Kamis, 11 September 2025

Krisis Myanmar

Krisis Myanmar: 802 Warga Tewas, 4.120 Orang Ditahan dan 20 Orang Dijatuhi Hukuman Mati

Krisis di Myanmar setelah kudeta militer telah menewaskan 802 warga sipil. Menurut AAPP, 4.120 orang ditahan dan 20 di antaranya dijatuhi hukuman mati

Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
AFP/STR
Demonstran antikudeta militer Myanmar - Krisis di Myanmar setelah kudeta militer telah menewaskan 802 warga sipil. Menurut AAPP, 4.120 orang ditahan dan 20 di antaranya dijatuhi hukuman mati 

"Hampir semua orang meninggalkan kota. Kebanyakan dari mereka bersembunyi," kata seorang pejuang sukarelawan yang mengatakan dia berada di hutan.

Diberitakan sebelumnya, junta memberlakukan darurat militer di Kota Mindat pada Jumat (14/5/2021) lalu.

Darurat militer diberlakukan setelah terjadi penyerangan terhadap fasilitas umum, yaitu bank dan kantor polisi di wilayah yang berbatasan dengan India itu.

Baca juga: Myanmar Memenangkan Best National Costume di Miss Universe 2020 meski Kenakan Kostum Pengganti

Baca juga: Junta Myanmar Bebaskan Reporter Asal Jepang dan Penjarakan Jurnalis Lokal

Sebelum mengumumkan status darurat militer, junta menyalahkan 'teroris bersenjata' atas serangan tersebut.

Adapun kerusuhan di Kota Mindat pada Rabu (12/5/2021) dan Kamis (13/5/2021), melibatkan sekira 100 orang yang menggunakan senjata rakitan untuk menyerang sebuah kantor polisi.

Selain itu, sekira 50 orang lainnya menyerang Bank Ekonomi Myanmar, demikian diwartakan Myanmar News Agency.

Pasukan keamanan dilaporkan telah menangkis serangan tersebut tanpa menimbulkan korban.

Sementara itu, sebuah dokumen yang diunggah di media sosial oleh media lokal yang mengklaim berasal dari pemerintahan anti-junta di daerah Mindat, mengatakan deklarasi darurat militer tidak valid.

Dikatakan pula bahwa pertempuran itu dipicu oleh pasukan keamanan yang melanggar janji untuk membebaskan tujuh warga sipil yang ditahan selama protes.

Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Chinland, milisi yang baru dibentuk, mengatakan pihaknya berada di balik pertempuran terakhir dan mengkonfirmasi keaslian dokumen tersebut.

"Mereka (junta) tidak bisa lagi memerintah kota kecuali di beberapa daerah di mana mereka memiliki pangkalan," kata juru bicara itu.

"Mereka tidak memiliki kendali di daerah pedesaan," lanjutnya.

Foto yang diambil dan diterima dari sumber anonim melalui Facebook pada 29 Maret 2021 ini menunjukkan pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Monywa, wilayah Sagaing.
Foto yang diambil dan diterima dari sumber anonim melalui Facebook pada 29 Maret 2021 ini menunjukkan pengunjuk rasa yang mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Monywa, wilayah Sagaing. (Handout / FACEBOOK / AFP)

Juru bicara tersebut menambahkan, satu pejuang dari pasukannya tewas dan bentrokan terus berlanjut dengan tentara yang membawa bala bantuan.

Lebih jauh, Amerika Serikat dan Inggris telah meminta militer untuk menghindari jatuhnya korban, dan Pemerintah Persatuan Nasional bayangan yang dibentuk oleh loyalis Aung San Suu Kyi mengimbau bantuan internasional.

Pemungutan suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa, mengenai rancangan resolusi yang menyerukan 'penangguhan segera pasokan langsung dan tidak langsung, penjualan atau transfer semua senjata dan amunisi' ke Myanmar telah ditunda, kata para diplomat.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan