Mendagri Libya Fathi Bashaga yang Diakui PBB Lolos dari Upaya Pembunuhan
Fathi Bashagha dalam beberapa bulan terakhir memicu kemarahan beberapa kelompok bersenjata di Tripoli setelah mengumumkan demobilisasi milisi.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, TRIPOLI - Menteri Dalam Negeri Libya, Fathi Bashagha, lolos dari usaha pembunuhan. Konvoi kendaraan yang ditumpanginya diserang di luar ibu kota Tripoli, Minggu (21/2/2021).
Tokoh kuat Libya menyelesaikan pertemuan bersama kepala perusahaan minyak nasional Libya, dan kembali ke Tripoli. Saat dalam perjalanan itulah rombongannya disergap.
Stasiun media Al Jazeera melaporkan, Fathi Bashaga merupakan tokoh kunci Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional.
Rezim ini didukung penuh Turki, politik, logistik maupun militer. Kelompok GNA berhadapan dengan Libyan National Army (LNA) yang dipimpin Marsekal Khalifa Haftar.
Baca juga: Mesir akan Buka Kembali Kedutaan Besar di Libya yang Ditutup Sejak 2014
Baca juga: Libya Hadapi Potensi Bencana Lebih Dahsyat Ketimbang Ledakan di Beirut
Baca juga: Erdogan Siap Kirim Pasukan ke Libya untuk Perkuat Kerjasama Militer
Kelompok LNA menerima dukungan Mesir, Rusia, dan beberapa negara barat serta sekutu mereka di jazirah Arab.
Menurut Al Jazeera, mengutip sumbernya, pria 58 tahun itu lolos tanpa cedera. Seorang penyerang tewas, dua lainnya ditangkap.
Fathi Bashagha dalam beberapa bulan terakhir memicu kemarahan beberapa kelompok bersenjata di Tripoli setelah mengumumkan rencana mendemobilisasi milisi.
Kelompok-kelompok bersenjata yang memiliki kantong-kantong kekuasaan teprisah, itu akan diintegrasikan ke dalam aparat keamanan formal.
Libya terperosok ke konflik sejak pemberontakan yang didukung NATO tahun 2011 melawan penguasa lama Muammar Gaddafi.
Negara Afrika Utara, penghasil minyak yang signifikan, telah terbagi antara GNA dan pemerintahan saingan di timur, keduanya didukung oleh berbagai aktor lokal dan internasional.
Bashagha, yang menjabat sebagai Mendagri GNA yang diakui PBB sejak Oktober 2018, dipandang sebagai favorit untuk menggantikan pemimpin GNA, Fayez al-Sarraj.
Namun posisi itu akhirnya jatuh ke tangan Abdul Hamid Dbeibah, seorang pengusaha berusia 61 tahun dari Misrata.
Ia terpilih sebagai perdana menteri oleh delegasi Libya dari kedua belah pihak pada pembicaraan damai yang ditengahi PBB di Jenewa bulan lalu.
Pemerintah sementara yang baru ditugaskan untuk memimpin negara melalui pemilihan, yang dijadwalkan pada Desember 2021.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah bertemu dengan Perdana Menteri Libya Abdulhamid Dbeibah di Kairo.
Ia menawarkan dukungan negaranya dalam mencapai stabilitas di tetangganya yang bermasalah. Pernyataan dirilis kepresidenan Mesir.
Mesir menyambut baik pengumuman pemerintahan sementara baru pada Kamis lalu, upaya terbaru yang ditengahi PBB untuk menyatukan kubu saingan di timur dan barat Libya.
Mesir berencana membuka kembali kedutaan besarnya di ibu kota Tripoli. Negara ini pendukung paling menonjol Khalifa Haftar.
Kairo melihat Dbeibah merupakan pilihan terbaik untuk mengamankan perbatasannya dengan Libya. Kampanye Haftar untuk menguasai Tripoli, di barat, hancur pada Juni.
El-Sisi menegaskan "kesiapan penuh Mesir untuk memberikan semua keahlian dan pengalamannya ... dengan cara yang berkontribusi untuk menempatkan Libya di jalur yang benar.
Mesir juga mempersiapkan negaranya untuk bergerak menuju cakrawala konstruksi, pembangunan dan stabilitas.
Sumber intelijen Mesir dan diplomat barat mengatakan upaya Mesir untuk bekerja dengan Tripoli merupakan kalibrasi ulang kebijakan setelah kegagalan kampanye Haftar.
Setelah pertemuan tersebut, Dbeibah membuat postingan di akun Twitternya. "Kami menantikan hubungan strategis kedua negara persaudaraan," tulisnya merujuk Mesir.
Mesir menutup kedutaan Tripoli pada 2014, tahun ketika banyak misi asing ditutup selama konflik yang semakin intensif.
Persaingan antarfaksi mengeras mengikuti penggulingan Muammar Gaddafi setelah 40 tahun berkuasa. Saat itu Libya sedang dipuncak kemakmurannya bersumber produksi minyak.
Turki, saingan regional Mesir dan pendukung militer faksi Libya barat, membuka kembali kedutaan besarnya di ibu kota Libya pada 2017. Dbeibah juga mengunjungi Turki pekan lalu.(Tribunnews.com/xna)