Selasa, 30 September 2025

Gempa di Turki

Gempa Dahsyat Terjadi Saat Politik di Turki Semakin Terpolarisasi, Erdogan Kian Anti Kritik

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyerukan persatuan dan solidaritas di tengah musibah gempa bumi yang menimpa negaranya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Adem ALTAN / AFP
Presiden Turki dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pidato selama pertemuan kelompok parlemen partainya di Majelis Nasional Besar Turki di Ankara pada 1 Juni 2022. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyerukan persatuan dan solidaritas.

Dirinya juga secara tegas menyebut kritik tanggap bencana yang menyudutkan pemerintahannya sebagai hal yang tidak terhormat.

"Saya tidak bisa membiarkan orang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," kata Erdogan di provinsi Hatay, dekat pusat gempa.

Perlu diketahui, banyak kota yang terdampak di daerah itu dan dikuasai oleh partainya yang berkuasa, AKP.

Namun setelah 20 tahun berkuasa, yakni pertama sebagai Perdana Menteri kemudian sebagai Presiden terpilih yang semakin otoriter, ia memimpin negara yang sangat terpolarisasi.

"Kami sampai pada titik ini karena politiknya," kata Pemimpin partai oposisi utama Turki, Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu.

Dikutip dari laman BBC, Sabtu (11/2/2023), kampanye untuk Pemilu yang akan digelar pada Mei mendatang memang belum dimulai, namun Kilicdaroglu memimpin salah satu dari enam partai oposisi yang siap untuk mengumumkan calon untuk bersatu dalam upaya menjatuhkan Erdogan.

Harapan Erdogan untuk menyatukan negara menjelang pemilihan tersebut kemungkinan besar akan diabaikan.

Menariknya, Erdogan menjadi semakin tidak toleran terhadap kritik dan banyak lawannya pun dipenjara atau terpaksa melarikan diri ke luar negeri.

Saat percobaan kudeta terhadap dirinya berakhir dengan pertumpahan darah pada 2016, ia bereaksi dengan menangkap puluhan ribu warga Turki dan memecat para pegawai negeri.

Perekonomian negara itu pun terjun bebas dengan tingkat inflasi mencapai 57 persen yang menyebabkan biaya hidup melonjak setinggi langit.

Di antara tindakan pertama pemerintah dalam menanggapi gempa adalah memblokir sementara Twitter yang digunakan di Turki untuk membantu para petugas penyelamat dalam menemukan korban selamat.

Baca juga: Erdogan Kutuk Kritik terhadap Pemerintah Turki yang Disebut Lamban dalam Upaya Penyelamatan Korban

Pemerintah mengklaim bahwa platform media sosial itu digunakan untuk menyebarkan disinformasi dan polisi negara itu pun telah menahan seorang ilmuwan politik karena memposting kritik terhadap aksi tanggap darurat.

Wartawan Turki Deniz Yucel yang menghabiskan satu tahun di penjara dalam penahanan pra-sidang, telah menulis dari pengasingannya di Jerman bahwa gempa bumi Turki 1999 membantu mendorong Erdogan ke tampuk kekuasaan.

"Bencana terbaru ini juga akan berperan dalam pemungutan suara berikutnya, namun belum jelas bagaimana caranya," kata Yucel.

Sumber

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved