Konflik Rusia Vs Ukraina
“Wali” Sniper Asal Kanada Pulang, Kecewa dan Ungkap Bobroknya Kondisi Militer Ukraina
Wali telah kembali ke Quebec, Kanada, tempat asalnya. Ia hanya sebentar di Ukraina, dan mengaku tidak pernah menembak musuh.
Penulis:
Setya Krisna Sumarga

Beberapa tentara tadinya berencana mencuri pengiriman senjata yang dipasok Amerika senilai $500.000 dan membentuk unit sendiri.
Wali akhirnya bergabung ke unit Ukraina yang bertempur di dekat Kiev. Mereka terpaksa harus mencari senjata, makanan, dan bensin secara mandiri.
“Anda harus mengenal seseorang yang mengenal seseorang yang memberi tahu Anda bahwa di beberapa tempat pangkas rambut tua mereka akan memberi Anda AK-47,” kenangnya.
“Bahkan untuk makanan, seringkali warga sipil yang menyediakannya,” imbuhnya.
Pada akhirnya, Wali mengatakan dia akhirnya hanya menembakkan dua peluru ke jendela untuk menakut-nakuti orang.
Ia lalu memutuskan pulang tak lama setelah dua grup tentara Ukraina yang dikirim ke Donbass dihantam tank Rusia dan menerima tembakan sangat akurat.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk tidak menunjukkan diri mereka seperti itu, tetapi mereka tidak mendengarkan saya," katanya.
“Saya melihat pecahan peluru itu berlalu seperti laser. Tubuhku tegang. Saya tidak bisa mendengar apa-apa, saya langsung sakit kepala. Itu benar-benar suslit,” tambahnya.
Legiun Asing Banyak yang Kabur
Wali bukan satu-satunya sukarelawan yang meninggalkan Ukraina tak lama setelah tiba untuk berperang.
Di forum 'VolunteersForUkraine' Reddit, calon rekrutan dan mereka yang sudah berada di Ukraina bertukar saran, dorongan, dan terkadang cerita horor.
Satu cerita dari pusat pelatihan legiun asing yang dibom Rusia pada Maret menggambarkan bagaimana komandan mengirim orang-orang yang tak terlatih ke garis depan berbekal sedikit amunisi dan AK, dan akhirnya mereka terbunuh.
Seorang pengguna Reddit mengatakan dia melarikan diri ke Polandia setelah serangan besar menimpa pusat legiun asing.
“Legiun benar-benar kalah senjata seperti halnya beberapa pemimpin Ukraina yang gila. Setelah serangan itu, seorang perwira ingin menggiring semua orang ke Kiev dan bertempur,” tulisnya.
Poster lain menceritakan kisah serupa, melibatkan rekrutan yang tidak siap menerima pelatihan beberapa hari sebelum dikirim ke garis depan dengan peralatan yang tidak memadai.