Senin, 25 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kala Ancaman Rudal Sarmat Berhulu Ledak Nuklir Rusia Menyapa Langsung Amerika Serikat

AS mungkin berada dalam bahaya jika serangan rudal Rusia dilancarkan langsung ke negara tersebut, merujuk pada jangkauan terbaru Rudal Sarmat RS-23

Handout / Russian Defence Ministry / AFP
Cuplikan video handout yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada 20 April 2022 menunjukkan peluncuran rudal balistik antarbenua Sarmat di lapangan pengujian Plesetsk, Rusia. Presiden Rusia mengatakan bahwa Rusia telah berhasil menguji rudal balistik antarbenua Sarmat, mengatakan rudal yang mampu membawa muatan nuklir itu akan membuat musuh Kremlin "berpikir dua kali." 

Kala Ancaman Rudal Sarmat Berhulu Ledak Nuklir Menyapa Langsung Amerika Serikat

TRIBUNNEWS.COM - Ancaman penggunaan nuklir dari Rusia terkait perang dengan Ukraina kali ini menyapa langsung Amerika Serikat (AS), negara Barat yang dikenal sebagai 'ketua kelas' yang menyeponsori bantuan militer ke Kiev.

Ancaman itu dilontarkan Igor Korotchenko, editor surat kabar National Defense, media yang dikelola pemerintah Rusia.

Dia memperingatkan kalau AS mungkin berada dalam bahaya jika serangan rudal Rusia dilancarkan langsung ke negara tersebut, merujuk pada jangkauan terbaru Rudal Sarmat RS-23 yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Baca juga: Ukraina Ancam Luncurkan Rudal Jarak Jauh ke Rusia, Roket Ala Taurus 700 Km Jadi End Game?

Igor Korotchenko melontarkan ancaman itu saat menjadi pembicara di saluran televisi, Russia 1.

Tamu di acara ini diketahui memang kerap menyerukan serangan terhadap sekutu Ukraina.

Pada momen itu, Igor secara lugas menyebut kalau Rusia duluan yang dapat ancaman dari AS dan NATO.

“Rusia diperingatkan dan diancam bahwa jika kita berperilaku buruk, atau jika menurut pendapat Ben Hodges (anggota senior NATO urusan logistik), kita melampaui apa yang dia anggap sebagai batas yang diperbolehkan untuk penggunaan semua jenis senjata Rusia, dia mengancam kami dengan lebih dari sekedar serangan di jembatan Krimea,” kata Korotchenko.

Diketahui, Hodges memang telah berulang kali menyerukan agar Ukraina diberikan semua senjata yang diperlukan untuk merebut kembali Krimea, seperti ATACMS, (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat), yang memungkinkan serangan presisi jarak jauh di semenanjung yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014.

Korotchenko mengatakan kalau Hodges yakin AS potensial untuk mempertimbangkan serangan terhadap pangkalan Armada Laut Hitam Rusia dan pasukannya di Krimea, serta menyerang pangkalan angkatan laut Rusia di Tartus, Suriah.

Rudal balistik antar-benua (intercontinental ballistic missile/ICBM) Sarmat RS-28 yang dijuluki negara Barat sebagai Satan 2.
Rudal balistik antar-benua (intercontinental ballistic missile/ICBM) Sarmat RS-28 yang dijuluki negara Barat sebagai Satan 2. (Russian Defense Ministry / TASS)

"Saya yakin kalau ini bukan hanya pernyataan seorang pensiunan jenderal AS tetapi juga kampanye informasi terpadu yang dirancang untuk mempengaruhi kami dan khalayak Barat," kata Korotchenko. 

Meskipun AS adalah penyedia bantuan militer terbesar ke Ukraina, AS berupaya keras menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia.

Sejauh ini, AS tidak membuat ancaman untuk menyerang sasaran yang dimaksud Korotchenko.

Namun Korotchenko mengatakan harus ada batasan tentang apa yang akan menentukan penggunaan dan diperbolehkannya senjata nuklir taktis.

"Apa tujuan dan taktik apa yang akan kita gunakan," kata dia.

“Pesan paling penting yang harus kami kirimkan kepada Amerika adalah bahwa kami tidak akan berperang dengan Anda di Eropa,” katanya dalam klip yang kemudian diposting di Twitter, oleh penasihat urusan dalam negeri Ukraina, Anton Gerashchenko.

“Sebagai respons terhadap serangan Anda terhadap fasilitas militer atau sipil Rusia, serangan pertama akan menjadi serangan terbatas preventif terhadap sasaran di wilayah Amerika Serikat,” katanya kepada pembawa acara 60 Minutes, Yevgeny Popov.

Pekan lalu, Rusia mengumumkan bahwa sistem rudal strategis Sarmat miliknya, yang dapat menjangkau Amerika, telah ditugaskan untuk tugas tempur.

"Perhatian, Amerika Serikat!," tulis Geraschchenko di samping video tersebut.

“Para propagandis Rusia mengancam akan melakukan serangan nuklir di wilayah AS.”

Baca juga: Putin Tak Gertak Sambal, Rusia Aktifkan Mode Tempur Rudal Sarmat RS-23: Satan 2 Gerbang Era Nuklir?

AS Anggap Angin Lalu

Menanggapi komentar Korotchenko, Hodges mengatakan kepada Newsweek kalau pemerintah AS akhirnya menyadari bahwa kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir, sangat kecil.

“Rusia telah mengancam akan melakukan serangan nuklir sejak awal. Saya (sempat) menanggapinya dengan serius karena Rusia memiliki ribuan senjata nuklir dan karena mereka jelas tidak peduli berapa banyak orang tak bersalah yang akan mati,” katanya.

“Tetapi (kemudian) saya berpikir kalau mereka menyadari bahwa nuklir mereka sebenarnya paling efektif saat tidak digunakan. Mereka melihat bagaimana kita melakukan pencegahan terhadap diri kita sendiri,” kata Hodges.

“Krimea adalah medan yang menentukan dalam perang ini,” kata Hodges mengenai semenanjung tersebut.

Jembatan Krimea dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan serangan dari Kyiv—termasuk Jembatan Kerch yang menghubungkan wilayah pendudukan dengan daratan Rusia.

“Setelah Ukraina membebaskan Krimea, maka semuanya sudah berakhir. Ukraina tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa merasa aman atau terjamin atau membangun kembali perekonomian mereka selama Rusia menduduki Krimea,” tambah Hodges.

(oln/*/NW)
 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan