MOU 2008 Berdampak Pembunuhan 2 Orang China dan Lebih 10 Orang Diculik di Kongo
ada dua kelompok pemberontak di Kongo yang berusaha merebut kembali pertambangan Cobalt di Kongo yang dianggapnya sebagai milik amsyarakat Kongo tapi
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kerjasama dengan Kongo tahun 2008 di mana China menginvestasikan 1 triliun yen ke Kongo dengan imbal balik tambang Cobalt Kongo dimiliki China, tampaknya sebagai penyebab munculnya pembunuhan 2 warga China di Kongo dan penculikan lebih dari 10 warga China hingga 24 November 2021.
Pada konferensi pers pada tanggal 29 November, Kementerian Luar Negeri China mengatakan, "Kami menuntut Kongo agar para sandera segera diselamatkan dan meminta perusahaan-perusahaan China di Kongo segera kembali."
Menurut TV Asahi ada dua kelompok pemberontak di Kongo yang berusaha merebut kembali pertambangan Cobalt di Kongo yang dianggapnya sebagai milik masyarakat Kongo tapi kini dikuasai China.
Di Republik Demokratik Kongo di Afrika, dua orang China tewas dan lebih dari 10 orang diculik kelompok bersenjata Kongo yang menyerang sebuah tambang emas di timur pada tanggal 21 November yang saat itu menculik 5 warga China di sana.
Dua orang China kemudian tewas dan delapan orang lagi diculik di lokasi penambangan lain pada tanggal 24 November 2021.
Para pemberontak menganggap China beroperasi secara ilegal.
Yanagisawa, seorang wartawan senior Jepang melihat pemberontakan itu sebagai dampak dari pengambil alihan China atas tambang masyarakat Kongo.
"Bukan tidak mungkin hal itu terjadi karena masyarakat menganggap miliknya mengapa dikeruk oleh orang China di negerinya sendiri."
Sedangkan Pengacara senior Jepang Maiko Hagitani (55) melihat perlunya perhatian atas hak asasi manusia di sana karena banyak anak-anak tampaknya dipekerjakan di tambang tersebut.
"Belum lagi sumber penghasilan yang sangat rendah sekali dibayarkan kepada para pekerja tambang oleh kalangan China di sana."
Menurutnya, masyarakat mungkin perlu memikirkan sumber bahan materi bagaimana asalnya diperoleh.
"Rasanya apabila bahan baku yang biasa dipakai untuk peralatan elektronik itu, seperi cobalt, juga perlu diketahui bagaimana sumbernya. Apabila dari pemerasan tenaga manusia seperti terjadi di Kongo, mungkin perlu diantisipasi olah kalangan bisnis juga, jangan sampai membeli materi dari hal-hal buruk tersebut," paparnya.
Upah per jam 46 yen diberikan kepada pekerja tambang warga Kongo dipaksa untuk menjadi budak pertambangan milik China itu, tulis wartawan Pete Pattisson pada media Courrier Japon 27 November 2021.
Seorang pejabat Jepang sumber Tribunnews.com juga mengungkapkan Rabu ini (1/12/2021) bahwa pemberontakan kelompok bersenjata tersebut tampaknya memang ada kaitannya dengan MOU tahun 2008 yang memperkenankan China menguasai tambang cobalt Kongo.
"Akibatnya masyarakat setempat, termasuk penculik itu, berontak ingin menguasai kembali tambang yang dianggap milik rakyat Kongo ketimbang dikuasai China," tambahnya.