Virus Corona
Australia akan Beli 300.000 Obat Covid-19 dari Merck, Berharap Dapat Hidup Berdampingan dengan Virus
Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan membeli 300.000 paket obat antivirus eksperimental Merck, Molnupiravir.
Penulis:
Rica Agustina
Editor:
Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan membeli 300.000 paket obat antivirus eksperimental Merck, Molnupiravir, Selasa (5/10/2021).
Molnupiravir merupakan obat antivirus yang dapat mengurangi kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit untuk orang yang paling berisiko tertular Covid-19 yang parah, menurut para ahli.
Jika mendapatkan persetujuan dari regulator terkait, Molnupiravir akan menjadi obat antivirus pertama untuk virus Corona.
Lebih lanjut, Morrison berharap perawatan dengan menggunakan Molnupiravir dapat membuat warga Australia hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Perawatan ini berarti bahwa kita akan dapat hidup dengan virus itu," kata Morrison dikutip dari Channel News Asia.
Baca juga: Fauci Ajak Warga Amerika untuk Tetap Divaksin Meski Obat dari Merck Bisa Turunkan Risiko Kematian
Baca juga: Molnupiravir, Obat Produksi Merck untuk Covid-19, Turunkan Risiko Rawat Inap dan Kematian hingga 50%
Obat itu kemungkinan akan tersedia di Australia pada awal tahun depan jika disetujui oleh regulator obat negara itu, kata Morrison.
Sementara Merck menargetkan untuk memproduksi 10 juta program pengobatan pada akhir tahun 2021.
Selain berencana membeli Merck, Australian juga meningkatkan vaksinasinya, dengan Sydney dan Melbourne, kota terbesarnya, dan ibu kota Canberra menjalani lockdown selama berminggu-minggu untuk memerangi varian Delta yang sangat menular.
Tingkat dosis pertama nasional pada populasi orang dewasa mencapai 80 persen pada Selasa pagi.
Sebanyak 1.763 infeksi baru dilaporkan di Victoria, melebihi kasus harian tertinggi sebelumnya 1.488 pada hari Sabtu.
Victoria ingin mulai membuka lockdown kembali setelah tingkat vaksinasi penuh pada populasi orang dewasa mencapai 70 persen, yang diperkirakan sekitar akhir Oktober 2021.
Dominic Perrottet, yang terpilih sebagai perdana menteri baru New South Wales pada hari Selasa, mengatakan negara bagian itu berada di jalur untuk keluar dari lockdown pada 11 Oktober 2021.
Yakni Senin pertama setelah 70 persen dari populasinya yang berusia di atas 16 tahun akan divaksinasi sepenuhnya.
Infeksi harian di negara bagian itu turun ke level terendah dalam tujuh minggu pada hari Selasa di 608 kasus baru, mayoritas di ibu kota negara bagian Sydney, turun dari 623 pada hari Senin, di mana tujuh kematian baru dicatat.
Dikepung varian Delta, Australia masih memiliki jumlah virus corona yang relatif rendah, dengan sekitar 115.800 kasus.
Baca juga: Fauci Puji Merck Obat Covid-19 yang Diklaim Bisa Turunkan Separuh Angka Kematian Di AS
Baca juga: Pil Antivirus Covid-19 dari Merck Disebut dapat Mengurangi Risiko Keparahan dan Kematian
Total kematian mencapai 1.357, dengan tingkat kematian dari varian Delta saat ini lebih rendah daripada tahun lalu karena vaksinasi yang lebih tinggi di antara populasi yang rentan.
Negara-negara Pemesan Merck
Pemerintah Thailand dikabarkan akan membeli 200.000 paket obat Molnupiravir, menjadi negara Asia terbaru yang berebut pasokan obat setelah tertinggal dari negara-negara Barat untuk vaksin.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Somsak Akksilp, direktur jenderal Departemen Layanan Medis.
Somsak mengatakan bahwa Thailand saat ini sedang mengerjakan perjanjian pembelian Molnupiravir.
"Kami sekarang sedang mengerjakan perjanjian pembelian dengan Merck yang diharapkan selesai minggu ini, kami telah memesan 200.000 kursus sebelumnya," kata Somsak.
Dia mengatakan obat bisa tiba segera setelah Desember, meskipun kesepakatan itu tetap akan menunggu persetujuan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat dan regulator Thailand.
Lebih lanjut, Korea Selatan, Malaysia dan Taiwan mengatakan mereka juga sedang dalam pembicaraan untuk membeli Molnupiravir.
Sementara Filipina, yang menjalankan uji coba Molnupiravir, mengatakan pihaknya berharap penelitian domestiknya akan memungkinkan akses ke pengobatan tersebut.
Negara-negara itu menolak untuk memberikan rincian tentang negosiasi pembelian.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 RI Tembus 2 Juta Suntikan dalam Sehari
Baca juga: Studi: Vaksin Covid-19 Pfizer Mencegah Keparahan Setidaknya Selama 6 Bulan
Pemesanan obat yang terkesan terburu-buru tersebut muncul setelah data dari uji klinis sementara yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan itu dapat mengurangi sekitar 50 persen kemungkinan rawat inap atau kematian untuk pasien yang berisiko penyakit parah dari Covid-19.
Molnupiravir, yang dirancang untuk memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus, akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.
Banyak negara Asia ingin mengunci pasokan lebih awal setelah mereka dilanda keterbatasan pasokan dalam peluncuran vaksin mereka tahun ini, menempatkan mereka di belakang negara-negara kaya yang membeli ratusan juta dosis.
Baca artikel lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)