“Takut bom jatuhnya ke kita“ - Kisah para WNI yang selamat dari konflik di Sudan
Bagi masyarakat Indonesia, Lebaran identik dengan perayaan yang diiringi suara takbir dan pukulan bedug. Namun, bagi Muhammad Mufid,…
Baca juga:
Muhammad Mufid, mahasiswa asal Indonesia yang menempuh studi di Sudan, mengatakan bahwa ia dan para WNI naik bus dari Khartoum menuju Port Sudan dalam perjalanan yang seharusnya berdurasi 12 jam. Namun, karena beberapa hambatan di jalan, beberapa bus membutuhkan waktu lebih lama.
”Setiap perbatasan daerah itu ada penjagaan. Lalu kadang ada yang harus dihindari, ada macet dan sebagainya. Beberapa bis itu lebih dari 12 jam, termasuk bus saya. Berangkat jam 10 pagi sampai sana jam 7 pagi. Berarti itu 21 jam,” kata Mufit.
Sepanjang perjalanan, Mufit merasa takut. Meskipun saat itu Sudan sedang berada dalam kondisi gencatan senjata, mereka tetap menerima intimidasi di setiap pos pengecekan.
”Yang bikin agak takut memang di beberapa perbatasan masih ada tentara yang pasti cek busnya, isinya siapa saja, paspor ada atau enggak. Sambil bawa senjata [senapan] AK47. Terus ada tank di perbatasan itu sering. Itu setiap pos, setiap perbatasan,” jelas Mufid.
Kemudian, setelah turun bus, mereka tinggal semalam di sebuah penginapan Port Sudan, sebelum diberangkatkan dengan kapal ke Jeddah, Arab Saudi.
“Ada ribuan orang, enggak dari negara kita saja. Dari macam-macam negara. Ada dari Mesir, Suriah, semua,” ujar Nur Alipah. Ia merasa bersyukur karena bisa bersama suami dan anaknya saat itu.
Sesampainya kapal itu di Jeddah, para penumpang disambut hangat oleh tentara Arab Saudi yang memberikan mereka permen dan minuman. Mufid mengaku sudah merasa lega sejak sampai di penginapan di Port Sudan, namun ia baru merasa puncak kebahagiaannya saat sampai di Jeddah.
“Mereka bilang, selamat datang di negara ini, anggap saja negara sendiri. Kalian tenang aja di sini, kalian aman. Terus dikasih air, dikasih bendera Saudi. Sudah seperti ketemu teman sendiri,” kata Mufid sambil tersenyum.
Selanjutnya, para WNI diinapkan di sebuah hotel oleh KJRI Jeddah yang bekerja sama dengan KBRI Khortoum untuk mengevakuasi WNI. Keesokan harinya, mereka terbang ke Indonesia pukul 15.40 Waktu Sudan dan sampai di Indonesia pukul 06.45 WIB pagi.
“Kita sampai di Soekarno Hatta, kita turun dari pesawat langsung disambut panglima TNI dan Bu [Menteri Luar Negeri] Retno sebagai pimpinan pelaksanan evakuasi.
“Lalu diantar ke sini [Asrama Haji Pondok Gede], ke aula tadi untuk dicek apakah kita positif atau negatif covid. Kalau misalkan, dicek juga sudah pernah vaksin atau belum, kalau belum berarti divaksin saat itu juga,” ungkap Mufid.
Mufid dan Nur Alipah kini bisa tersenyum lebar dan bersenda gurau dengan rekan-rekan mereka yang lega setelah lolos dari baku tembak di Sudan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.