Rabu, 27 Agustus 2025

Tragis, 200 Ribu Lebih Korban Pelecehan Seksual Anak Ditemukan di Gereja Katolik Prancis Sejak 1950

Tragis, lebih dari 200 ribu korban pelecehan seksual anak ditemukan di Gereja Katolik Prancis sejak 1950.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
News Law
ILUSTRASI - Tragis, lebih dari 200 ribu korban pelecehan seksual anak ditemukan di Gereja Katolik Prancis sejak 1950. 

TRIBUNNEWS.COM - Hasil investigasi pelecehan seksual di Gereja Katolik Prancis mengungkapkan lebih dari 200.000 anak menjadi korban pelecehan oleh pendeta sejak 1950.

Kasus pelecehan seksual terhadap anak ini disebut menjadi yang terburuk setelah serangkaian kasus pelecehan seksual di seluruh dunia terjadi selama 20 tahun terakhir.

Dikutip dari France24.com, pelecehan tersebut terjadi secara sistematis.

Sebab, pihak Gereja tidak mengambil langkah-langkah untuk mencegah pelecehan seksual terjadi.

Tetapi, justru menutup mata karena tidak melaporkan kasus pelecehan dan secara sadar menempatkan anak-anak bersama dengan 'predator'.

Baca juga: Koalisi Masyarakat Nilai KPI Tidak Siap Tangani Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dialami MS

Baca juga: Tangani Ebola di Kongo, 21 Petugas WHO Terlibat Pelecehan Seksual

Paus Fransiskus turut bereaksi terhadap hasil investigasi ini dan menyebut kasusnya menjadi kesedihan besar bagi korban.

Pernyataan itu disampaikan pada Selasa (5/10/2021) kemarin melalui Juru Bicara Vatikan.

"Pikirannya pertama-tama tertuju pada para korban, dengan kesedihan yang mendalam atas luka-luka mereka dan rasa terima kasih atas keberanian mereka untuk berbicara," kata Juru Bicara Vatikan.

Paus Fransiskus berpidato di hadapan umat beriman di Stadion Lokomotiva di Kosice, Slovakia, pada 14 September 2021, selama kunjungan empat harinya di Slovakia. Paus sedang dalam kunjungan empat hari di Slovakia, di mana ia akan bertemu dengan para penyintas Holocaust dan anggota komunitas Roma. (Photo by Handout / various sources / AFP)
Paus Fransiskus berpidato di hadapan umat beriman di Stadion Lokomotiva di Kosice, Slovakia, pada 14 September 2021, selama kunjungan empat harinya di Slovakia. Paus sedang dalam kunjungan empat hari di Slovakia, di mana ia akan bertemu dengan para penyintas Holocaust dan anggota komunitas Roma. (Photo by Handout / various sources / AFP) (AFP/HANDOUT)

Diketahui, hasil investigasi ini dibentuk oleh para uskup Katolik di Prancis pada akhir 2018.

Pembentukan tim investigas ini awalnya untuk menjelaskan pelanggaran dan memulihkan kepercayaan publik terhadap Gereja, karena saat itu jumlah jemaat berkurang.

Kepala Tim Investigasi, Jean-March Sauvé mengaku telah bekerja secara independen dari Gereja.

Menurutnya, masalah pelecehan seksual tersebut masih ada hingga sekarang.

Baca juga: Komnas Perempuan Minta Ketegasan Pimpinan KPI Agar Kasus Pelecehan Seksual Pegawai Tak Terulang Lagi

Baca juga: Tersangka Kasus Pelecehan di Ponpes Ogan Ilir Bertambah, Oknum Pengurus Asrama Diringkus

Dia menambahkan, Gereja sampai tahun 2000-an menunjukkan ketidakpedulian sepenuhnya kepada para korban dan baru mulai benar-benar mengubah sikapnya pada 2015-2016.

Sauvé mengatakan, tim investigasi itu sendiri telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban.

Tetapi studi luas oleh kelompok penelitian dan jajak pendapat memperkirakan bahwa ada sekitar 216.000 korban.

ILUSTRASI - Seorang pria di Tasikmalaya diamuk massa karena diduga memperkosa balita 16 bulan.
ILUSTRASI - Seorang pria di Tasikmalaya diamuk massa karena diduga memperkosa balita 16 bulan. (News Law)

Jumlahnya bisa naik lebih jauh menjadi 330.000 jika termasuk pelecehan oleh anggota awam.

"Anda adalah aib bagi kemanusiaan kami," kata François Devaux, yang mendirikan asosiasi korban La Parole Libérée, mengatakan kepada perwakilan gereja pada konverensi pers, Selasa (5/10/2021) kemarin.

"Di neraka ini telah terjadi kejahatan massal yang keji ... tetapi ada yang lebih buruk lagi, pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak," kata Devaux, juga menuduh Gereja pengecut.

Investigasi hampir 2.500 halaman ini menemukan bahwa "sebagian besar" korban adalah anak laki-laki pra-remaja dari berbagai latar belakang sosial.

"Gereja Katolik, setelah lingkaran keluarga dan teman, adalah lingkungan yang memiliki prevalensi tertinggi kekerasan seksual," tulis laporan investigasi itu.

Baca juga: Besok, Kapolres Jakpus dan Sekretariat KPI Dipanggil Komnas HAM Soal Dugaan Pelecehan Seksual di KPI

Baca juga: Penyanyi R&B, R Kelly Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Pelecehan Seksual dan Pemerasan

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan