Jokowi desak Biden untuk dorong Israel hentikan serangan ke Gaza, tapi 'tidak ditanggapi'
Presiden Joko Widodo mengatakan telah menyampaikan secara langsung kepada Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengenai pentingnya…
Namun, pengamat hubungan internasional dari Universitas Parahyangan, Kishino Bawono, pesimistis dinamika politik saat ini dapat menggoyang posisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk kemudian memenuhi tuntutan OKI.
Apa saja tuntutan OKI?
Salah satu tuntutan terbesar OKI adalah agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang bisa menghentikan serangan Israel.
"Menuntut Dewan Keamanan untuk mengambil resolusi yang tegas dan mengikat yang memberlakukan penghentian agresi," demikian resolusi OKI yang diunggah di situs resmi mereka.
Mereka menegaskan bahwa kegagalan DK PBB mengeluarkan resolusi selama ini merupakan "keterlibatan yang memungkinkan Israel melanjutkan agresi brutalnya."
Selain itu, OKI juga menuntut komunitas internasional menghentikan pengiriman senjata ke Israel yang nantinya dapat digunakan untuk membunuh warga Palestina.
Mereka juga mendesak Israel berhenti mengepung Jalur Gaza serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut.
OKI juga meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) merampungkan penyelidikan atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan Israel di Palestina.
Blok tersebut juga mendesak Israel menghentikan semua tindakan ilegal yang melanggengkan penjajahan, khususnya perluasan pemukiman, penyitaan tanah, dan pengusiran warga Palestina dari rumah.
Lebih jauh, OKI mendesak pengadaan konferensi internasional untuk mencari solusi permanen terhadap konflik Israel-Palestina. Mereka meyakini two-state solution masih menjadi opsi terbaik.
Untuk menggemakan seruan ini ke dunia, OKI memberikan mandat kepada menteri luar negeri Indonesia, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, dan Nigeria segera bergerak menggencarkan diplomasi.
Pesimistis diplomasi Jokowi bakal berhasil
Tia Mariatul Kibtiah menilai peluang Jokowi berhasil melobi Biden masih "setengah-setengah", apalagi jika berkaca pada rekam jejak AS yang tak pernah meninggalkan Israel.
"Melihat sejarah panjang bagaimana AS selalu mendukung penuh Israel, saya melihat setengah-setegnah antara AS mendengarkan Indonesia dan menerima poin-poin yang ada di OKI, atau hanya menerima beberapa poin," tutur Tia kepada BBC News Indonesia.
Ia lantas membeberkan sejumlah poin yang punya kans besar untuk diterima Biden, salah satunya seruan untuk memudahkan akses bantuan internasional.
"Untuk jangka yang sedikit lebih panjang, mungkin ceasefire [gencatan senjata] bisa lebih cepat dari yang diperkirakan, tergantung kepiawaian kita nanti berdiplomasi," ucap Tia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.