Pesawat yang Bawa Penerjun Payung di Swedia Jatuh, 9 Orang Tewas
Pesawat yang membawa 9 orang alami kecelakaan dan jatuh di Orebro, Swedia, pada Kamis (8/7/2021).
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pesawat yang membawa sembilan orang alami kecelakaan dan jatuh di Orebro, Swedia, pada Kamis (8/7/2021).
Semua orang yang berada di dalam pesawat ditemukan tewas.
"Ini kecelakaan yang sangat parah," kata polisi Swedia seperti yang dilaporkan Mirror.
"Semua orang di dalam pesawat yang jatuh itu telah meninggal."
Polisi mengatakan, pesawat DHC-2 Turbo Beaver itu, membawa 8 penerjun payung dan satu pilot.
Pesawat jatuh di dekat landasan pacu di Bandara Orebro tak lama setelah lepas landas dan terbakar.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat An-26 di Rusia: 9 Jenazah Korban Ditemukan, Keluarga Dapat Santunan Rp 684 Juta
Baca juga: Filipina Minta Bantuan AS untuk Analisis Data Black Box Pesawat Jatuh Lockheed C-130

"Dengan sangat berat hati dan sedih saya menerima informasi tragis tentang kecelakaan pesawat di Orebro," kata Perdana Menteri Stefan Lofven.
"Pikiran saya bersama para korban, keluarga mereka, dan orang-orang terkasih di masa yang sangat sulit ini."
Dilaporkan pesawat jatuh sekitar 100 meter dari landasan.
Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan adanya kobaran api dari pesawat.
Carl-Johan Linde, manajer pers untuk Administrasi Maritim Swedia, sebelumnya mengatakan, pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas.
Api di lokasi kecelakaan telah padam dan setidaknya sepuluh ambulans bergegas ke tempat kejadian.
Pusat Penyelamatan Laut dan Udara mengonfirmasi bahwa pesawat itu adalah pesawat terjun payung.
Dalam kecelakaan serupa pada 2019, sembilan orang tewas di Swedia utara ketika sebuah pesawat yang membawa penerjun payung jatuh tak lama setelah lepas landas.
Investigasi kecelakaan menunjukkan pesawat tidak dimuat dengan benar.
Sementara itu, dalam seminggu terakhir, dilaporkan ada dua kecelakaan pesawat yang terjadi di dua tempat berbeda.
Kecelakaan tersebut yaitu kecelakaan pesawat militer dengan 96 penumpang di Filipina serta kecelakaan pesawat di Rusia dengan 28 orang.
Pesawat Jatuh di Filipina Tewaskan 53 Orang Termasuk Pilot & Warga Sipil

Pesawat militer Filipina jatuh di dekat bandara di Kota Jolo, Provinsi Sulu, pada Minggu 4 Juli 2021.
Setidaknya 53 orang tewas termasuk 3 warga sipil di darat.
Pilot yang memegang komando, yang memiliki pengalaman beberapa tahun menerbangkan pesawat C-130, termasuk di antara mereka yang tewas dalam kecelakaan itu.
Pesawat angkut Lockheed C-130 dengan 96 penumpang membawa pasukan menuju operasi kontra-pemberontakan di Filipina selatan.
Laporan awal menyebut korban tewas mencapai 50 orang, termasuk termasuk tiga warga sipil di darat.
Namun jumlah korban tewas meningkat menjadi 53 orang.
Juru bicara militer Edgard Arevalo mengatakan pesawat itu dalam "kondisi sangat baik".
Pesawat masih memiliki 11.000 jam terbang tersisa sebelum pemeliharaan berikutnya dijadwalkan.
Kepala Militer, Cirilito Sobejana mendapat informasi dari korban yang selamat mengenai kronologi kecelakaan itu.
"Saya berbicara dengan para penumpang yang selamat. Mereka mengatakan pesawat memantul dua hingga tiga kali dan bergerak zig-zag," ujar Sobejana.
"Pilot berusaha memulihkan mesin agar bisa mengangkat pesawat, tapi itu sudah terlambat."
"Sayap kanan menabrak pohon."
Sobejana mengatakan, tidak ada penumpang yang melompat dari pesawat sebelum jatuh.
Ada laporan sebelumnya dari saksi, beberapa penumpang sempat mencoba melompat ke tempat yang aman sebelum pesawat menabrak tanah.
Ia mengatakan bagian depan pesawat terbelah dan beberapa tentara memanfaatkan celah itu untuk melarikan diri.
Tetapi mereka yang tidak sadar tidak bisa keluar dari pesawat yang terbakar.
Pesawat Rusia yang Membawa 28 Orang Alami Kecelakaan, Dilaporkan Jatuh setelah Hilang dari Radar
Sebuah pesawat Rusia yang membawa 28 orang, termasuk seorang anak, dilaporkan jatuh ke laut pada Selasa (6/7/2021), Mirror melaporkan.
Pesawat bermesin ganda An-2 menghilang dari radar di semenanjung Kamchatka di timur Rusia.
Pesawat berangkat dari ibukota regional Petropavlovsk-Kamchatsky menuju desa Palana di utara sebelum kehilangan kontak, kementerian darurat mengkonfirmasi.
Laporan mengatakan bahwa pesawat turboprop Antonov yang berusia 39 tahun mendapat masalah saat bersiap untuk mendarat.
Sebuah sumber mengatakan kepada TASS bahwa pesawat itu mungkin jatuh ke laut, sementara yang lain mengatakan kepada Interfax bahwa pesawat itu mungkin jatuh di dekat tambang batu bara dekat Palana.
Semenanjung Kamchatka adalah wilayah yang luas dan jarang penduduknya di timur Rusia, dikelilingi Laut Okhotsk di barat dan Samudra Pasifik di timur.
Lebih dari setengah 320.000 penduduknya tinggal di Petropavlovsk-Kamchatsky atau kota terdekat Yelizovo.
Semenanjung vulkanik saat ini dilanda kebakaran hutan tetapi sebuah laporan mengatakan kondisi cukup baik di sekitar rute pesawat.
Seorang pejabat darurat mengatakan: "Direktorat Utama Kementerian Darurat Rusia di wilayah Kamchatka menerima informasi bahwa pesawat An-26, dalam penerbangan dari Petropavlovsk-Kamchatsky ke Palana, tidak sampai dalam waktu yang diperkirakan."
Wakil menteri transportasi regional Anatoly Bannikov, mengatakan: "Seharusnya pesawat tiba di bandara Palana pada pukul 15:05 (waktu setempat)."
"Tetapi pesawat tidak tiba pada waktu yang diperkirakan."
"Menurut data terbaru, ada 28 orang di dalamnya, termasuk enam anggota awak dan 22 penumpang, ada satu anak yang lahir pada tahun 2014."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita kecelakaan pesawat lainnya