Selasa, 11 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Paus Fransiskus Sindir Polandia: Barat Jangan Main-main dengan Nyawa di Ukraina

Paus Fransiskus berkomentar soal Polandia yang menghentikan pasokan senjata ke Ukraian. "Barat jangan main-main dengan nyawa di Ukraina," kata Paus.

ALESSANDRA TARANTINO / KOLAM RENANG / AFP
Paus Fransiskus berbicara kepada para jurnalis dalam konferensi pers di dalam pesawat dalam penerbangannya kembali dari Marseille ke Roma pada tanggal 23 September 2023. 

TRIBUNNEWS.COM - Paus Fransiskus menyebut industri senjata sebagai pendorong utama “kemartiran” rakyat Ukraina dalam perang melawan Rusia.

Ia mengatakan, bahkan menahan pasokan senjata akan meneruskan kesengsaraan mereka.

Selama perjalanan pulang dari Marseille, Prancis, Paus Fransiskus menyinggung keputusan Polandia baru-baru ini untuk menghentikan kiriman senjata ke Ukraina ketika ditanya tentang perang yang sedang berlangsung.

"Saya telah melihat sekarang bahwa beberapa negara menarik diri, dan tidak memberikan senjata. Ini tentu saja akan memulai sebuah proses di mana yang menjadi martir adalah rakyat Ukraina. Dan ini buruk," kata Paus Fransiskus kepada AP News, Sabtu (23/9/2023).

Paus Fransiskus mengakui, ia frustrasi karena inisiatif diplomatik Vatikan tidak membuahkan banyak hasil.

Namun dia mengatakan selain perang Rusia-Ukraina, ada industri senjata yang juga membunuh orang-orang di Ukraina.

Baca juga: Tanggapi Pidato Zelensky di PBB, Polandia Setop Pasok Senjata ke Ukraina

Ia menggambarkan paradoks yang menjadikan Ukraina sebagai “bangsa yang mati syahid”, yaitu pada awalnya banyak negara memberikan senjata kepada Ukraina dan kini membawa senjatanya pergi.

Paus Fransiskus telah lama mengecam industri senjata sebagai “pedagang kematian”.

Namun ia juga menegaskan hak negara untuk membela diri.

Menurut AP News, komentar ini merujuk pada pengumuman perdana menteri Polandia, Mateusz Morawieck yang menghentikan pasokan senjata ke Ukraina karena perselisihan perdagangan gandum.

Paus Fransiskus Dorong Perdamaian di Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki tiba untuk upacara peletakan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di Warsawa, Polandia, pada 5 April 2023.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki tiba untuk upacara peletakan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di Warsawa, Polandia, pada 5 April 2023. (Wojtek Radwanski / AFP)

Baca juga: PM Polandia Peringatkan Zelensky untuk Tak Hina Warganya, Singgung Soal Teater Politik

Paus Fransiskus menegaskan, mereka tidak bisa mengabaikan orang-orang Ukraina yang mati dalam perang.

“Kita tidak bisa bermain-main dengan kemartiran rakyat Ukraina,” kata Paus Fransiskus, dikutip dari Sky News.

"Kita harus membantu menyelesaikan masalah dengan cara yang memungkinkan," lanjutnya.

“Bukan untuk membuat ilusi bahwa besok kedua pemimpin akan pergi makan bersama, tapi untuk melakukan apa pun yang mungkin,” tambahnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dan istrinya Brigitte Macron (Kiri) menemani Paus Fransiskus (tengah) dalam upacara pemberangkatan terakhir di Bandara Marseille Provence, di Marseille, pada 23 September 2023.
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) dan istrinya Brigitte Macron (Kiri) menemani Paus Fransiskus (tengah) dalam upacara pemberangkatan terakhir di Bandara Marseille Provence, di Marseille, pada 23 September 2023. (Sebastien NOGIER / POOL / AFP)

Baca juga: Polandia Berambisi Jadi Negara Militer Terkuat di Eropa, Senjata Bekas Dikirim ke Ukraina

Dalam komentar lain, Paus Fransiskus berbicara tentang kunjungan dua harinya ke Marseille, Prancis, di mana ia mendesak Eropa untuk lebih menyambut para migran.

Paus Fransiskus mengatakan dia berbesar hati karena ada kesadaran yang lebih besar mengenai penderitaan para migran, dikutip dari The Guardian.

Ia bersyukur adanya perubahan setelah 10 tahun dia melakukan perjalanan pertamanya sebagai Paus ke pulau Lampedusa di Italia, yang merupakan titik awal perdebatan migran di Eropa.

Namun dia mengatakan “pemerintahan teror” yang mereka alami di tangan para penyelundup belum membaik.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved