Kamis, 11 September 2025

Perubahan iklim: Cuaca ekstrem sebabkan kerugian besar pada 2020, mencapai setidaknya Rp1,4 kuadriliun

Badai, banjir, dan kebakaran hutan yang terjadi pada 2020 mendatangkan malapetaka, menyebabkan kematian dan dampak finansial yang besar, mencapai

"Temperatur yang tinggi ini memiliki karakteristik gelombang panas di laut yang mungkin menyebabkan intensifikasi cepat siklon Amphan dan Nisarga sebelum musim hujan," katanya dalam komentar pada laporan Christian Aid.

"Ampham adalah salah satu dari topan terkuat yang pernah tercatat di Teluk Benggala selama musim pra-monsun."

Afrika juga mengalami peristiwa akibat cuaca ekstrem, dengan kawanan besar belalang yang merusak tanaman dan tumbuh-tumbuhan dengan kerugian mencapai US$8,5 (Rp120,5 triliun).

PBB mengkaitkan kawanan belalang ini dengan perubahan iklim, dnegan hujan lebat yang tak biasa di Timur Tengah dan wilayah disebut sebagai Tanduk Afrika (Horns of Africa), selama beberapa tahun terakhir berkontribusi pada wabah belalang itu.

Eropa juga mengalami kerugian yang signifikan dari Badai Ciara yang menyapu Irlandia, Inggris dan sejumlah negara Eropa lain di Februari.

Bencana itu mengakibatkan korban jiwa 14 orang dan kerugian sebesar US$2,7 miliar (Rp38,2 triliun).

Firefighters rescuing a person in Blackpool
South Shore Fire Station
Petugas pemadam kebakaran di Inggris menyelamatkan seorang pengemudi yang mobilnya terjebak dalam banjir saat Badai Ciara

Christian Aid menekankan bahwa angka-angka kerugian finansial ini kemungkinan besar di bawah perkiraan, karena hanya didasarkan pada kerugian yang diasuransikan.

Negara yang lebih kaya memiliki properti yang lebih berharga, dan secara keseluruhan menderita kerugian finansial yang lebih besar dari peristiwa cuaca ekstrem.

Tetapi kerugian finansial tidak menunjukkan dampak sepenuhnya dari badai dan kebakaran ini.

Meski banjir di Sudan Selatan bukan salah satu yang paling merugikan secara finansial, bencana itu berdampak besar karena menewaskan 138 orang dan memusnahkan hasil panen tahun ini.

Para peneliti mengatakan bahwa perubahan iklim berpengaruh kuat pada peristiwa cuaca ekstrem dan kemungkinan besar akan terus berkembang.

"Sepertinya halnya 2019, tahun 2020 penuh dengan bencana ekstrem," kata Dr Sarah Perkins-Kirkpatrick, dari Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Universitas New South Wales di Australia.

"Kami telah melihat semua ini dengan kenaikan suhu rata-rata 1 derajat Celcius, menyoroti hubungan sensitif antara kondisi rata-rata dan ekstrem."

fire
Reuters
Kebakaran berkobar di banyak bagian AS barat sepanjang tahun 2020

"Pada akhirnya, dampak perubahan iklim akan dirasakan secara ekstrem, dan bukan perubahan rata-rata."

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan