Rabu, 10 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hujan di Gaza Jadi Ancaman, Pengungsi: Selain karena Perang, Anak-anak Bisa Mati Kedinginan

Nasib anak-anak dan para pengungsi di Gaza semakin mengkhawatiakan setelah hujan sebagai tanda memasuki musim dingin, mengguyur pada Selasa kemarin.

KATA KHATIB/AFP
Seorang anak laki-laki berdiri di tengah hujan di sebuah sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Jalur Gaza selatan pada 14 November 2023. 

TRIBUNNEWS.com - Hujan deras yang mengguyur Gaza pada Selasa (14/11/2023), membawa kekhawatiran dan ancaman baru bagi warga Palestina.

Sejak eskalasi meningkat antara Hamas dan Israel, serta serangan tanpa henti dari tentara Zionis pada 7 Oktober 2023 lalu, banyak warga Gaza menjadi tunawisma dan tinggal di tenda-tenda darurat.

Kemungkinan banjir meningkatkan kekhawatiran mengingat sistem pembuangan limbah dan air di Gaza tak bekerja secara maksimal.

Hal itu tentu saja akan memunculkan risiko penyakit menyebar di kalangan pengungsi.

Padahal, Gaza tengah diterpa wabah diare.

Baca juga: Hujan Deras di Gaza Picu Kekhawatiran Baru, Karim Mreish: Pengungsi Berdoa agar Hujan Berhenti

"Kita sudah mengalami wabah penyakit diare," ungkap Juru Bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Margaret Harris, dilansir Arab News.

Harris mengatakan ada lebih dari 30 ribu kasus diare pada periode di mana WHO biasanya memperkirakan 2.000 kasus.

“Kami mengalami banyak kerusakan infrastruktur. Kami kekurangan air bersih."

"Ini adalah alasan lain mengapa kami memohon agar gencatan senjata dilakukan sekarang,” katanya.

"Hujan hanya akan menambah penderitaan," imbuh dia.

Kekhawatiran tentang hujan musim dingin juga dirasakan oleh warga Gaza yang mengungsi.

Menurut reporter Associated Press (AP), pengungsi di luar rumah sakit di Deir al-Balah pada Selasa, berjuang melewati kondisi berlumpur saat mereka membentangkan terpal plastik di atas tenda yang tipis.

"Semua tenda roboh karena hujan," ujar seorang pengungsi, Iqbal Abu Saud.

"Berapa hari kami harus menghdapi situasi seperti ini?"

Pengungsi di tempat penampungan PBB di Khan Younis di Gaza selatan, mengatakan tenda tempat mereka bernaung bukan tipe yang tahan banjir.

"Terpal nilon, tenda, dan kayu tidak akan tahan terhadap banjir. Orang-orang tidur di lantai, apa yang akan mereka lakukan? Ke mana mereka akan pergi?" kata Fayeza Srour.

Pengungsi lainnya, Karim Mreish, mengatakan orang-orang di tempat penampungan berdoa agar hujan berhenti.

Semua pengungsi, ujar Mreish, akan merasa kesulitan jika hujan turun.

"Anak-anak, perempuan, orang lansia, (semua) berdoa kepada Tuhan agar tidak turun hujan."

"Jika hal ini terjadi (hujan terus mengguyur), maka akan sangat sulit dan kata-kata tidak akan mampu menggambarkan penderitaan kami," beber dia.

Baca juga: Gaza Hadapi Krisis Pangan, PPB: Anak-anak Berpotensi Alami Stunting dan Gizi Buruk

Seorang pengungsi lainnya mengatakan kepada AlJazeera, situasi kemanusiaan di Gaza semakin mendesak.

"Selain karena perang, anak-anak (juga) akan mati karena dinginnya musim dingin dan kelaparan," ujarnya.

Selain ancaman penyakit dan tempat mengungsi yang tidak layak, musim hujan di Gaza dinilai bisa menghambat pergerakan warga dan tim penyelamat.

Juru Bicara Dewan Pengungsi Norwegia, Ahmed Bayram, mengatakan awal musim hujan bisa menandai "minggu tersulit di Gaza sejak eskalasi (militer) dimulai."

"Ini akan menyulitkan tim penyelamat yang menyelamatkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan, atau menguburkan orang mati."

Badai diperkirakan akan mulai terjadi pada pekan depan karena suhu turun hingga 17 derajat Celcius lantaran memasuki musim dingin.

Cuaca juga kemungkinan akan mempengaruhi pertempuran karena lumpur menghalangi pergerakan persenjataan israel.

