Sabtu, 13 September 2025

Ledakan di Beirut

6 Bulan-Pasca Ledakan Beirut: Pembangunan Lambat, Proses Hukum Terhenti

Enam bulan pasca ledakan besar yang meluluhlantakkan Beirut pada 4 Agustus 2020 lalu, hingga saat ini bekas kerusakan masih terlihat di berbagai sudut

Editor: Daryono
AFP/Anwar Amro
Pemandangan yang terlihat di lokasi sehari setelah terjadi ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Anwar Amro 

Efek dari pembanguan yang lamban juga terlihat, karena hujan musim dingin telah sepenuhnya meruntuhkan beberapa bangunan yang secara struktural rusak akibat ledakan tersebut.

"Sebulan lalu, gedung di sebelah kami runtuh," kata Khalaf Abbas Faraj, seorang pengungsi Suriah yang tinggal bersama keluarganya sekitar 500 meter dari lokasi ledakan di lingkungan Karatina Beirut, berdekatan dengan pelabuhan.

Faraj mengatakan "hanya satu dinding" dari apartemen satu kamar yang dia bagi dengan istri dan empat dari lima anaknya tetap utuh setelah ledakan.

Semuanya menderita luka ringan, dan putri bungsunya, Aline yang berusia enam tahun, tetap ketakutan dengan suara keras.

"Putri saya selalu bertanya apakah itu akan terjadi lagi," katanya.

Di sisi lain pelabuhan, saat dia mengamati bangunan yang sekarang kosong di lingkungan Gemmayze tempat dia tinggal selama 50 tahun, Simone Achkar memuji Tuhan bahwa dia dan saudara perempuannya selamat dari ledakan hanya dengan luka ringan.

Salah satu tetangganya tewas dan lainnya lumpuh ketika bangunan di sebelahnya runtuh.

Ironisnya Achkar tertawa ketika ditanya apakah dia pernah menerima sesuatu dari pemerintah.

Dia berkata dia beruntung dan meskipun dia tidak mampu membangun kembali, dia punya tempat tinggal di luar Beirut.

Mata uang Lebanon telah kehilangan sekitar 80 persen nilainya terhadap dolar AS pada tahun lalu, membuat impor bahan bangunan, mulai dari kaca jendela hingga aluminium hingga baja - sangat mahal dan memperlambat pembangunan kembali.

"Semua bahan dihargai dalam dolar, dan kami berada dalam situasi ekonomi yang sangat sulit, dan bahan tersebut sangat mahal, namun tetap harus membuat orang kembali dengan selamat ke rumah mereka," kata Mohamad Ghotmeh, Kepala Kontrak CTI, sebuah perusahaan yang mengerjakan tujuh proyek di zona rusak ledakan.

Ghotmeh mengatakan, jika bukan sumbangan LSM, sejauh ini tidak akan ada yang dibangun kembali, tetapi dana itu pun tidak cukup.

"Sampai saat ini, pemerintah belum mendanai rumah pribadi atau badan swasta untuk dibangun kembali," kata Ghotmeh.

"Bantuan hanya terkait dengan keadaan darurat dasar, makanan dan tempat tinggal," tambahnya.

Ghotmeh mencemooh pengumuman Menteri Keuangan Lebanon awal pekan ini bahwa lebih dari $ 5,5 juta bantuan rekonstruksi akan segera dicairkan.

"Para menteri melakukan banyak siaran pers, tapi tidak ada yang nyata," kata Ghotmeh.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan