Tahun 2020 Dengan Tulisan Rendang Indonesia
Sebuah media Jepang terkenal ASCII menampilkan tulisan mengenai makanan khas Indonesia, rendang.
Editor:
Adi Suhendi
Sang wartawan pun mengungkap langsung mencobanya.
Baca juga: Resep Malam Tahun Baru 2021: Udang Bakar Bumbu Rujak hingga Sate Ayam Bumbu Jepang
Ia menyebut bumbunya kuat dan rasanya seperti hidangan etnik.
Balok daging sapi lembut dan bisa dipotong dengan sendok.
Rasanya terserap dengan baik.
"Disajikan seperti kari. Tampaknya disajikan secara lokal sebagai hidangan tunggal atau dikombinasikan dengan nasi Thailand. Ini memiliki rasa yang cocok dengan nasi Japonica," lanjut dalam tulisan tersebut.
Bagian yang mirip sup menurutnya sangat lembut dan memiliki viskositas rendah.
"Daging bisa dianggap sebagai tubuh utama. Secara visual mirip dengan kari, tetapi rasanya berbeda dengan kari," lanjut tulisan tersebut.
Tampaknya rempah-rempah seperti Galanger, Bintang Anis (segi delapan), dan jeruk nipis, yang jarang terlihat sebagai bahan dalam kari India.
Secara lokal, tambahnya, tampaknya diperlakukan seperti suguhan makan di setiap perayaan.
"Pastinya, jika menggunakan bumbu yang begitu banyak, akan sulit untuk mengumpulkan bahan-bahannya, dan Anda bisa berharap menghabiskan banyak uang. Butuh waktu dan tenaga untuk memasak," lanjut tulisan tersebut.
Menurut dia, jika terbiasa dengan kari India dan makanan Thailand, tetu bisa menikmatinya dengan cara yang sama, tetapi bagaimana jika tidak pandai memasak yang sangat terasa bumbunya itu?
"Saya pikir beberapa orang mungkin tidak pandai dalam hal itu. Secara pribadi, saya sangat menyukai aroma dari berbagai jenis rempah-rempah, dan kali ini saya ingin pergi ke toko dan menyantapnya."
Seorang mantan menteri perdagangan kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu juga pernah menyantap Rendang di Tokyo.
Ia berharap restoran Indonesia bisa berkembang di Jepang.
"Mengapa orang Jepang bisa buka 600 restoran Jepang di Indonesia dan orang Indonesia tak bisa buka banyak restoran Indonesia di Jepang?" tanya sang mantan menteri kepada Tribunnews.com.