KTT G7 di Jerman Merupakan Forum Pemimpin Negara-negara Maju, Mengapa Jokowi Diundang?
Presiden Jokowi diundang hadir dalam pertemuan para pemimpin KTT G7 di Munich, Jerman.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia bukan negara anggota G7 tapi mengapa Presiden Jokowi diundang hadir dalam pertemuan para pemimpin KTT G7 di Munich, Jerman?
G7 adalah kelompok negara-negara maju, diklaim sebagai negara besar dan kaya yang dibentuk pada tahun 1975.
Anggota negara G7 adalah Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat (AS).
Pekan ini pemimpin dari 7 negara itu hadir di Jerman.
Baca juga: Fakta-fakta KTT G7 2022 di Jerman: Jadwal, Negara Peserta, hingga Topik Diskusi
Jokowi Diundang
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diundang hadir dalam pertemuan penting itu.
Jokowi beserta rombongan telah tiba di Munich, Jerman untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7, Minggu (26/6/2022) waktu setempat.
Indonesia, selaku Presiden G20, akan mengikuti forum G7 di Kastil Elmau, Jerman hari ini, Senin (27/6/2022).
Media publik Jerman, Deutsche Welle (DW) memberitakan lokasi KTT G7 berpindah-pindah setiap tahunnya.
Namun, kali ini forum informal tujuh negara tersebut digelar di kawasan terpencil di Garmisch-Partenkierchen, di selatan Jerman.
Pembahasan KTT G7
KTT G7 merupakan forum tahunan yang dilaksanakan oleh negara-negara industri maju yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang, Kanada, dan Prancis.
Forum ini membahas situasi global yang bertujuan untuk mencapai keputusan dan kesepakatan untuk bekerja sama di bidang-bidang tertentu.
Namun, keputusan dan kesepakatan itu hanya bersifat usulan dan rekomendasi, sehingga tidak bersifat mengikat.
Hasil pertemuan puncak biasanya diumumkan dalam sebuah komunike atau pernyataan bersama.
Pertemuan G7 kali ini membahas dampak invasi Rusia ke Ukraina yang dikhawatirkan akan menyebabkan krisis pangan global.
Sebab, dua negara tersebut merupakan penghasil gandum utama dunia.
Ketegangan politik dan perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina saat ini juga berdampak pada lonjakan harga energi dan mendorong angka inflasi di negara-negara maju.
Rusia Pernah Menjadi Anggota Forum ini
Awalnya, forum tersebut bernama G6, dengan enam negara anggota yang bertemu di Kastil Rambouillet, Prancis pada 1975.
Saat itu, mereka membahas ancaman resesi akibat kenaikan harga minyak yang pasokannya dibatasi oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC).
Kanada baru bergabung pada tahun 1976, sehingga nama forum ini berubah menjadi G7.
Kemudian, tahun 1998 Rusia sempat bergabung, sehingga nama forum ini menjadi G8, namun negara itu keluar setelah menginvasi Krimea pada 2014.
Lantas, mengapa tahun ini Indonesia diundang dalam forum tersebut?
Forum ini rupanya tak lepas dari kritik kelompok masyarakat sipil karena dinilai memperbesar kesenjangan antara negara maju dengan negara berkembang.
Meskipun G7 hanya mewakili sepuluh persen populasi dunia namun kelompok G7 ini menguasai 45 persen perekonomian global.
Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, G7 mengungang wakil-wakil negara berkembang untuk hadir dan bersuara.
Tahun ini, Jerman selaku negara Presiden G7 mengundang empat negara untuk hadir.
Yaitu Indonesia sebagai Presiden G20, Afrika Selatan, Argentina, India dan Senegal mewakili suara negara-negara berkembang.
Selain itu, Uni Eropa juga selalu diundang sebagai pengamat.
Tema-tema pembicaraan biasanya disiapkan oleh negara presidensi.
Ada tema umum yang selalu menjadi pembahasan, yakni situasi keuangan dan perekonomian global.
Beberapa tahun terkahir G7 juga membahas situasi keamanan, migrasi dan perubahan iklim.
Tahun ini, perang di Ukraina dan masalah pangan menjadi sorotan.
Pertemuan ini tak lepas dari protes kelompok-kelompok masyarakat sipil yang menuntut agar negara-negara kaya tidak hanya memberi bantuan kepada negara-negara minskin, namun juga mengatasi kesenjangan dan memerangi penyebab ketimpangan itu demi membentuk dunia yang lebih adil.
Sumber: DW/Kompas.TV/Tribunnews.com