Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky: Ukraina Belum Luncurkan Serangan Balasan ke Rusia, Butuh Lebih Banyak Waktu
Presiden Ukraina Zelensky, mengatakan belum luncurkan serangan balasan ke Rusia dan butuh lebih banyak waktu untuk menanti bantuan senjata vital.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan pasukannya membutuhkan lebih banyak waktu sebelum melakukan serangan balasan terhadap Rusia.
Presiden Zelensky menilai Ukraina siap melakukan serangan balasan, tapi masih membutuhkan lebih banyak bantuan senjata yang ia nantikan dari Barat.
Sehingga, ia masih menahan serangan balasan ke Rusia hingga bantuan itu tiba di Ukraina.
“Kami akan kehilangan banyak orang,” kata Presiden Zelensky, saat berbicara mengenai konsekuensi potensial dari peluncuran operasi itu dengan segera.
“Saya pikir itu tidak bisa diterima. Jadi kita perlu menunggu. Kami masih membutuhkan sedikit lebih banyak waktu,” lanjutnya.
Presiden Ukraina itu berbicara kepada wartawan dari jaringan Eurovision News, pada Kamis (11/5/2023).
Presiden Zelensky secara khusus mencatat kepada wartawan, lebih banyak kendaraan lapis baja dibutuhkan oleh tentara Ukraina sebelum melakukan serangan balasan, dikutip dari RT.
Baca juga: Jubir Rusia Berhenti Temui Pers Barat, Sebut Hasil Wawancara Selalu Berbeda
Ia bersikeras, pemerintahnya sangat ingin menggunakan senjata yang disediakan oleh pendukung Baratnya.
Presiden Zelensky juga mengklaim Rusia ingin membekukan perang itu atau tidak ingin segera mengakhirinya, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Inggris Akan Kirim Rudal Jarak-jauh ATACMS ke Ukraina, Peperangan Bakal Melebar ke Wilayah Rusia
Ukraina Kekurangan Senjata Vital
Komandan Ukraina mengatakan mereka masih kekurangan senjata vital yang dibutuhkan untuk kampanye skala besar agar berhasil.
Senjata itu termasuk sistem artileri dengan jangkauan 190 mil (300 km), yang mampu menghantam gudang amunisi dan pusat komando Rusia.
Ukraina semakin khawatir jika serangan balasan hanya menghasilkan sedikit keuntungan teritorial.
Banyak orang yang berpendapat, jika itu terjadi, Barat akan menekan Ukraina untuk menerima kesepakatan damai yang tidak menguntungkan dengan Rusia.

Baca juga: Zelensky Cek Sistem Patriot, Artileri, dan Kendaraan Militer dari Belanda untuk Ukraina
Presiden Zelensky membantah dengan mengatakan Ukraina tidak siap menyerahkan tanah apa pun untuk perdamaian.
“Setiap orang bebas pendapat, (tapi) mereka tidak dapat menekan Ukraina untuk menyerahkan wilayah. Mengapa negara mana pun di dunia harus memberikan (Vladimir) Putin wilayahnya?” katanya, dikutip dari The Guardian.
Dia juga menolak klaim Rusia, operasi Ukraina melakukan serangan drone di Kremlin minggu lalu.
Dia menggambarkan insiden itu sebagai hal yang sangat dibuat-buat.
Presiden Zelensky mengatakan 'skenario' drone itu gagal meyakinkan publik Rusia dan propaganda mereka sendiri.

Baca juga: Intelijen Inggris: Ribuan Tentara yang Tampil di Pawai Hari Kemenangan Rusia Bukan Tentara Sungguhan
AS Puji Sekutu Barat soal Dukungan ke Ukraina
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken memuji upaya Washington dan sekutunya untuk mempersiapkan Ukraina untuk aksi militer, menggambarkan mereka sebagai sangat produktif.
"Ukraina telah menerima senjata, pemeliharaan, pelatihan pasukan, dan rencana yang tepat,” kata Antony Blinken kepada wartawan.
“Di semua dimensi itu, mereka memiliki apa yang mereka butuhkan untuk terus sukses dalam merebut kembali wilayah,” lanjutnya, dikutip dari RT.
Inggris dilaporkan telah memberi Ukraina kemampuan militer baru dengan mengirimkan rudal jelajah Storm Shadow yang diluncurkan dari udara.
Senjata itu memiliki jangkauan hingga 300 km (200 mil), lebih jauh dari senjata Barat yang sebelumnya dikirim ke Ukraina.
Ukraina telah lama meminta senjata yang lebih canggih, mengklaim senjata itu diperlukan untuk mendapatkan keuntungan atas Rusia.
Pemerintah Ukraina juga telah mendesak pendukung Barat untuk menyediakan jet tempur F-16 untuk mengisi kembali armada pesawat tempur buatan Soviet yang semakin menipis, tapi sejauh ini keinginannya belum dikabulkan.
Rusia menganggap permusuhan di Ukraina sebagai bagian dari perang proksi Barat yang lebih luas, dan berpendapat aliran senjata yang terus berlanjut ke Ukraina hanya akan memperpanjang perang dan meningkatkan risiko eskalasi.
Rusia telah mendeklarasikan demiliterisasi Ukraina sebagai salah satu tujuan utama dalam kampanyenya, dengan alasan kehadiran NATO di negara itu menimbulkan ancaman kritis terhadap keamanan nasional Rusia.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.