Konflik Rusia Vs Ukraina
Ekonomi Rusia Diperkirakan Jatuh ke Jurang Resesi Akibat Perang
Ekonomi Rusia diperkirakan tumbuh 4,5% tahun lalu setelah menyusut hampir 3% pada 2020, tahun terburuk pandemi bagi ekonomi global.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Perekonomian Rusia diperkirakan akan jatuh ke dalam resesi yang lebih dalam akibat invasi ke Ukraina.
Melansir The Guardian, perang lebih berpengaruh ke perekonomian Rusia ketimbang dampak pandemi Covid-19.
Para ekonom mengatakan sanksi dijatuhkan kepada bank dan perusahaan Rusia oleh AS, UE, Inggris dan sekutu mereka memiliki dampak parah pada pasar keuangan di Rusia.
Diprediksi beragam jenis sanksi itu akan menimbulkan lebih banyak kerusakan pada ekonomi Rusia yang lebih luas dari waktu ke waktu.
Analis di Goldman Sachs mengatakan bank investasi itu telah memangkas perkiraannya untuk produk domestik bruto Rusia tahun ini dari pertumbuhan 2% dengan penurunan 7%.
Baca juga: Dubes Rusia: Pemerintah Kriminal Ukraina Ingin Hapus Bahasa Rusia dari Percakapan Sehari-hari
Ekonomi Rusia diperkirakan tumbuh 4,5% tahun lalu setelah menyusut hampir 3% pada 2020, tahun terburuk pandemi bagi ekonomi global.
Analis mengatakan, perang Ukraina mungkin memiliki dampak terbatas pada ekonomi global karena hubungan perdagangan antara Rusia dan seluruh dunia terbatas.
Rusia hanya menyumbang 1,5% dari PDB global.
Namun, invasi tersebut telah memicu lonjakan harga energi global – yang mengancam akan memperburuk tekanan biaya hidup di beberapa negara, termasuk Inggris.
Perang datang ketika ekonomi global masih belum pulih dari pandemi.
Harga minyak naik pada hari Rabu (2/3/2022) menjadi lebih dari US$ 111 per barel, level tertinggi sejak 2014, karena prospek gangguan pasokan dari Rusia mengirim pasar energi melonjak lebih lanjut.
Rusia adalah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia dan pengekspor terbesar gas alam.
Jika kenaikan harga minyak dan gas baru-baru ini dipertahankan, para ekonom memperkirakan inflasi yang lebih tinggi akan memukul rumah tangga dan bisnis, dan memicu perlambatan ekonomi di seluruh dunia.
Warga Rusia Mulai Rasakan Dampaknya
Sejak Barat memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, orang-orang Rusia biasa merasakan efek yang menyakitkan.
Kondisi diperparah dengan aksi boikot dari sejumlah perusahaan internasional, sistem pembayaran tidak beroperasi dan menimbulkan masalah penarikan uang tunai, hingga warga tidak dapat membeli barang-barang tertentu.
“Apple Pay belum bekerja sejak kemarin. Tidak mungkin untuk membayar dengan itu di mana pun- di bus, di kafe," kata warga Moskwa Tatyana Usmanova kepada AP sebagaimana dilansir Kamis (3/3/2022).
“Ditambah lagi, di satu supermarket mereka membatasi jumlah barang penting yang bisa dibeli satu orang.”
Apple mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjual iPhone dan produk populer lainnya di Rusia, bersama dengan membatasi layanan seperti Apple Pay.
Langkah Apple dilakukan bersamaan dengan aksi boikot dari perusahaan-perusahaan global lainnya, sebagai bagian dari reaksi mereka untuk memprotes invasi Rusia ke Ukraina.
Puluhan perusahaan asing dan internasional telah menarik bisnis mereka keluar dari Rusia.
Merek mobil besar menghentikan ekspor kendaraan mereka; Boeing dan Airbus menangguhkan pasokan suku cadang dan layanan pesawat ke maskapai Rusia; studio besar Hollywood menghentikan rilis film mereka. Daftarnya kemungkinan akan terus bertambah.
Langkah itu di luar respons Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya, yang memukul Rusia dengan sanksi luas dan kerasnya yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sekutu Barat telah mengusir bank-bank besar Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, membatasi ekspor teknologi tinggi ke Rusia dan sangat membatasi penggunaan cadangan mata uang asing Moskwa.
Orang-orang Rusia di Moskwa dan kota-kota lain berbicara dengan AP tentang bagaimana langkah-langkah itu berdampak dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Anjloknya nilai rubel mendorong warga mengubah mata uang mereka menjadi mata uang asing, antrean panjang di ATM dan kartu bank tertentu yang gagal diproses.
Irina Biryukova di Yaroslavl, di kota sekitar 250 kilometer timur laut Moskwa, mengatakan dia hanya bisa menyetor sejumlah uang ke rekening banknya melalui ATM bank.
“Mayoritas ATM (dari bank ini) tidak berfungsi untuk menyetor (uang),” kata Biryukova.
Harga pangan, menurut beberapa pelaku usaha, juga sudah mulai melonjak.
“Semua bahan utama yang kami siapkan untuk produk kami telah naik harganya sebesar 30-40 persen,” kata Ilya Oktavin, yang menjalankan layanan pengiriman di bar sushi Perm.
Barang-barang tertentu juga lebih sulit didapat karena reaksi oleh perusahaan seperti Nike, yang pada Selasa (1/3/2022) malam. Perusahaan itu menghentikan penjualan online dengan pernyataan di situs web perusahaan yang mengatakan "tidak dapat menjamin pengiriman barang ke pembeli di Rusia."
Pada Rabu (2/3/2022), H&M mengumumkan penangguhan "semua penjualan" di negara tersebut.
Kritikus Kremlin melukiskan gambaran suram bagi Rusia.
"Kami menghadapi kenaikan harga, PHK massal, penundaan pembayaran tunjangan atau pensiun," tulis politisi oposisi Yulia Galyamina di Facebook, Rabu (2/3/2022).
“Kekurangan obat dan alat kesehatan. Armada mobil dan pesawat yang menua dan miskin. ... Kita akan mengingat kondisi terburuk seperti tahun 1990-an. Tapi saya hanya punya satu pertanyaan: untuk apa?”
Dalam upaya untuk mencegah kepanikan, pihak berwenang Rusia pada Selasa (2/3/2022) meluncurkan situs web khusus, berjudul "Kami Menjelaskan". Informasi itu berbicara tentang bagaimana berbagai bidang kehidupan terdampak di bawah tekanan sanksi.
Laporan yang mengkhawatirkan, seperti yang mengantisipasi lonjakan harga, atau mengatakan bahwa layanan tertentu tidak berfungsi, dibantah di situs web sebagai "palsu."
Beberapa orang Rusia, sementara itu, mengatakan bahwa bukan sanksi yang membuat mereka khawatir, tetapi serangan mematikan yang dilakukan Rusia terhadap negara tetangga.
“Anda tahu, sanksi paling tidak mengganggu saya. Saya khawatir Rusia membunuh orang di Ukraina,” kata warga Moskow Ivan Kozlov.
“Saya berharap itu menghentikan perang yang tidak diinginkan oleh orang waras dengan hati nurani dan mampu berbelas kasih dan welas asih di Rusia.”
Sumber: The Guardian/Kontan.co.id/Kompas.com