Adik Kim Jong Un Sebut Korea Selatan Pengkhianat karena Gelar Latihan Militer Bersama AS
Kim Yo Jong menyebut Korea Selatan berkhianat karena melakukan latihan militer gabungan bersama Amerika Serikat.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Adik Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong menyebut Korea Selatan berkhianat karena melakukan latihan militer gabungan bersama Amerika Serikat.
Dilansir The Guardian, Kim Yo Jong juga menyebut pihaknya akan melakukan pembalasan terkait tindakan tersebut.
Penyataan Kim Yo Jong muncul saat hubungan kedua negara mulai mencair belakangan ini.
Diketahui, kakaknya, Kim Jong Un, dilaporkan beberapa kali bertukar surat dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Kim Yo Jong menilai latihan gabungan yang digelar Korsel dengan AS bulan ini "berbahaya".
Baca juga: Dari Drama Korea hingga Komedi Reality Show, Ini 6 Tayangan untuk Kamu di Bulan Agustus
Baca juga: Korea Selatan Gagal Mengurangi Maraknya Les Privat di Perkotaan

Latihan gabungan antara kedua negara ini dianggap Korea Utara sebagai persiapan invasi.
"Saya mengambil kesempatan ini untuk menyatakan penyesalan saya yang kuat atas perlakuan berbahaya dari pihak berwenang Korea Selatan," kata Kim Yo Jong dalam sebuah pernyataan yang dirilis KCNA Pyongyang.
Penyataan Kim muncul di saat militer AS dan Korsel memulai pra-latihan pada Selasa, sebelum latihan tahunan minggu depan.
"(Dengan melakukan latihan tersebut, Seoul dan Washington) pasti akan menghadapi ancaman keamanan yang lebih besar,"ujar Kim Yo Jong.
Dilansir Reuters, Pyongyang memperingatkan bahwa latihan itu akan menghambat hubungan antar Korea.
Kim Yo Jong menyebut latihan itu adalah tindakan merusak diri sendiri dan mengancam rakyat Korea Utara.
Reaksi keras dari penasihat utama Kim Jong Un ini berpotensi menggagalkan upaya Presiden Moon untuk membuka kembali kantor penghubung antar-Korea.
Diketahui kantor tersebut diledakkan pemerintah Korut pada tahun lalu.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Martin Meiners menolak mengomentari pernyataan tersebut.
"Kegiatan pelatihan gabungan adalah keputusan bilateral ROK-AS, dan keputusan apa pun akan menjadi kesepakatan bersama," katanya.
Hal serupa dilakukan jubir Kementerian Pertahanan Korsel.
Seoul dan Washington merupakan sekutu dalam perjanjian.
AS menempatkan 28.500 tentaranya di wilayah Selatan untuk mengamankan Korsel dari ancaman nuklir dari Korut.
Kedua negara sebelumnya mengurangi latihan militer gabungan tahunan untuk melakukan perundingan nuklir dengan Pyongyang.
Sayangnya perundingan dengan jaminan keringanan sanksi terhadap Korut itu gagal pada 2019.
Diketahui PBB memberlakukan berbagai sanksi terhadap Korea Utara atas pengembangan senjata nuklir dan rudal balistiknya.

Baca juga: Kim Jong Un Muncul dengan Perban di Leher, Spekulasi Kesehatannya Marak Kembali
Baca juga: Daftar Drama Korea Tayang Agustus 2021: Home Town Cha-Cha-Cha Rilis Tanggal 28
Sementara AS dan juga telah memberlakukan sanksi tersendiri.
Menurut laporan The Guardian pada 4 Agustus 2021, Korea Utara ingin beberapa sanksi internasional dilonggarkan.
Salah satunya impor barang mewah seperti minuman keras hingga jas merek terkenal, sebelum melakukan pembicaraan nuklir dengan AS.
Pyongyang juga menyerukan pencabutan sanksi ekspor logam, impor bahan bakar olahan, dan kebutuhan lainnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)