Konflik Rusia Vs Ukraina
UPDATE Invasi Rusia: Zelensky Prediksi Eskalasi Serangan hingga Ukraina Proses Masuk Uni Eropa
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memperkirakan Rusia akan meningkatkan serangannya pekan ini, di tengah proses Ukraina menjadi anggota Uni Eropa.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memperkirakan Rusia akan meningkatkan serangannya pekan ini, di tengah proses Ukraina menjadi anggota Uni Eropa.
Para pemimpin Uni Eropa (UE) tengah mempertimbangkan untuk menerima Kyiv sebagai anggotanya.
"Jelas, minggu ini kita harus mengharapkan dari Rusia intensifikasi kegiatan permusuhannya," kata Zelensky dalam pidato video, Minggu (19/6/2022).
"Kami sedang mempersiapkan. Kami siap," imbuhnya.
Dilansir Reuters, Ukraina telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan UE empat hari setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan operasi militer.
Baca juga: Akibat Gelombang Panas, Rusia Gagal Menyuplai Gas ke Eropa
Baca juga: Peringatan NATO soal Perang di Ukraina: Bisa Memakan Waktu Bertahun-tahun

Eksekutif Uni Eropa, Komisi Eropa, pada Jumat lalu merekomendasikan Ukraina sebagai status kandidat.
Pemimpin 27 negara Eropa akan mempertimbangkan Kyiv dalam pertemuan puncak pada Kamis dan Jumat mendatang.
Ukraina berharap mendapat dukungan untuk bergabung, meskipun ada keraguan dari beberapa negara anggota.
Adapun proses ini bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Pelukan Uni Eropa atas Ukraina akan mengganggu salah satu tujuan Putin saat menginvasi negara tetangganya, yakni menjaga Ukraina jauh dari pengaruh Barat.
Jumat lalu, Putin mengatakan Moskow tidak menentang Ukraina menjadi anggota UE.
Namun, juru bicara Kremlin mengatakan, Rusia mengikuti dengan cermat tawaran Kyiv terutama mengingat peningkatan kerja sama pertahanan di antara negara-negara anggota.
Sementara itu, di medan perang, Rusia berusaha merebut wilayah Donbas timur yang sebagian telah dikuasai separatis.
Target utama serangan timur Moskow adalah kota industri Sievierodonetsk.
Rusia pada Minggu mengatakan, pihaknya berhasil menguasai Metyolkine, sebuah desa di pinggiran.
Kantor berita Rusia, TASS, melaporkan bahwa banyak pejuang Ukraina yang menyerah di sana.
Militer Ukraina menyebut Rusia memiliki "keberhasilan parsial" di daerah itu.

Gubernur Luhansk, Serhiy Gaidai, mengatakan kepada TV Ukraina bahwa serangan Rusia di Toshkivka, 35 km selatan Sievierodonetsk, juga "memiliki tingkat keberhasilan."
Di Sievierodonetsk sendiri, Gaidai mengatakan Rusia menguasai "bagian utama" tetapi tidak seluruh kota setelah pertempuran sengit.
Kementerian Pertahanan Inggris menilai, baik Rusia dan Ukraina terus melakukan pemboman besar-besaran di sekitar Sievierodonetsk "dengan sedikit perubahan di garis depan".
Di kota kembar Sievierodonetsk, Lysychansk, bangunan tempat tinggal dan rumah pribadi hancur karena serangan Rusia, kata Gaidai.
"Orang-orang sekarat di jalanan dan di tempat perlindungan bom," tambahnya.
Dia kemudian mengatakan 19 orang telah dievakuasi pada Minggu.
Perang Panjang
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, telah memperingatkan sekutu Barat untuk bersiap menghadapi konflik jangka panjang di Ukraina.
Dalam surat kabar The Sunday Times, PM Johnson menyerukan dukungan untuk Ukraina dan memperingatkan para negara pendukung Kyiv.
"Waktu sekarang menjadi faktor vital," tulis pemimpin Inggris itu dalam artikel, dikutip dari Al Jazeera.
"Semuanya akan tergantung pada apakah Ukraina dapat memperkuat kemampuannya untuk mempertahankan tanahnya lebih cepat daripada Rusia dapat memperbarui kapasitasnya untuk menyerang. Tugas kami adalah mengumpulkan waktu di pihak Ukraina," imbuhnya.

Baca juga: Beri Dukungan ke Zelensky, PM Inggris Boris Johnson Yakin Ukraina Bisa Menang Lawan Rusia
Baca juga: Rusia tidak bersih dan tidak merasa malu, kata Menlu Sergei Lavrov
Untuk membantu, ia menguraikan rencana empat poin untuk "pendanaan konstan dan bantuan teknis", yang tingkatnya harus dipertahankan untuk "tahun-tahun mendatang" dan berpotensi ditingkatkan.
Sementara itu, Stoltenberg memperkirakan perang Rusia-Ukraina dapat berlangsung bertahun-tahun.
"Kita harus bersiap untuk kenyataan bahwa itu bisa memakan waktu bertahun-tahun. Kita tidak boleh putus asa dalam mendukung Ukraina," katanya.
"Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, juga karena kenaikan harga energi dan pangan," jelas Stoltenberg.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)