Minggu, 21 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ini Alasan Putin Lakukan Invasi, Tak Sudi Ukraina Jadi Boneka Barat

Putin tak sudi Ukraina bergabung dengan Nato dan jadi boneka barat. Satu-satunya jalan, diinvasi. Biden memberi peringatan keras.

Editor: cecep burdansyah
AFP/HANDOUT
Dalam pengambilan video ini diambil dari cuplikan selebaran yang tersedia pada 24 Februari 2022 di situs web resmi Presiden Rusia (kremlin.ru) Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di hadapan bangsa di Kremlin di Moskow. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer" di Ukraina pada 24 Februari dan meminta tentara di sana untuk meletakkan senjata mereka, menentang kemarahan Barat dan seruan global untuk tidak melancarkan perang. (Photo by Handout / KREMLIN.RU / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin pernah membantah akan menyerang Ukraina. Bahkan bantan itu ia sampaikan selama berbulan-bulan sejak krisis di Ukraina.

Kenyataannya, hari ini ia mengumumkan "operasi militer khusus" di wilayah Ukraina. Pengumuman Putin itu  langsung diikuti serangan dan ledakan di ibukota Ukraina Kyiv, menjadi tontonan seluruh dunia.

Keputusan Putin itu hanya beberapa hari setelah dia mengingkari kesepakatan damai dan memerintahkan pasukan ke dua wilayah timur yang dikuasai pemberontak. Putin beralasan untuk menjaga perdamaian.

Rusia telah mengerahkan setidaknya 200.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina dalam beberapa bulan terakhir, dan ada kekhawatiran langkah terbarunya menandai langkah pertama dalam invasi baru. Serangan itu dapat membahayakan seluruh struktur keamanan Eropa.

Apa alasan Putin menyerang Rusia? Ke mana pasukan Rusia dikirim?

Ketika Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2014, pemberontak yang didukung oleh Presiden Putin merebut sebagian besar wilayah timur dan mereka telah memerangi tentara Ukraina sejak saat itu.

Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di dekat stasiun kereta api Kyiv-Pasazhyrskyi di Kyiv pada pagi hari 24 Februari 2022. Sirene serangan udara terdengar di pusat kota Kyiv hari ini ketika kota-kota di seluruh Ukraina terkena apa yang dikatakan pejabat Ukraina sebagai serangan rudal dan artileri Rusia. - Presiden Rusia mengumumkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan
Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di dekat stasiun kereta api Kyiv-Pasazhyrskyi di Kyiv pada pagi hari 24 Februari 2022. Sirene serangan udara terdengar di pusat kota Kyiv hari ini ketika kota-kota di seluruh Ukraina terkena apa yang dikatakan pejabat Ukraina sebagai serangan rudal dan artileri Rusia. - Presiden Rusia mengumumkan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan "invasi skala penuh" sedang berlangsung. (Photo by Daniel LEAL / AFP) (AFP/DANIEL LEAL)

Ada kesepakatan perdamaian internasional Minsk tetapi konflik terus berlanjut dan pemimpin Rusia mengatakan dia mengirim pasukan ke dua daerah yang dikuasai pemberontak. Sekretaris Jenderal PBB dengan tegas menolak penggunaan kata penjaga perdamaian oleh Rusia.

Barat percaya Moskow sedang merencanakan invasi baru yang akan segera terjadi ke Ukraina, negara berpenduduk 44 juta orang yang berbatasan dengan Rusia dan Uni Eropa.

Sebagai permulaan, ada laporan tentang tank yang tiba di Donetsk yang dikuasai separatis dan foto satelit terbaru menunjukkan pasukan Rusia dikerahkan dalam jarak dekat ke perbatasan Ukraina.

Seberapa besar pembangunan militer Rusia?

Presiden Putin memperingatkan Ukraina akan bertanggung jawab atas pertumpahan darah lebih lanjut jika tidak menghentikan permusuhan di timur. Tapi sudah ada serangkaian insiden palsu dan salah satu dari mereka dapat digunakan sebagai dalih untuk serangan Rusia.

Lalu apa masalah Putin dengan Ukraina?

Rusia telah lama menolak langkah Ukraina menuju institusi Eropa, baik NATO maupun Uni Eropa. Sekarang, Putin telah mengklaim Ukraina adalah boneka Barat dan bagaimanapun juga tidak pernah menjadi negara yang layak.

Dia menuntut jaminan dari Barat dan Ukraina bahwa mereka tidak akan bergabung dengan NATO, aliansi pertahanan dari 30 negara, dan agar Ukraina melakukan demiliterisasi dan menjadi negara netral.

Sebagai bekas republik Soviet, Ukraina memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di sana, tetapi sejak Rusia menginvasi pada tahun 2014, hubungan tersebut telah rusak.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan