Konflik Rusia Vs Ukraina
Kisah Pilot Ukraina yang Dijuluki Hantu Kiev Ternyata Hanya Dongeng Belaka
Kisah ‘Hantu Kiev” muncul bersamaan operasi militer Rusia ke Ukraina. Pilot itu diduga menembak jatuh sejumlah pesawat Rusia di langit Ukraina
Penulis:
Setya Krisna Sumarga
Tweet kementerian masih naik pada saat publikasi. Video berdurasi 15 detik itu disertai keterangan, “Apa yang sedang dilakukan pemain andalan Ukraina ini?”
Akun Kementerian Pertahanan menggambarkannya sebagai jet tempur MiG-29 yang menghancurkan jet Su-35 Rusia menggunakan rudal.
Pengguna media sosial dengan cepat menunjuk ke video YouTube 'Ghost of Kiev.
Pertempuran udara antara MiG29 Ukraina dan Su27 Rusia disimulasikan di DCS World’.
Klip, yang memiliki lebih dari satu juta tampilan, mengacu pada cerita yang belum dikonfirmasi tetapi dengan cepat menyebar tentang 'Ghost of Kyiv'.
Klip itu pertama kali diunggah ke YouTube dengan judul 'Ghost of Kiev Kill'. Pengunggah mengklaim rekaman itu dibuat dari simulator pertempuran digital berdasar deskripsi postingan.
DCS adalah singkatan dari Digital Combat Simulator World, sebuah game medan perang digital yang dikembangkan oleh Eagle Dynamics.
Bantahan Resmi Eagle Dynamics
Seorang juru bicara perusahaan Matthias Techmanski mengkonfirmasi dalam email kepada Reuters rekaman itu berasal dari DCS.
Eagle Dynamics tidak bertanggung jawab atas distribusinya, dan tidak mendukung konten semacam itu.
Pemeriksaan fakta Reuters mengatakan rekaman itu 'salah ketik' dan berasal dari video game.
Twitter pada hari Sabtu menandai posting Kementerian Pertahanan Ukraina sebagai menyesatkan. Dikatakan media ini disajikan di luar konteks.
Video itu berkembang menjadi dongeng ‘Hantu Kiev’. Klip video itu kemudian dianggap tidak otentik menyusul bantahan dan penjelasan adegan itu datang dari simulator pertempuran video game.
Game yang sama telah digunakan untuk memproduksi video lain yang secara keliru digambarkan sebagai pertempuran nyata di Ukraina.
Komando Angkatan Udara Ukraina lantas menyusulkan pernyataan di akun media sosial mereka, mendesak pengguna untuk tidak "mengisi ruang info menggunakan kabar palsu".