Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Korea Utara Laporkan 8 Kematian Baru di Tengah Wabah Covid-19, Total 50 Orang Meninggal

Korea Utara pada hari Senin (16/5/2022) melaporkan 8 kematian baru dan lebih dari 392.920 orang mengalami demam di tengah meningkatnya wabah Covid-19

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
KCNA VIA KNS / AFP
Foto yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 6 April 2021 menunjukkan karyawan Pabrik Air Mineral Daesongsan di Pyongyang mendisinfeksi fasilitas tersebut sebagai tindakan karantina terhadap infeksi virus corona baru. 

TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara pada hari Senin (16/5/2022) melaporkan 8 kematian baru dan lebih dari 392.920 orang mengalami demam di tengah meningkatnya wabah Covid-19, Independent melaporkan.

Dalam rapat pemimpin Korea Utara yang digelar Minggu, Kim Jong Un mengecam para pejabat atas keterlambatan pengiriman obat-obatan.

Ia memerintahkan militernya untuk terlibat dalam tanggapan pandemi di ibu kota negara itu, Pyongyang.

Markas besar anti-virus darurat Korea Utara mengatakan lebih dari 1,2 juta orang jatuh sakit di tengah penyebaran demam yang cepat sejak akhir April dan sekitar 564.860 saat ini dikarantina.

8 kematian baru dilaporkan dalam 24 jam hingga Minggu jam 6 sore, membawa total korban meninggal menjadi 50 orang.

Baca juga: Kim Jong Un: Wabah Covid-19 adalah Bencana Terbesar di Korea Utara

Baca juga: Kasus Pertama Covid-19 di Korea Utara, Kim Jong Un Pakai Masker hingga Berlakukan Lockdown

Orang-orang duduk di dekat layar yang menunjukkan siaran berita di stasiun kereta api di Seoul pada 12 Mei 2022, tentang pemimpin Korea Utara Kim Jong Un muncul dengan masker wajah di televisi untuk pertama kalinya untuk memerintahkan penguncian nasional setelah Korea Utara mengkonfirmasi kasus pertama Covid-19.
Orang-orang duduk di dekat layar yang menunjukkan siaran berita di stasiun kereta api di Seoul pada 12 Mei 2022, tentang pemimpin Korea Utara Kim Jong Un muncul dengan masker wajah di televisi untuk pertama kalinya untuk memerintahkan penguncian nasional setelah Korea Utara mengkonfirmasi kasus pertama Covid-19. (Anthony WALLACE / AFP)

Namun, media pemerintah tidak merinci berapa banyak kasus demam dan kematian yang dikonfirmasi sebagai kasus COVID-19.

Para ahli mengatakan Korea Utara kemungkinan kekurangan pasokan dan peralatan pengujian untuk mengkonfirmasi infeksi virus corona dalam jumlah besar.

Korea Utara sebagian besar hanya mengandalkan mengisolasi orang yang bergejala di tempat penampungan.

Para ahli mengatakan kegagalan untuk memperlambat laju virus dapat mendatangkan konsekuensi yang mengerikan bagi Korea Utara, mengingat sistem perawatan kesehatannya yang buruk.

Populasi Korea Utara yang berjumlah 26 juta orang diyakini sebagian besar tidak divaksinasi.

Pemerintah mereka sebelumnya menolak jutaan suntikan yang ditawarkan oleh program distribusi COVAX yang didukung PBB, kemungkinan karena kekhawatiran terkait dengan persyaratan pemantauan internasional.

Korea Utara mengakui wabah COVID-19 pertamanya Kamis (12/5/2022) lalu ketika mengumumkan bahwa sejumlah orang yang tidak ditentukan di Pyongyang dinyatakan positif terkena wabah omicron.

Negara ini sebelumnya telah bertahan dengan klaim 0 kasus Covid-19 selama lebih dari dua tahun.

Baca juga: Kim Jong Un Dukung Vladimir Putin Tumpas Pasukan Musuh

Baca juga: Bantu Petani Lawan Krisis Pangan di Korea Utara, Kim Jong Un Terjunkan Buruh Hingga Pekerja Kantoran

Pendapat Ahli

Jean Mackenzie, koresponden Seoul dari BBC berpendapat bahwa angka-angka yang disebutkan pemerintah Korea Utara mengindikasikan virus telah menyebar dengan cepat ke seluruh negeri, jauh melampaui ibu kota Pyongyang.

Hal itu membuat seluruh populasi sekitar 26 juta orang dalam bahaya.

Tidak ada yang divaksinasi, banyak yang kekurangan gizi, dan sistem perawatan kesehatan buruk.

Tetapi virus itu sendiri mungkin tidak memunculkan dampak terbesar.

Lockdown-lah yang justru dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi orang-orang.

Pasokan makanan dan obat-obatan sudah berkurang, akibat upaya pihak berwenang untuk mencegah virus masuk.

Korea Utara telah menutup perbatasan negara itu selama lebih dari dua tahun, memutus hampir semua perdagangan.

Belum diketahui seberapa agresif penguncian ini, dan apakah warga akan dikurung di rumah mereka.

Kim Jong-un kemungkinan ingin beberapa pekerjaan dilanjutkan.

Tetapi sangat mungkin bahwa pasar, tempat banyak orang mencari nafkah, akan ditutup.

Keputusan itu juga akan lebih sulit bagi orang untuk bergerak di seluruh negeri.

Pada akhirnya, pembatasan akan mempersulit mereka untuk mendapatkan makanan dan persediaan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Dengan menerbitkan angka-angka ini hari ini, beberapa orang berpendapat Korea Utara pada akhirnya akan melunak dan bersedia menerima bantuan dari luar.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved