Strategi Baru Jerman Hadapi Krisis COVID-19
Menteri Kesehatan Karl Lauterbach mengumumkan bahwa pemerintah Jerman meningkatkan segala upaya dalam melawan pandemi COVID-19, meskipun…
Pada Minggu (12/12), Menteri Kesehatan Jerman yang baru Karl Lauterbach menjelaskan strategi menghadapi pendemi COVID-19 dalam acara bincang-bincang televisi "Anne Will".
Adapun langkah yang akan diambil pemerintahan baru Jerman, meliputi upaya memecahkan gelombang varian Delta dengan pembatasan kontak, memberikan suntikan booster untuk melindungi masyarakat terhadap varian Omicron, dan mempercepat pengembangan vaksin yang lebih cocok untuk memerangi varian baru.
Lauterbach berjanji akan melibatkan ilmuwan dalam setiap pengambilan keputusan politik. Tidak seperti pendahulunya, Jens Spahn, yang tidak memiliki latar belakang medis, Lauterbach adalah seorang dokter dan ahli epidemiologi terkenal yang mengajar di Harvard, Amerika Serikat.
Lauterbach menjadi anggota parlemen untuk Partai Sosial Demokrat (SPD) sejak tahun 2005 dan meraih kursinya di parlemen dengan selisih suara yang besar dalam pemilihan umum September lalu.
Selama pandemi, ia mengeluarkan banyak pernyataan sehingga memiliki banyak pengikut di media sosial. Prediksinya tentang penyebaran dan upaya untuk mengantisipasi penyebaran virus terbukti akurat. Keahliannya membuat banyak orang Jerman memilihnya menjadi menteri kesehatan.
Namun, menggabungkan peran sebagai menteri dan influencer di media sosial tidak mudah. Mengacu pada studi baru dari Inggris, Lauterbach mengatakan kepada 700.000 pengikut Twitter-nya: "Vaksinasi booster dini tampaknya masuk akal, mungkin perlu."
Ruprecht Polenz, dari Partai Kristen Demokrat (CDU), partai terkemuka di pemerintahan mantan Kanselir Angela Merkel yang saat ini menjadi oposisi, menanggapi: "Saya tidak yakin apakah cara komunikasi ini cocok untuk menteri kesehatan. Apa artinya dengan tepat mengatakan bahwa vaksinasi booster dini 'mungkin diperlukan'?"
Tim baru penanganan COVID-19
Panel pakar ilmiah yang baru dibentuk Kanselir Jerman Olaf Scholz telah mengadakan pertemuan pertamanya yang bertujuan untuk menyatukan pandangan para ilmuwan dan politisi.
Ke-19 anggota panel terdiri dari para ahli di bidang virologi, imunologi, dan kedokteran pada umumnya, serta pakar etika dan psikologi. Pimpinan dua organisasi pusat, yakni Institut Robert Koch (RKI) dan Komite Tetap Vaksinasi Jerman (STIKO) juga masuk dalam tim tersebut.
Pertemuan direncanakan seminggu sekali. Tujuannya agar "lebih banyak berdiskusi, menerima kritik, dan transparansi." Harapannya sebelum Natal dapat diambil kesimpulan, sehingga dapat diketahui kejelasan lebih lanjut tentang dampak varian Omicron.
Lauterbach dengan tegas menekankan bahwa keputusan politik akan dibuat oleh para politisi, bukan oleh dewan. Mengikuti jejak Presiden Frank Walter Steinmeier, ia menyerukan pelajaran yang bisa dipetik dari pandemi, dengan meminta para politisi untuk membuat keputusan dan memastikan mereka dilegitimasi secara demokratis.
Dalam diskusi panel pada November lalu, Lauterbach menekankan bahwa "penting bagi politisi untuk mengungkapkan ahli mana yang mereka libatkan dalam pengambilan keputusan, fakta dan penilaian apa yang mereka perhitungkan, ketidakpastian dan ketidakamanan apa yang ada."
Tidak mudah bagi tim baru penanganan COVID-19 untuk sepakat satu suara. Anggotanya, Hendrik Streeck dan Christian Drosten, dua ahli virologi paling populer di Jerman sering menyatakan pendapat yang bertentangan tentang pengendalian pandemi.
Selain panel ahli, juga akan ada satuan tugas baru, sebagai upaya untuk menyatukan perwakilan dari pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam mengkoordinasikan tindakan bersama.