Ratusan Ribu Pengungsi di Gaza Hadapi Krisis Kemanusiaan

Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu, 8 November 2023. ( AP Photo/Hatem Moussa)
Warga Palestina mengungsi ke Jalur Gaza selatan di Jalan Salah al-Din di Bureij, Jalur Gaza, pada Rabu, 8 November 2023. ( AP Photo/Hatem Moussa) (AP/Hatem Moussa)

Sementara itu, ratusan ribu pengungsi di bagian selatan Gaza, tengah berada di krisis kemanusiaan yang kian parah.

Puluhan ribu pengungsi di Deir al-Balah, sebuah kota di Gaza yang dianggap sebagai zona aman, berdesakan di gedung-gedung sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan oleh PBB.

Seorang pengungsi bernama Hassan Abu Rashed, membeberkan bagaimana kondisi yang dihadapi para pengungsi di tempat penampungan itu.

Tak hanya kelaparan, mereka juga diintai risiko kesehatan karena sistem pembuangan limbah rusak.

"Jika Anda ingin bicara soal ruangan (tempat mengungsi), kami tidur miring karena tidak ada cukup ruang untuk berbaring telentang," kata Rashed, dikutip dari ABC News.

"Jika bicara soal pangan, kami berharap bisa mendapat beberapa potong roti per hari untuk dimakan."

"Jika bicara soal kesehatan, sistem pembuangan limbah di sekilah rusak. Jika ingin bicara soal penyakit, di sini ada cacar air, kudis, dan kutu. Kami putus asa," beber dia.

Baca juga: Mayat Berserakan di Halaman, Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Terpaksa Kuburkan 179 Pasien Secara Massal

Di salah satu sekolah di Deir al-Balah, Khaled Filfel, seorang ayah berusia 42 tahun, sendirian dan stres karena kebutuhan yang sangat spesifik.

Anaknya yang disabilitas membutuhkan popok, namun sejak eskalasi militer meningkat, Filfel tak lagi bisa mendapatkan popok.

“Putri saya yang berusia 21 tahun adalah penyandang disabilitas dan saya tidak bisa membelikan popok untuknya,” ucapnya

Badan pengungsi PBB, UNWRA, sebelumnya mempunyai rencana darurat untuk menampung 1.500 pengungsi di setiap sekolah, kata direktur badan tersebut di Gaza, Thomas White, kepada BBC.

Rata-rata sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan sekarang menampung 6.000 orang – total 670.000 orang di 94 tempat penampungan di wilayah selatan.

“Kami kewalahan dengan jumlah tersebut,” kata White.

"Ada banyak orang di mana-mana. Sanitasi sangat buruk, rata-rata ada sekitar 125 orang per toilet, sekitar 700 orang per unit kamar mandi."

"Anda bisa merasakan kelembapan dari begitu banyak orang yang berdesakan di sekolah-sekolah ini, Anda bisa mencium bau kemanusiaan yang sangat banyak," urainya.

Untuk menghindari ruang kelas dan halaman sekolah yang padat di Deir al-Balah, beberapa pengungsi berjalan kaki singkat ke pantai dan menghabiskan siang hari di sana.

Banyak keluarga pengungsi yang mencuci diri dan pakaiannya di laut.

“Bisa dibilang kita sudah kembali ke zaman kegelapan,” kata Mahmoud al-Motawag, pengungsi berusia 30 tahun.

“Kami memanfaatkan laut untuk segala hal,” ujar dia.

“Untuk mencuci diri, mencuci pakaian, membersihkan peralatan dapur, dan sekarang untuk minum ketika kami tidak dapat menemukan air bersih."

"Kami hanya makan satu kali sehari, dan kami memohon kepada para nelayan untuk memberi kami satu atau dua ikan untuk kebutuhan sehari-hari anak-anak."

Jumlah Korban

Para pria membacakan doa di atas mayat orang-orang yang tewas dalam pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Oktober 2023.
Para pria membacakan doa di atas mayat orang-orang yang tewas dalam pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 21 Oktober 2023. (MOHAMMED ABED / AFP)

Baca juga: Israel akan Bawa Inkubator setelah Kepung Rumah Sakit di Gaza, Puluhan Bayi Terancam Meninggal

Per Senin (13/11/2023) pukul 19.30 waktu setempat, warga Gaza yang tewas karena serangan Israel meningkat hingga lebih dari 11 ribu jiwa.

Dari jumlah rerata, setidaknya Israel telah membunuh 320 warga Gaza setiap harinya sejak eskalasi militer meningkat pada 7 Oktober 2023.

Berikut ini data korban tewas dan terluka, dikutip dari AlJazeera:

Korban di Gaza

- Tewas: 11.240 orang, termasuk 4.630 anak-anak dan 3.130 perempuan
- Terluka: 27.490 orang, termasuk 8.663 anak-anak

Korban di Tepi Barat

- Tewas: 183 orang, termasuk 44 anak-anak dan satu perempuan
- Terluka: Lebih dari 2.400 orang

Israel

- Tewas: 1.200 orang
- Terluka: 5.600 orang

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan