Konflik Rusia Vs Ukraina
Warga Rusia Mulai Rasakan Sanksi Internasional Pasca Putin Lancarkan Invasi ke Ukraina
Pasca Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina, negara-negara Barat menjatuhi sanksi ekonomi ke Rusia.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Jutaan warga Rusia mulai merasakan sanksi ekonomi Barat yang dirancang untuk menghukum negara itu terkait penyerangan ke Ukraina.
Seorang desainer industri Rusia, Andrey, mengatakan ia tidak mampu untuk mendapatkan hipotek di Moskow sekarang karena suku bunga telah dinaikkan.
"Jika saya bisa meninggalkan Rusia sekarang, saya akan melakukannya. Tapi, saya tidak bisa berhenti dari pekerjaan saya," kata Andrey, dikutip dari BBC.
Baca juga: Buntut Komentar Miringnya soal Invasi Rusia ke Ukraina, Menteri Pertahanan Bulgaria Dipecat
Baca juga: Rusia akan Melakukan Serangan Besar-besaran di Kiev Ibu Kota Ukraina, Ingatkan Warga Sipil Menjauh
"Saya berencana mencari pelanggan baru di luar negeri secepatnya dan pindah dari Rusia dengan uang yang saya tabung untuk cicilan pertama."
"Saya takut di sini, orang telah ditangkap karena berbicara menentang 'garis partai'. Saya merasa malu dan saya bahkan tidak memilih mereka yang berkuasa," lanjutnya.
Sanksi yang sekarang menghantam Rusia digambarkan sebagai perang ekonomi.
Sanksi itu bertujuan untuk mengisolasi Rusia dan menciptakan resesi yang dalam di sana.
Para pemimpin Barat berharap langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya akan membawa perubahan dalam pemikiran di Kremlin.
Baca juga: Cegah Invasi Rusia Lewat Jalur Laut, Turki Tutup Selat Bhosporus dan Dardanelles
Baca juga: Peneliti Sadap Layanan Online dan Situs Medsos Ukraina untuk Kumpulkan Aktivitas Perang
Orang Rusia biasa menghadapi tabungan mereka habis. Kehidupan mereka sudah terganggu.
Salah satu sanksi terhadap bank Rusia adalah pemutusan mereka dari Visa dan Mastercard, yang mengganggu menggunakan pembayaran Apple Pay dan Google Pay.
Seorang manajer proyek di Moskow, Daria, mengatakan akibat sanksi ini, berarti dia tidak dapat menggunakan metro.
"Saya selalu membayar dengan ponsel saya tetapi tidak berhasil. Ada beberapa orang lain dengan masalah yang sama," katanya kepada BBC.
"Ternyata penghalang dioperasikan oleh bank VTB yang dikenai sanksi dan tidak dapat menerima Google Pay dan Apple Pay."
Baca juga: Mahasiswa asal Nigeria dan India Mengaku Alami Perlakuan Rasis di Perbatasan Ukraina
Baca juga: Ingin Kurangi Serangan Rusia ke Ukraina, Turki Larang Kapal Perang Lintasi Bosphorus dan Dardanelles
"Saya harus membeli kartu metro sebagai gantinya."
"Saya juga tidak bisa membayar di toko hari ini, untuk alasan yang sama," lanjutnya.
Konvoi Besar Pasukan Rusia Mulai Bergerak ke Kyiv

Rusia mulai bergerak masuk ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv, dengan konvoi besar yang terdiri dari kendaraan lapis baja, tank, dan peralatan militer lainnya.
Konvoi militer itu membentang hingga 64 km, menurut citra satelit baru, Independent melaporkan.
Saat invasi Rusia memasuki hari keenam, senator AS Chris Murphy mengatakan pasukan Putin sedang mempersiapkan pengepungan "panjang dan berdarah" di ibu kota Ukraina.
Pada Senin (28/2/2022), Ukraina diguncang sejumlah ledakan besar setelah putaran pertama pembicaraan damai antara perwakilan kedua negara di perbatasan Belarusia.
Baca juga: BERITA FOTO: Ratusan Warga Ukraina yang Tinggal di Bali Gelar Unjuk Rasa Damai
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina akan Meluas Secara Global, Tak Hanya Perang Militer Tapi Perang Dagang & Siber
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan terhadap Rusia tampaknya memberikan tekanan pada Vladimir Putin.
Moskow menutup pasar sahamnya hingga setidaknya 5 Maret dengan Rubel Rusia anjlok ke titik terendah dalam sejarah.
Sementara itu, Pengadilan Kriminal Internasional telah mengumumkan akan menyelidiki dugaan kejahatan perang Rusia di Ukraina.
Rusia Peringatkan Warga Kyiv

Sampai di hari keenam invasi di Ukraina, Rusia mengeluarkan peringatan.
Peringatan ditujukan kepada masyarakat, terutama penduduk di Kyiv, untuk segera meninggalkan kota.
BBC menuliskan, Kementerian Pertahanan Rusia telah mengeluarkan peringatan kepada penduduk Kyiv bahwa mereka sedang bersiap untuk mencapai sasaran di Ibu Kota Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa sore, para pejabat Rusia mengatakan pasukan mereka sedang bersiap untuk meluncurkan "serangan presisi tinggi" terhadap "pusat teknologi Layanan Keamanan Ukraina dan pusat PsyOps utama ke-72 di Kyiv".
"Kami mendesak warga Ukraina serta warga Kyiv yang tinggal di dekat stasiun relay untuk meninggalkan rumah mereka," tambah pernyataan itu.
Baca juga: Presiden Ukraina Sebut Rusia Telah Melakukan Kejahatan Perang
Baca juga: Emosi Pelatih Chelsea saat Ditanya soal Invasi Rusia ke Ukraina, Tuchel: Saya Bukan Politikus
Para pejabat mengklaim ancaman itu dilakukan untuk mencegah serangan informasi terhadap Rusia.
Masih dari BBC, ancaman Rusia kepada warga Kyiv disebut-sebut sebagai 'serangan psikologis'.
Hal itu dikatakan oleh Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov.
Berdasarkan unggahannya di Facebook, Oleksiy Reznikov mengklaim Rusia pertama kali berencana mengganggu komunikasi warga.
"Setelah itu, akan ada penyebaran besar-besaran berita palsu tentang kepemimpinan politik-militer Ukraina yang diduga setuju untuk menyerah," tulisnya.
"Untuk memperkuat berita palsu, mereka akan mempublikasikan foto dokumen yang ditandatangani dan video palsu. Ini bohong," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Whiesa/Tiara Shelavie/Chrysnha)