Dukung Sanksi Tapi Macron Tak Setuju Rusia 'Dimusnahkan', Sikapnya Dicemooh Pendukung Kiev
Macron telah dikritik oleh beberapa pendukung paling kuat Ukraina karena tetap berhubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Editor:
Hendra Gunawan
Putin menuduh para pemimpin Eropa mengorbankan ekonomi mereka sendiri untuk mendukung upaya perang Ukraina, mengklaim bahwa mereka melakukan “bunuh diri” ekonomi di bawah “tekanan dari penguasa Amerika mereka.”
Baca juga: Ukraina Klaim Kemenangan Atas Perselisihan Kepemilikan Kuliner Kuno dengan Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov baru-baru ini mengatakan bahwa sementara Macron “masih berbicara tentang independensi strategis UE,” dia “yakin bahwa mereka tidak akan diizinkan untuk memilikinya.”
Perang Diperkirakan Bertahun-tahun
Invasi Rusia di Ukraina yang dimulai 24 Februari 2022 masih berlangsung hingga saat ini.
Ribuan tentara telah tewas, miliaran dolar untuk senjata militer telah terbuang.
Seluruh kota pun telah menjadi sasaran pengeboman Rusia tanpa henti.
Sudah empat bulan, kampanye militer sengit Rusia di Ukraina terus berlanjut.
Berbagai pendapat tentang kapan perang akan berakhir pun muncul.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah memperingatkan bahwa perang bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Sementara itu, badan-badan intelijen Barat dilaporkan mengatakan kemampuan tempur Rusia bisa habis dalam beberapa bulan mendatang.

Setelah mengalihkan fokusnya ke timur Ukraina, Rusia telah merebut hampir semua provinsi Luhansk dan kemungkinan akan melanjutkan upayanya hingga menguasai provinsi Donetsk lainnya.
Bersama-sama, kedua wilayah tersebut membentuk wilayah Donbas.
Pada hari Rabu (29/6/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan "tidak ada gunanya menetapkan tanggal akhir" untuk invasi Rusia di Ukraina.
Baca juga: Rusia Tuntut Ukraina Bertanggung Jawab Atas Serangan Rudal ke Kota Perbatasan Belgorod
Putin menambahkan bahwa tujuan invasinya tidak berubah yakni untuk "membebaskan" Donbas.
“Setelah gagal memasuki Kyiv dan pemindahan strategis pasukan Rusia dan menempatkan pusat gravitasi ke Ukraina timur, para jenderal Rusia memutuskan untuk pergi perlahan tapi tegas,” kata Konstantinos Loukopoulos, mantan letnan jenderal Yunani dan NATO, seperti dilansir Al Jazeera.