Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ditembak
Kanselir Jerman Terkejut dan Sangat Berduka Mendengar Shinzo Abe Tewas Tertembak
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dirinya terkejut saat mendengar kematian Shinzo Abe, salah satu tokoh paling berpengaruh di Jepang.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dirinya terkejut saat mendengar kematian Shinzo Abe, salah satu tokoh paling berpengaruh di Jepang.
Ia pun menyampaikan rasa simpati dan solidaritasnya terhadap rakyat Jepang terkait insiden penembakan yang menewaskan mantan Perdana Menteri (PM) Jepang ini.
Baca juga: Joe Biden Kenal Saat Jadi Wapres Obama, Terkesan Pada Shinzo Abe yang Dedikasikan Hidup untuk Rakyat
"Serangan mematikan terhadap Shinzo Abe telah membuat saya terkejut dan sangat sedih," cuit Scholz dalam akun Twitternya.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (9/7/2022), Scholz kemudian menuturkan bahwa dirinya telah menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga Abe dan Perdana Menteri Jepang saat ini, Fumio Kishida.
"Saya menyampaikan simpati yang mendalam kepada keluarganya, kolega saya Fumio Kishida dan teman-teman Jepang kami. Kami mendukung Jepang di saat-saat sulit ini," tegas Scholz.
Sementara itu, pendahulu Scholz, mantan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa dirinya sangat 'terkejut' mengetahui kematian mantan koleganya itu.
Baca juga: Pagi Ini Jenazah Mantan PM Jepang Shinzo Abe Dibawa ke Kediamannya di Shibuya Tokyo
Perlu diketahui, mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah pascaperang Jepang, dinyatakan meninggal dunia pada Jumat sore waktu setempat.

Ia menghembuskan nafas terakhirnya setelah ditembak saat sedang menyampaikan pidatonya dalam kampanye untuk anggota partainya di kota Nara.
Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida sebelumnya menggambarkan bahwa Abe sedang dalam 'kondisi serius' setelah tidak sadarkan diri pasca mengalami tembakan pada bagian leher dan dada.
Beberapa jam setelah penembakan, Abe dinyatakan meninggal pada usia 67 tahun.
Terkait jejak politiknya, Abe merupakan Perdana Menteri terlama di Jepang, dengan dua masa jabatan dari periode 2006 hingga 2007 dan 2012 hingga 2020.

Masa jabatan Abe diwarnai oleh skandal dan perselisihan, dan ia akhirnya mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang buruk.
Dirinya kemudian mengakui bahwa ia sedang menderita penyakit yang didiagnosis sebagai kolitis ulserativa.
Kendati mengaku sedang sakit, Abe tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP).
Ia memimpin faksi terbesar partai dan ada pembicaraan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk kembali ke panggung politik jika ada kesempatan.
Pencapaian rekor Abe sebagai perdana menteri sebelum mengundurkan diri pada 2020, ditunjukkan dengan membawa stabilitas ke Jepang setelah enam pemerintahan.
Ia membantu Jepang keluar dari siklus deflasi, menghadapi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mempertanyakan satu-satunya aliansi militer negara itu, dan bekerja untuk meningkatkan hubungan dengan mitra dagang terbesarnya China, yang paling bermusuhan dalam beberapa dekade saat dirinya menjabat.
Abe mungkin paling dikenal karena rencananya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang yang lesu melalui pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya dan reformasi peraturan yang akhirnya diberi label 'Abenomics'.
Ia dipandang sebagai tangan yang sanggup mengkonsolidasikan kekuatan selama rekor jabatan kali kedua, dan mampu mengatasi skandal.
Ini termasuk salah satu yang terungkap pada 2017 atas alokasi lahan pemerintah yang dipertanyakan untuk sekolah yang diberikan kepada rekanan Abe dan istrinya Akie.
Abe memainkan peran utama dalam memenangkan Olimpiade 2020 untuk Tokyo, yang kemudian ditunda satu tahun hingga 2021 karena pandemi virus corona (Covid-19).