Rabu, 13 Agustus 2025

Paus Fransiskus dan para pemimpin dunia beri penghormatan untuk mantan Paus Benediktus XVI

Pujian datang antara lain dari Presiden AS Joe Biden dan Raja Inggris Charles III. Adapun Menteri Agama Indonesia menyebut sang mantan…

Paus Fransiskus memimpin penghormatan untuk pendahulunya, Benediktus XVI, yang telah meninggal dunia di usia 95 tahun.

Benediktus adalah pribadi yang mulia dan murah hati - serta "anugerah" bagi Gereja Katolik Roma, kata Paus Fransiskus.

Puluhan pemimpin dunia memuji sang mantan paus, termasuk Presiden AS Joe Biden dan Raja Charles III.

Adapun Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, memuji Paus Benediktus sebagai sosok yang "mau menjembatani perbedaan".

Benediktus mengundurkan diri sebagai paus pada 2013 karena kesehatan yang buruk — paus pertama yang melakukan itu dalam 600 tahun. Upacara pemakamannya akan diselenggarakan di Vatikan pada tanggal 5 Januari.

Baca juga:

Beberapa jam setelah pengumuman kematian Benediktus, Paus Fransiskus memuji pendahulunya yang "tersayang", menekankan "pengorbanan yang diberikannya demi kebaikan Gereja".

Di AS, Gedung Putih merilis pernyataan dari Presiden Biden — presiden pemeluk Katolik kedua di AS setelah John F Kennedy.

Mengenang pertemuannya dengan Benediktus di Vatikan pada 2011, Biden mengatakan bahwa sang mantan Paus akan diingat sebagai "teolog ternama, yang mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk gereja, dengan dibimbing oleh prinsip dan imannya".

Di Inggris, Raja Charles III mengatakan ia menerima kabar kematian sang mantan Paus dengan "kesedihan yang mendalam".

Seraya mengirimkan pesan dukacita kepada Paus Fransiskus, ia menekankan upaya Benediktus untuk "mempromosikan perdamaian dan niat baik kepada semua orang" serta tindakannya untuk memperkuat ikatan antara umat Katolik dan Anglikan.

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak menyebut Benediktus XVI "teolog hebat yang kunjungannya ke Inggris pada 2010 menjadi momen bersejarah bagi umat Katolik dan non-Katolik di seluruh negeri".

Kepala Gereja Katolik di Inggris dan Wales, Kardinal Vincent Nichols, mengatakan Benediktus mengubah citranya di Inggris ketika ia berkunjung.

Berbicara kepada BBC, sang kardinal berkata ia tiba dengan reputasi sebagai "Rottweiler Tuhan", namun ketika pergi ia dibandingkan dengan "paman buyut atau paman favorit semua orang".

Para pemimpin negara-negara dengan populasi Katolik yang besar juga telah memberi penghormatan.

Di Italia, Perdana Menteri Giorgia Meloni yang baru terpilih menyebut Benediktus "raksasa iman dan akal" serta "lelaki hebat yang tidak akan dilupakan sejarah". Sementara PM Irlandia Leo Varadkar menjabarkan sang mantan paus sebagai "pekerja rendah hati di kebun anggur Tuhan".

Di Indonesia, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjabarkan sang mantan Paus sebagai sosok yang rendah hati dan "mau menjembatani perbedaan".

"Kunjungannya ke Masjid Biru di Istanbul, Turki pada 2006, menunjukkan komitmennya untuk menjembatani perbedaan. Saat itu, Paus Benediktus bergabung dengan imam Muslim dalam doa hening," kata Yaqut dalam pernyataan yang dirilis di situs resmi Kementerian Agama.

"Selamat beristirahat dalam damai. Semoga amal kebaikannya diterima di sisi Tuhan," ujarnya.

[removed][removed]

Benediktus lahir di Bavaria dengan nama Joseph Ratzinger. Pada tahun 1977 ia diangkat menjadi uskup agung Munich.

Reaksi warga kota itu atas kematian Benediktus bermacam-macam - seorang penduduk menyebutnya "konservatif" sekaligus bangga dengan fakta bahwa Benediktus adalah orang Jerman.

Reaksi lainnya lebih kritis.

"Saya pikir ketika ia menjabat, ia akan akhirnya membawa udara segar ke Gereja Katolik dan mengakhiri [kewajiban] selibat. Tetapi sayangnya, ia membuat saya kecewa," kata Christa Herwig kepada kantor berita Reuters.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menggambarkan mendiang paus sebagai "sosok formatif di Gereja Katolik, kepribadian yang jujur, dan teolog yang cerdas".

Namun, Scholz juga menyebutnya sebagai pribadi yang kontroversial.

Pada 2019 Benediktus menyalahkan kebebasan seksual tahun 1960-an dan penolakan terhadap ajaran Tuhan atas pelecehan seksual yang dilakukan oleh sejumlah pastor.

Untuk sebagian besar masa jabatannya sebagai paus, Gereja Katolik menghadapi tuduhan, tuntutan hukum, dan laporan resmi tentang pelecehan anak oleh pastor selama beberapa dekade.

Awal tahun ini, sang mantan paus itu mengakui bahwa telah terjadi kesalahan dalam penanganan kasus-kasus pelecehan saat ia menjabat sebagai uskup agung Munich antara tahun 1977 dan 1982.

Dalam sebuah surat yang dirilis oleh Vatikan, sang mantan paus meminta maaf atas "kesalahan yang serius" namun membantah telah melakukan kesalahan secara pribadi.

Pada Januari tahun lalu, penyelidikan hukum di Jerman terhadap Gereja Katolik menuduh sang mantan paus gagal bertindak atas empat kasus pelecehan seksual anak.


Perubahan dan penghormatan

Analisis oleh Aleem Maqbool, editor berita agama di BBC News

Dengan kematian Paus Benediktus XI, umat Katolik telah kehilangan sosok dengan pengetahuan teologis, intelektualisme, dan pengalaman hidup yang tak tertandingi.

Meskipun tidak banyak yang berubah dalam hal diskusi doktrin di Vatikan selama hampir 10 tahun sejak ia mengundurkan diri, hal yang berubah adalah semangat kepausan itu sendiri.

Paus Fransiskus secara luas dianggap melakukan pendekatan yang lebih lembut dan penunjukan kardinalnya menunjukkan pergeseran yang jelas ke arah Asia dan Amerika Latin.

Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun dia tampaknya tidak memintanya, sang Paus Emeritus menarik perhatian sebagian orang yang menentang Paus yang baru.

Ada spekulasi bahwa Paus Fransiskus, yang juga menderita karena kesehatan yang buruk, telah berpikir untuk mundur, namun enggan melakukannya karena tidak mau ada tiga paus di Roma.

Tidak persis seperti "The Two Popes" (film biopik tahun 2019), tetapi kendati perbedaan mereka, ada hubungan saling hormat antara pendahulu dan penerus.

Kita kemungkinan akan mendengar itu dalam beberapa hari mendatang dan khususnya dalam homili Paus Fransiskus pada upacara pemakaman hari Kamis.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan