Konflik Rusia Vs Ukraina
Jepang Akan Menerima Pengungsi dari Ukraina, Aturannya Masih Dalam Proses
Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan pada tanggal 2 Maret lalu bahwa ia akan menerima pengungsi dari Ukraina.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan pada tanggal 2 Maret lalu bahwa ia akan menerima pengungsi dari Ukraina.
Menteri luar negeri Yoshimasa Hayashi juga membenarkan hal tersebut Senin ini (7/3/2022).
"Benar kita akan menerima pengungsi Ukraina. Tetapi semua aturan masih diproses lebih lanjut dan berharap dapat segera mengeluarkan aturan lebih lanjut untuk proses pengungsian tersebut bagi warga Ukraina," papar Menlu Hayashi dalam rapat parlemen Senin siang ini (7/3/2022).
Menlu Hayashi juga berjanji agar segera mempercepat proses tersebut sehingga para pengungsi Ukraina yang mau mengungsi ke Jepang dapat segera terselamatkan datang ke Jepang di tengah berkecamuknya perang dengan Rusia saat ini.
Di dalam Jepang pun, Kiyoshi Sasaki, 59, presiden perusahaan yang bersiap untuk membuka resor mata air panas di Naruko Onsen di Kota Osaki, Prefektur Miyagi, memikirkan tentang keselamatan anak muda di Ukraina.
"Saya meminta mereka untuk datang ke Jepang bersama keluarga nya. Saya ingin menerima pengungsi sebanyak-banyaknya dari Ukraina," papar Sasaki.
Saat menjalankan perusahaan konstruksi "Sanyu" (Kota Ishinomaki), Sasaki membeli penginapan mata air panas "Rumah Petani" yang ditutup karena kebangkrutan organisasi manajemen pada tahun 2018, dan sedang bersiap untuk dibuka kembali. Untuk menutupi kekurangan tenaga kerja di industri konstruksi, Sasaki telah mendirikan basis perekrutan di Kyiv, ibu kota Ukraina.
Awalnya, "rumah petani" dijadwalkan dibuka pada Oktober tahun lalu, dan 10 orang Ukraina berusia 20-an dan 30-an dipekerjakan sebagai pelayan.
Sasaki, yang memiliki departemen bahasa Jepang di universitas di Kyiv dan mengunjungi situs tersebut dan mendapat kesan mereka orang Ukraina pro Jepang dan berharap bisa segera ke Jepang.
Namun, karena kekurangan semikonduktor akibat penyebaran infeksi virus corona baru, impor switchboard yang diperlukan untuk renovasi fasilitas ditunda, dan pembukaan ditunda. Warga Ukraina yang dijadwalkan datang ke Jepang pada Januari lalu juga dilanda perang sengit saat terpaksa menunggu akibat pembatasan imigrasi akibat Corona.
Kim Irina (32), salah satu calon karyawan yang tinggal di Kyiv, setiap hari mengirimkan gambar ketegangan kota yang terkena rudal melalui situs pertukaran keanggotaan.
Irina, yang tinggal di Naruko dari Juli hingga Desember tahun lalu dan membantu mempersiapkan pembukaan bisnis, mengungkapkan ketidaksabaran dan kecemasannya dengan mengatakan, "Saya ingin segera pergi ke Jepang" dan "Saya mengkhawatirkan keluarga saya." Ditemukan juga bahwa salah satu pria yang akan dipekerjakan mungkin sudah pernah bertugas di militer.
"Orang-orang muda Ukraina yang dijadwalkan untuk dipekerjakan pandai berbahasa Jepang dan termotivasi untuk bekerja. Ada banyak kenalan di daerah itu dan saya ingin menerima pengungsi sebanyak mungkim dari Ukraina," tambah sasaki.
Di lain pihak pembicaraan gencatan senjata ketiga akan diadakan dengan Rusia pada tanggal 7 Maret ini. Pertarungan diharapkan segera berakhir.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.