Kamis, 11 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

100 Tentara Israel Hampir Buta, Lapid: Sulit Beli Pelindung Mata padahal Ada Dana Miliaran

Oposisi Netanyahu, Yair Lapid, komentari berita 100 tentara Israel yang alami cedera mata. Ia sebut Israel sulit beli pelindung mata padahal ada dana.

Editor: Sri Juliati
Tomer APPELBAUM / AFP
Tentara berduka saat upacara pemakaman Sersan Staf tentara Israel Aschalwu Sama, di Petah Tikva, pada 3 Desember 2023, setelah dia terbunuh dalam pertempuran di Jalur Gaza di tengah pertempuran yang berkelanjutan antara Israel dan kelompok militan Hamas. --- Yair Lapid mengomentari berita 100 tentara Israel yang hampir buta. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Perdana Menteri dan Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid mengatakan, ada miliaran shekel yang disumbangkan ke kantor-kantor politisi korup yang tidak diperlukan.

Ia mengomentari berita tentang 100 tentara Israel yang menderita cedera mata parah, termasuk kebutaan.

“Pemerintah tidak punya uang untuk membeli kacamata pelindung bagi para pejuang,” katanya pada Kamis (7/12/2023).

“Mereka (pemerintah Israel) terus menggelontorkan miliaran dolar ke kantor-kantor politisi korup yang tidak perlu,” lanjutnya.

Perusahaan Penyiaran Israel melaporkan, pada Rabu (6/12/2023), sekitar 100 tentara Israel terluka di bagian matanya selama perang di Gaza, beberapa di antaranya sampai pada titik kebutaan.

Baca juga: Saat Temui Putin di Rusia, Presiden Iran Kritik Israel: Genosida di Gaza Didukung AS dan Barat

Saluran Israel tersebut mengutip seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Israel yang mengatakan, “Cedera-cedera tersebut disebabkan oleh pecahan peluru, tembakan, atau luka tembak, dan antara 10-15 persen dari cedera ini menyebabkan kebutaan pada satu atau kedua mata.”

Pejabat Israel menegaskan para tentara tidak memakai kacamata untuk melindungi mata dari pecahan peluru, yang menyebabkan 15 persen kebutaan pada satu atau kedua mata untuk 100 tentara Israel.

Dia menunjukkan Rumah Sakit Soroka di kota Beersheba di Israel selatan saja menerima 40 tentara yang terluka di bagian mata.

Hal ini menunjukkan selama tiga hari terakhir saja rumah sakit tersebut menerima 5 tentara yang terluka parah di bagian mata, dan beberapa dari mereka menjalani operasi yang sulit.

Mengingat banyaknya cedera mata yang dialami tentara Israel di Gaza, Rumah Sakit Soroka memimpin kampanye donasi untuk membeli kacamata pelindung bagi tentara tersebut, menurut sumber yang sama.

Tentara Israel saat baku tembak dengan militan Hamas di jalur Gaza. Dalam peperangan ini zionis yahudi diduga memberlakukan Protokol Hannibal, doktrin membunuh sesama tentara Israel agar tidak jadi sandera. Protokol ini telah ditangguhkan sejak 2016, akan tetapi diduga diberlakukan lagi saat menghadapi Hamas pada 2023.
Tentara Israel saat baku tembak dengan militan Hamas di jalur Gaza. (Times of Israel/AFP)

Baca juga: Israel dan PBB Akan Buka Perbatasan Kerem Shalom untuk Akses Bantuan ke Gaza

IDF Bantah Tak Sanggup Beli Pelindung Mata

Salah satu juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menanggapi tuduhan Yair Lapid.

"Tidak ada kekurangan kacamata pelindung," katanya, Jumat (8/12/2023).

"IDF sedang berupaya memberantas kasus-kasus tentara yang tidak memakai kacamata ini padahal diwajibkan memakainya," lanjutnya.

"Kami sedang mengembangkan kesadaran akan pentingnya memakai kacamata pelindung," tambahnya, dikutip dari Anadolu.

Hingga Rabu (6/12/2023) malam, jumlah korban tewas tentara Israel sejak awal perang di Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) telah meningkat menjadi 411 orang, termasuk 10 orang pada siang hari dan kemarin, menurut sumber resmi.

Warga Palestina memeriksa kerusakan rumah yang hancur akibat serangan Israel terhadap Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 1 Desember 2023, setelah berakhirnya gencatan senjata tujuh hari antara Israel dan militan Hamas. Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas berakhir pada tanggal 1 Desember, dengan tentara Israel mengatakan operasi tempur telah dilanjutkan, menuduh Hamas melanggar jeda operasional. (Photo by MAHMUD HAMS / AFP)
Warga Palestina memeriksa kerusakan rumah yang hancur akibat serangan Israel terhadap Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 1 Desember 2023, setelah berakhirnya gencatan senjata tujuh hari antara Israel dan militan Hamas.  (AFP/MAHMUD HAMS)

Baca juga: Pendukung Zionis Israel Terlibat dalam Pembunuhan Massal dan Pemindahan Paksa Warga Gaza Kata Oxfam

Hamas Palestina vs Israel

Sebelumnya, Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.

Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan perang melawan Hamas dan meluncurkan pasukan ke Jalur Gaza pada keesokan harinya.

Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 17.770 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Kamis (7/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Reuters.

Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan