Selasa, 9 September 2025

Ana Montes, mata-mata 'tersohor' Kuba, dibebaskan AS setelah 20 tahun dipenjara - mengapa dia dijuluki intel 'paling merusak'?

Montes menghabiskan 20 tahun dalam penjara setelah diketahui menjadi mata-mata untuk Kuba selama dua dekade.

Sebuah laporan dari inspektur jenderal Departemen Pertahanan menemukan, Montes diyakini marah atas dukungan AS kepada Contras Nikaragua - kelompok pemberontak sayap kanan yang diduga melakukan kejahatan perang dan kekejaman lainnya di negara itu.

Montes awalnya didekati oleh seorang mahasiswa di Universitas Johns Hopkins pada 1984 setelah mengungkapkan kemarahannya atas tindakan AS di Nikaragua.

Dia kemudian diperkenalkan dengan seorang agen intelijen Kuba, dan saat makan malam di Kota New York, Montes "tanpa ragu setuju bekerja melalui Kuba untuk 'membantu' Nikaragua", kata laporan inspektur jenderal departemen pertahanan.

Setelah melakukan perjalanan ke Havana pada tahun berikutnya untuk pelatihan, dia bergabung dengan Badan Intelijen Pertahanan (DIA), di mana dia akhirnya menjadi analis senior organisasi tersebut pada pemerintahan komunis di sana.

Selama hampir dua dekade Montes bertemu dengan 'penghubung' Kuba setiap beberapa minggu di restoran di Washington DC dan mengirim pesan kode yang berisi informasi rahasia untuk mereka melalui penyentara atau pager.

Ia menerima perintah dari seseorang melalui transmisi yang dikirim melalui radio gelombang pendek.

Montes akhirnya ditahan pada September 2001 setelah pejabat intelijen AS menerima petunjuk bahwa seorang pegawai pemerintah tampaknya menjadi mata-mata Kuba.

Salah satu agen FBI yang menangkapnya mengatakan, Montes tampak tabah saat ditangkap.

Montes bakal tetap berada di bawah pengawasan selama lima tahun setelah pembebasannya dan penggunaan internetnya akan dipantau.

Dia juga dilarang bekerja untuk pemerintah atau menghubungi agen asing tanpa izin.

Tapi Pete Lapp, salah satu agen FBI yang menangkap Montes, mengatakan kepada CBS News bahwa menurutnya tidak mungkin Montes berupaya menjalin kontak lagi dengan agen intelijen di Kuba.

"Bagian hidupnya itu sudah berakhir," kata Lapp.

"Dia telah melakukan apa yang harus dilakukan. Saya tidak yakin dia mempertaruhkan kebebasannya."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan