Virus Corona
Sejumlah Orang di Jepang Mulai Tak Percaya Virus Corona
Sejumlah orang membawa poster yang digantung di lehernya bertuliskan "Corona Bohong".
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sejumlah perilaku aneh diperlihatkan orang-orang di Jepang yang mulai tidak percaya dengan adanya virus corona.
Mereka tidak mau divaksin karena menurutnya vaksin bisa mengubah DNA manusia. Bahkan ada yang percaya bisa mengganjal sinyal 5G sehingga bisa kesulitan mengakses internet gara-gara divaksin.
"Jepang terlalu bebas, silakan berkomentar dan berpendapat. Namun belakangan memang sudah sangat keterlaluan," ungkap seorang pejabat pemerintah sumber Tribunnews.com, Rabu (9/6/2021).
Beberapa orang yang tampak aneh tersebut terlihat kemarin siang sekitar jam 13.30 di depan Kementerian Kesehatan Jepang.
Mereka membawa poster yang digantung di lehernya bertuliskan "Corona Bohong".
Di sebelah kanannya seorang wanita juga menuliskan berbagai kata aneh pada papan di dadanya, bahwa vaksin diberikan kepada anak-anak bisa mengubah DNA mereka nantinya.
"Jangan percaya vaksin", demikian tulisan di dadanya.
Baca juga: Jepang Sumbangkan 1,24 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca ke Taiwan
Bulan Mei 2021 juga kelompok aneh berjumlah sekitar 15 orang dijumpai di Kyoto.
Di tepian Sungai Kamogawa di Kota Kyoto beberapa orang tanpa masker membentangkan seprai di atas rerumputan dan duduk-duk di atas seprai sambil minum alkohol bersama.
Lima staf pemerintah kota dan 2 polisi mendekati untuk menasihati mereka. Tapi justru dibentak, "Buktikan dulu kalau ada corona kalau mau komplain ke kami."
Bahkan mereka ada yang membentak "Apa yang kamu lakukan adalah pelanggaran hak asasi manusia!" "Pulang kalian, ke luar dari sini!"
Video itu pun diupload ke twitter tanggal 30 Mei 2021 yang mendapat banyak kritikan dan sindiran dari masyarakat.
Pemda Kota Kyoto menyerukan kepada masyarakat untuk tidak minum alkohol dalam kegiatan patroli mulai 26 April lalu hingga kini masih dilakukan, segera setelah deklarasi keadaan darurat berlaku sampai dengan 20 Juni mendatang.
Pada tanggal 30 Mei, total lebih dari selusin pejabat prefektur dan Kota Kyoto serta petugas polisi dari polisi prefektur berjalan di distrik Shijo-Demachi dari pukul 18.00 hingga 20.00.
