Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Akui Tak Berniat Duduki Gaza setelah Perang Israel-Hamas Berakhir
Israel disebut tidak akan menduduki Gaza setelah perang melawan kelompok Hamas berakhir.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut negaranya tidak berniat menduduki Gaza setelah perang melawan Hamas berakhir.
Namun, Benjamin Netanyahu mengatakan, kekuatan yang kredibel akan diperlukan untuk memasuki wilayah Palestina jika diperlukan untuk mencegah munculnya ancaman militan.
“Kami tidak berupaya menaklukkan Gaza, kami tidak berupaya menduduki Gaza, dan kami tidak berupaya memerintah Gaza,” ujar Netanyahu kepada televisi AS, Fox News, Kamis (9/11/2023), dilansir DW.
“Jadi, kita harus memiliki kekuatan yang kredibel, jika perlu, akan memasuki Gaza dan membunuh para pembunuhnya."
"Karena itulah yang akan mencegah munculnya kembali entitas mirip Hamas,” jelas Netanyahu.
Baca juga: Tahanan Palestina Dijadikan Perisai Manusia oleh Tentara Israel, Mata Ditutup Kain, Ditodong Senjata
Diberitakan Al Jazeera, Benjamin Netanyahu mengatakan wilayah Gaza harus didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali.
Komentar Netanyahu muncul setelah dia mengatakan Israel akan bertanggung jawab atas keamanan Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas setelah berakhirnya perang dengan Hamas.
Setelah pernyataan Netanyahu itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, sempat mengatakan pemerintahan pasca krisis di Gaza harus mencakup suara-suara Palestina.
"Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir."
"Tidak ada upaya untuk memblokade atau mengepung Gaza."
"Tidak ada pengurangan wilayah Gaza," ujar Blinken dalam konferensi pers di Tokyo, Rabu (8/11/2023).
Baca juga: Harga Minyak Mentah Turun Seiring Meredanya Kekhawatiran Gangguan Pasokan Imbas Konflik Israel-Hamas

Dikutip dari The Guardian, para pejabat AS mengatakan, Otoritas Palestina (PA) yang mempunyai pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, harus kembali memerintah Gaza setelah perang.
Adapun Hamas merebut kendali Gaza dari pasukan PA pimpinan Presiden Mahmoud Abbas pada 2007 silam.
Para pejabat tinggi Palestina, termasuk Abbas, mengatakan kembalinya PA ke Gaza harus disertai dengan solusi politik yang mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah yang direbutnya dalam perang Timur Tengah pada 1967.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, mengatakan PA tidak akan kembali ke Gaza dengan membawa tank Israel.
Baca juga: Israel Bombardir 3 Rumah Sakit di Gaza, 6 Orang Tewas akibat Serangan di Kompleks RS al-Shifa
Pada Kamis (9/11/2023), Netanyahu menegaskan kembali penentangannya terhadap gencatan senjata dengan Hamas.
Di sisi lain, pemerintahan Joe Biden mengumumkan Israel telah menyetujui jeda empat jam setiap hari dalam pertempuran untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari permusuhan.
“Gencatan senjata dengan Hamas berarti menyerah kepada Hamas,” kata Netanyahu.
Kini, pengeboman Israel di Jalur Gaza terus berlanjut ketika pasukan daratnya bergerak lebih jauh ke wilayah perkotaan di utara wilayah kantong tersebut, dilansir Al Jazeera.
Human Rights Watch mengatakan, ribuan pasien dan pengungsi Palestina yang berlindung di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza menghadapi risiko besar.
Baca juga: Roket Israel Sasar Area Dekat RS Indonesia di Gaza, Kemlu Pastikan 3 WNI Relawan MER-C Selamat

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan, serangan Israel menghantam kompleks medis al-Shifa.
Tentara Israel juga melakukan lebih banyak serangan setiap malam di Tepi Barat yang diduduki.
Setidaknya 10.812 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Di Israel, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 1.400 orang.
Sementara, Gedung Putih mengatakan Israel telah menyetujui jeda pertempuran selama empat jam setiap hari untuk memungkinkan warga Palestina meninggalkan Gaza utara.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.