Penanganan Covid
Menlu Retno Sesalkan Kegagalan COVAX Dalam Distribusi Vaksin Covid-19, Ini Penyebabnya
Retno Marsudi sesalkan kegagalan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG) untuk mencapai target mengirimkan 2 miliar dosis tahun ini.
Penulis:
Larasati Dyah Utami
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyesalkan kegagalan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC EG) untuk mencapai target mengirimkan 2 miliar dosis tahun ini.
Utamanya ke negara dengan penghasilan rendah.
Pasalnya pendistribusian vaksin terkendala akses kesetaraan.
Baca juga: Singgung Kerumunan Konser dan Stadion Bola, Menlu Retno: Kita Masih Pandemi!
Vaksin Covid-19 telah menjadi barang langka dan sering dijual hanya kepada penawar tertinggi.
“Dan inilah yang terjadi saat ini,” kata Retno pada acara Global Town Hall yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) secara virtual, Sabtu (20/11/2021)
Menlu RI membeberkan, 64,99% orang di negara berpenghasilan tinggi telah divaksinasi dengan setidaknya satu dosis dibandingkan dengan 6,48% di negara berpenghasilan rendah.
Lebih dari 80% vaksin telah dikirim ke negara-negara G-20 dibandingkan dengan 0,4% ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Setiap hari, ada 6 kali lebih banyak booster yang diberikan secara global daripada dosis utama di negara-negara berpenghasilan rendah.
Baca juga: Konferensi Regional Bisnis dan HAM Dorong Penguatan Implementasi Kebijakan UNGPs di Asia-Pasifik
Menlu berujar 56 negara tidak memenuhi target WHO untuk memvaksinasi 10% dari populasi mereka pada September 2021 dan hampir 80 negara mungkin tidak mencapai target vaksinasi 40% pada akhir tahun ini.
Sementara itu, setidaknya 100 juta dosis dapat tidak digunakan dan kedaluwarsa di negara-negara G7 pada tahun 2021 dan jumlah dosis yang terbuang dapat meningkat menjadi 800 juta pada pertengahan 2022.
“Jika semua tembakan yang diberikan secara global sejauh ini didistribusikan secara merata, kami akan mencapai target 40% kami di setiap negara sekarang,” ujarnya.
Sebaliknya, banyak negara mengandalkan Fasilitas COVAX sebagai satu-satunya sarana untuk mendapatkan vaksin.
Menlu Retno merupakan salah satu co-chair COVAX Advance Market Commitment Engagement Group yang dibentuk untuk memfasilitasi akses ke vaksin untuk 92 negara.
COVAX setidaknya telah mengirimkan lebih dari 507 juta dosis.
Tetapi, Retno menegaskan, COVAX tidak memproduksi vaksin dan telah gagal memenuhi targetnya untuk mengirimkan 2 miliar dosis tahun ini.
“Kami masih membutuhkan 550 juta suntikan untuk memenuhi 40% target vaksinasi WHO di setiap negara,” ujarnya.
Baca juga: WHO: Dunia Berpotensi Kekurangan 2 Miliar Jarum Suntik Vaksin Covid-19
Produksi global sekarang mencapai hampir 1,5 miliar dosis per bulan.
Sehingga sebenarnya ada cukup vaksin dari perspektif pasokan yang dapat didistribusikan ke negara yang membutuhkan.
Namun ia mempertanyakan komitmen global, utamanya negara maju untuk memberikan akses yang adil dan setara bagi negara-negara berpendapatan menengah hingga rendah terhadap vaksin kali ini.
"Sejak awal, Indonesia telah menyerukan distribusi vaksin yang adil dan merata.
Presiden saya telah menyuarakan keprihatinannya di forum-forum bilateral, regional, dan multilateral,"
“Tetapi apakah mereka akan didistribusikan secara adil kali ini?” ujarnya.