Dikenai Sanksi Baru oleh AS, Korea Utara Ancam Berlakukan Tindakan yang Lebih Kuat
Korea Utara geram melihat sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat atas peluncuran rudal mereka baru-baru ini.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
Pyongyang mengatakan pihaknya terbuka untuk diplomasi tetapi dengan syarat Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan "kebijakan bermusuhan" seperti sanksi atau latihan militer.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland menyebut peluncuran itu berbahaya dan tidak stabil.
"Ini jelas membawa kita ke arah yang salah," katanya pada briefing reguler di Washington pada hari Selasa.
"Seperti yang Anda ketahui, Amerika Serikat telah mengatakan sejak pemerintahan ini datang bahwa kami terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara, bahwa kami terbuka untuk berbicara tentang Covid dan dukungan kemanusiaan, tetapi mereka malah menembakkan rudal."
Uni Eropa pada hari Selasa mengutuk peluncuran rudal terbaru Korea Utara.
Mereka menyebut peluncuran itu "ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional".
UE juga meminta Pyongyang untuk melanjutkan diplomasi.
Manuver, Bukan Kecepatan

Terlepas dari apa nama rudalnya, para analis mengatakan fitur utama senjata hipersonik bukanlah kecepatan – yang kadang-kadang dapat ditandingi atau dilampaui oleh hulu ledak rudal balistik tradisional – tetapi kemampuan manuvernya, yang menjadikannya ancaman akut bagi sistem pertahanan rudal.
Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara tampaknya menunjukkan jenis rudal dan hulu ledak yang sama yang pertama kali diuji minggu lalu, kata para analis.
"Uji coba itu ditujukan untuk verifikasi akhir dari spesifikasi teknis keseluruhan sistem senjata hipersonik yang dikembangkan," lapor KCNA.
Setelah diluncurkan dari pendorong roket, sebuah kendaraan luncur hipersonik melakukan penerbangan lompat layang sejauh 600 km dan kemudian bermanuver sejauh 240 km sebelum mencapai sasaran di laut yang jauhnya 1.000 km, kata laporan itu.
Para pejabat Korea Selatan telah mempertanyakan kemampuan rudal tersebut setelah uji coba pertama pekan lalu.
Mereka mengatakan bahwa rudal itu tampaknya tidak menunjukkan jangkauan dan kemampuan manuver yang diklaim dalam laporan media pemerintah.
Namun, pada hari Selasa, Korea Selatan mengatakan tes kedua tampaknya menunjukkan peningkatan kinerja.
Rudal mencapai kecepatan tertinggi hingga 10 kali kecepatan suara (12.348 km per jam) meskipun mereka tidak mengomentari kemampuan manuvernya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)